Dengan berkolaborasi, daya saing produk usaha mikro, kecil, menengah dan desa wisata dinilai bakal lebih baik. Selain mengefisienkan proses produksi, kolaborasi dapat memperkuat jejaring UMKM berbasis sumber daya lokal.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kolaborasi dibutuhkan untuk memperkuat daya saing desa wisata dan produk usaha mikro, kecil, menengah setempat. Pengembangan usaha secara terpadu, seperti melalui pabrik bersama atau dapur bersama, dapat mengefisienkan biaya produksi.
”Kami mendorong kolaborasi untuk membentuk factory sharing (pabrik bersama) produk-produk unggulan di setiap desa,” kata Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Victoria Br Simanungkalit, di Jakarta, Kamis (10/9/2020).
Victoria mengatakan hal tersebut pada seminar dalam jaringan bertajuk ”Membangun Desa Wisata Melalui Perkuatan Jejaring Antar UMKM Berbasis Sumber Daya Lokal”. Keberadaan pabrik bersama pun memungkinkan pembentukan merek bersama di desa wisata sehingga cukup kuat masuk ke pasar lebih luas.
Produk kuliner atau kriya UMKM di desa wisata pun diarahkan masuk ke laman Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Apalagi saat ini pemerintah pusat maupun daerah didorong menjadi pembeli produk-produk UMKM lokal. ”Silakan mengakses laman Bela Pengadaan untuk pengadaan di bawah Rp 50 juta,” kata Victoria.
Semua belanja badan usaha milik negara (BUMN) di bawah Rp 14 miliar pun sudah ditetapkan untuk disediakan oleh UMKM. Hal ini dapat menjadi pasar prospektif bagi UMKM di desa-desa.
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wisnu Bawa Tarunajaya mengatakan, ada kecenderungan di desa untuk meniru produk di desa lain yang sudah maju. Kondisi ini dapat menimbulkan persaingan tidak sehat.
”Maka kami berkeliling ke masyarakat desa wisata untuk mengembangkan sikap kooperatif strategis. Kami berharap mereka dapat berkolaborasi, bersinergi, bergotong royong, dan seterusnya,” ujarnya.
Apalagi desa-desa di 34 provinsi memiliki produk lokal unggulan yang dapat dikembangkan. Pengembangan pariwisata mampu memberi nilai tambah produk unggulan tersebut.
Terkait hal itu, Wisnu menuturkan, ada pemikiran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koperasi UKM, dan Kementerian Desa serta perguruan tinggi bersinergi untuk bersama-sama mengembangkan desa wisata.
Sementara itu, dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Ike Janita Dewi, mengatakan, desa berdaya saing dan tangguh adalah desa yang mengoptimalkan sinergi semua potensi setempat.
Dia memisalkan desa akan rentan atau terancam keamanan ekonominya terhadap serangan hama apabila hanya menggantungkan pilar pertanian. Desa akan tertopang dua pilar ketika mampu menyinergikan pertanian dengan industri pengolahan.
”Apabila ditopang tiga pilar, seperti pertanian, industri pengolahan, dan pariwisata, desa akan makin tangguh,” kata Ike.
UMKM dapat memperkuat keunikan suatu desa dibanding desa lain. Desa wisata pun banyak yang mendasarkan pada keunikan UMKM. Contohnya Desa Krebet di Bantul, DIY, yang didasarkan pada UMKM kerajinan batik kayu, Desa Kasongan dengan dasar UMKM kerajinan tanah liat serta keramik, dan seterusnya
Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Ecotourism Network (Indecon) Ary S Suhandi peletakan fondasi pariwisata yang benar dibutuhkan untuk menciptakan desa tangguh. Pariwisata berkelanjutan harus mempertimbangkan aspek masyarakat, lingkungan, dan bisnis.