Rasa aman di tengah pandemi Covid-19 menjadi syarat mutlak dalam berkegiatan. Rasa aman mesti diciptakan lewat serangkaian tindakan pencegahan dan penanganan Covid-19 yang tepat.
Oleh
DEWI INDRIASTUTI
·3 menit baca
Seorang rekan mencoret satu warung soto dari daftar warung penjual makanan yang bisa ia datangi. Alasannya, penjual soto tidak mau memakai masker selama menyiapkan dagangan dan melayani pembeli. Meski berat hati karena rasa soto di warung itu cocok di lidah, alasan kesehatan, terutama di masa pandemi Covid-19, menjadi pertimbangan utama.
Rekan lain batal membeli martabak. Alasannya sama, penjualnya tidak memakai masker. Rencana membeli martabak dari pelaku usaha mikro dan kecil gagal karena pertimbangan kesehatan.
Sementara, di sebuah mal di Tangerang Selatan, Banten, manajer wilayah perusahaan makanan-minuman mondar-mandir mengawasi tamu pengunjung restoran. Ia memastikan tanda silang di kursi masih terpasang sempurna sehingga tidak bisa diduduki tamu.
Di restoran itu, setiap tamu yang datang hanya boleh duduk di kursi tanpa tanda silang. Setiap tamu disodori satu amplop besar berisi sendok, garpu, tisu, dan tisu beralkohol. Amplop diberi stiker agar tetap tertutup, disertai informasi alat makan di dalamnya dipastikan sudah bersih dan aman digunakan.
Jaringan restoran itu mengeluarkan biaya ekstra untuk melakukan sejumlah hal pada masa pandemi Covid-19. Apalagi, mal masih sepi dan tamu maksimal restoran hanya boleh 50 persen dari kapasitas. Pekerja terpaksa dirumahkan sambil menunggu kondisi pulih.
Berbagai upaya itu merupakan cara pengelola restoran menjamin rasa aman dan nyaman konsumen. Sebab, tanpa jaminan rasa aman dan nyaman, konsumen enggan datang. Jika konsumen tak datang, restoran semakin sepi. Jika restoran sepi, pendapatan tak bisa menutup biaya operasional, kemudian bangkrut. Pajak tak bisa dibayar, penerimaan negara berkurang.
Pekerja restoran yang menganggur tak lagi punya pendapatan untuk dibelanjakan. Padahal, di masa pandemi Covid-19, kondisi tubuh mesti dijaga dengan mengonsumsi makanan bergizi. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Konsumsi yang merosot membuat kondisi perekonomian kian jeblok.
Padahal, perekonomian Indonesia sudah melorot dari tumbuh 2,97 persen pada triwulan I-2020 menjadi tumbuh minus 5,32 persen pada triwulan II-2020. Pada triwulan II-2020, konsumsi rumah tangga yang berperan 57 persen dalam produk domestik bruto, tumbuh minus 5,51 persen.
Konsumsi tak akan tumbuh signifikan jika kesehatan belum jadi pertimbangan utama dalam kegiatan ekonomi. Apalagi, kasus terkonfirmasi Covid-19 masih terus bertambah, hingga lebih dari 3.000 kasus per hari. Kurva kasus Covid-19 masih terus mendaki, belum menunjukkan tanda-tanda melandai, apalagi turun.
Konsumsi tak akan tumbuh signifikan jika kesehatan belum jadi pertimbangan utama dalam kegiatan ekonomi.
Ibaratnya, kita sedang berjalan di tanah yang konturnya mendaki, tetapi puncaknya belum terlihat. Padahal, bekal air minum semakin berkurang dan napas ngos-ngosan.
Kesehatan dan penanganan Covid-19 mesti dilakukan sebaik-baiknya. Mengutip pendapat sejumlah pengusaha yang erat dengan kegiatan ekonomi, isu kesehatan merupakan hal utama. Bagi mereka, selama penanganan Covid-19 belum maksimal, kegiatan ekonomi tidak akan optimal (Kompas, 2/9/2020).
Jika rasa aman belum diyakini masyarakat, mereka pun belum akan beraktivitas dengan leluasa. Apalagi, pandemi menimbulkan ketidakjelasan bagi dunia sehingga masyarakat dihadapkan pada masa depan yang samar.
Akibatnya, pemilik dana memilih menyimpan uang. Belanja pun disesuaikan dengan kebutuhan dalam situasi terkini. Data Bank Indonesia, dana pihak ketiga per Juli 2020 masih tumbuh 7,7 persen dalam setahun.
Jika rasa aman belum diyakini masyarakat, mereka pun belum akan beraktivitas dengan leluasa.
Di tengah pandemi Covid-19, masyarakat berupaya menjaga dan mewujudkan rasa aman bagi diri sendiri dan sekitarnya dengan cara memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak fisik. Selama bersama orang lain, masker dipakai sepanjang waktu demi menciptakan rasa aman. Bukan dengan cara melepas masker saat sesi foto bersama.