Kecele Kartu Prakerja, Daftar Terus, tetapi Tak Lulus
Selain untuk penyambung hidup, pelatihan yang disediakan dalam program Kartu Prakerja diharapkan memberikan kompetensi tambahan untuk memperluas peluang pekerjaan. Namun, banyak pelamar belum lolos di tujuh gelombang.
Oleh
INSAN ALFAJRI/AGNES THEODORA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Program Kartu Prakerja sudah memasuki gelombang ketujuh. Memasuki bulan kelima penyelenggaraannya, masih ada pencari kerja yang belum menerima Kartu Prakerja. Padahal, selain untuk penyambung hidup, pelatihan yang disediakan dalam program Kartu Prakerja diharapkan memberikan kompetensi tambahan untuk memperluas peluang pekerjaan.
Sitti Nur Shabrina Khairunnisa (23) sudah empat kali mendaftar Kartu Prakerja, yakni gelombang 1, 2, 3, dan 4. Ketika gombang 5, 6, dan 7 dibuka, ia sudah pasrah. ”Sebenarnya tetap mau nyoba, tapi takut enggak lulus lagi. Ya, sudahlah, ya,” kata lulusan Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta ini ketika dihubungi, Senin (7/9/2020).
Rina lulus pada Maret lalu. Ia saat ini masih berstatus pencari kerja. Ketika baru mendapat ijazah, ia fokus melamar di bidang komunikasi, terutama media. Karena lowongan di bidang itu tak kunjung tersedia, ia memperluas cakupan dengan melamar menjadi customer service di perusahaan e-dagang. ”Sudah ke mana-mana nyebar lamaran, tetap saja belum ada panggilan,” ujar Rina.
Seandainya menerima Kartu Prakerja, Rina akan mengambil pelatihan merajut lantaran ia melihat tren penjualan barang rajutan di media sosial. Dia ingin menjual rajutan sebelum mendapat kerja yang lebih mapan. Hingga September ini, rencana ini buyar karena ia tak lulus verifikasi Kartu Prakerja.
Berbeda dengan Rina, Fremia Famela (25) sudah menyerah ketika gagal di gelombang 3. Lulusan STKIP PGRI Sumatera Barat ini tak mau mengikuti gelombang berikutnya. Ia takut kecewa lagi.
Di Bengkulu, Ayuni Rianty E (23) pernah mengikuti seleksi Kartu Prakerja gelombang 2. Ia mundur ketika mendapati pelatihan yang diambil tak sesuai harapan.
”Aku, kan, maunya latihan menjahit. Tetapi, kalau pelatihannya hanya menggunakan tutorial video, menurutku tidak akan efektif. Makanya aku mundur saja,” kata lulusan Universitas Negeri Padang ini.
Yuni sebenarnya lebih mengutamakan mendapatkan keterampilan dari pelatihan Kartu Prakerja ketimbang insentif sebesar Rp 600.000 per bulan yang juga dijanjikan dalam program itu. Berhubung pelatihan yang disediakan terkesan formalitas saja, ia mundur dan memberi kesempatan bagi mereka yang lebih membutuhkan.
”Ditambah lagi, ada isu negatif di sekitar Kartu Prakerja dengan mundurnya salah satu staf milenial Presiden. Kebutuhan uangku juga belum mendesak banget karena masih disubsidi orangtua. Kalau dipaksakan ikut terus, nanti malah menutup peluang teman-teman pencari kerja lain yang lebih membutuhkan,” tambahnya.
Lama cair
Menurut Wendi Ahmad Wahyudi (29), penerima Kartu Prakerja gelombang 5, pencairan insentif terbilang lama. Ia sudah mengikuti pelatihan 2 September lalu. Akan tetapi, sertifikat elektronik dari lembaga pelatihan belum dikirim ke akun Kartu Prakerja miliknya. Padahal, sertifikat elektronik ini menjadi syarat pencairan insentif.
”Pencairan pun butuh waktu maksimal tujuh hari setelah sertifikat elektronik terkirim ke akun,” katanya.
Selain memperlama pencairan insentif, keterlambatan pengiriman sertifikat elektronik juga membuat Wendi tak bisa mengikuti pelatihan lain. Ini karena status pelatihan pertamanya masih aktif di akun sehingga dia tak bisa mengikuti pelatihan berikutnya. ”Padahal, anggaran Rp 1 juta untuk pelatihan itu sebenarnya bisa untuk 8 hingga 10 pelatihan berbeda,” ujarnya.
Kasus yang dialami Wendi banyak dilaporkan oleh penerima Kartu Prakerja di akun Instagram resmi Kartu Prakerja. Terkait hal ini, penerima Kartu Prakerja diminta bersabar karena butuh waktu untuk sinkronisasi data. Selain itu, admin Instagram Kartu Prakerja meminta penerima menghubungi langsung lembaga pelatihan untuk segera mengirimkan sertifikat ke akun masing-masing.
Head of Communication Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja Louisa Tahutu menjelaskan, Kartu Prakerja gelombang 7 ditutup Senin siang ini. Total orang yang mendaftar pada gelombang 1-7 adalah 18,7 juta. Dari jumlah itu, mereka yang menerima Kartu Prakerja sebanyak 3,8 juta orang. Data terkini jumlah orang yang sudah mengikuti pelatihan dan sudah mendapat insentif, lanjut Louisa, masih dihitung.
Hingga Minggu kemarin, baru 849.921 orang yang sudah menyelesaikan pelatihan daring. Adapun bantuan berupa uang baru diberikan kepada 610.563 peserta.
Ekonom Institute for Development on Economics and Finance, Abra Talattov, dalam laporan Kompas (7/9/2020) menjelaskan, pemerintah perlu merumuskan langkah-langkah untuk mempercepat penyaluran insentif Kartu Prakerja. Ini bisa dengan membuat survei untuk memetakan kendala yang mempersulit peserta dalam mengikuti pelatihan. Pilihan lainnya adalah mengubah mekanisme program dengan menempatkan penyaluran insentif di awal program.
Percepatan penyaluran Kartu Prakerja diyakini berdampak signifikan terhadap perekonomian. Apalagi jika dipadukan dengan penyaluran bantuan sosial lainnya. Kebijakan ini sejalan dengan upaya pemerintah menjaga daya beli masyarakat untuk menggerakkan perekonomian triwulan III-2020. Sebab, struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia bergantung pada konsumsi rumah tangga yang porsinya 57 persen pada pendapatan domestik bruto.