Harga Batubara Kian Murah, Perusahaan Kaji Ulang Perencanaan
Harga batubara pada September 2020 kian merosot dan menjadi yang terendah tahun ini. Produsen batubara kadar rendah akan sulit bertahan. Pandemi Covid-19 masih menjadi penyebab kemerosotan harga.
Oleh
ARIS PRASETYO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harga batubara acuan untuk September 2020 turun menjadi 49,42 dollar AS per ton atau ada di level paling rendah tahun ini. Kondisi ini menjadi pukulan berat bagi produsen batubara lantaran harga jual batubara di bawah biaya produksi. Perusahaan mendesain ulang rencana penambangan, termasuk mengurangi biaya operasi.
Agustus lalu, harga batubara ditetapkan sebesar 50,34 dollar AS per ton. Di awal tahun ini, harga batubara sempat ada di level 65 dollar AS per ton. Harga batubara menemui puncaknya pada 2018 yang sempat menyentuh level 108 dollar AS per ton dan dengan harga terendah di tahun tersebut sebesar 90 dollar AS per ton.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia, Jumat (4/9/2020), mengatakan, harga batubara yang murah seperti sekarang ini membuat perusahaan dalam keadaan sulit. Harga batubara tersebut sudah di bawah biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan.
Perusahaan batubara yang menambang batubara berkadar rendah (dengan kandungan 4.000 kilokalori per kilogram) sulit bertahan dalam situasi seperti ini. Adapun perusahaan yang menambang batubara dengan kadar menengah ke atas masih bisa bertahan.
”Namun, perusahaan yang menambang batubara dengan kadar rendah akan sulit bertahan dengan harga sekarang ini,” ujar Hendra saat dihubungi di Jakarta.
Perusahaan batubara yang menambang batubara berkadar rendah (dengan kandungan 4.000 kilokalori per kilogram) sulit bertahan dalam situasi seperti ini. Adapun perusahaan yang menambang batubara dengan kadar menengah ke atas masih bisa bertahan.
Beberapa langkah yang dilakukan perusahaan batubara, lanjut Hendra, adalah dengan memangkas biaya operasional dan mendesain ulang rencana penambangan. Perusahaan juga melakukan renegosiasi dengan kontraktor yang terlibat dalam aktivitas penambangan.
”Perusahaan yang bernaung di bawah asosiasi menyikapinya berbeda-beda. Ada yang mengurangi roduksi, tetap dengan target, dan ada pula yang bahkan menambah produksi dengan alasan masing-masing,” ujarnya.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi mengemukakan, merosotnya harga batubara masih dipengaruhi faktor pandemi Covid-19. Permintaan batubara yang masih lemah di tengah melimpahnya pasokan lantaran perekonomian India dan China belum sepenuhnya pulih.
Kedua negara tersebut adalah negara utama pengimpor batubara. ”Terutama China yang mengetatkan impor batubara dan lebih mengutamakan produksi dalam negeri,” kata Agung.
Merosotnya harga batubara masih dipengaruhi faktor pandemi Covid-19. Permintaan batubara yang masih lemah di tengah melimpahnya pasokan lantaran perekonomian India dan China belum sepenuhnya pulih.
Per 3 September 2020, produksi batubara Indonesia sebanyak 362 juta ton. Sebelumnya, pemerintah menargetkan produksi batubara tahun ini sebanyak 550 juta ton. Adapun realisasi produksi tahun 2019 adalah 610 juta ton.
Salah satu perusahaan batubara yang merevisi target kinerja tahun ini adalah PT Adaro Energy Tbk. Mereka merevisi target produksi batubara tahun ini dari semula 54-58 juta ton menjadi 52-54 juta ton. Adaro menyebut kondisi pasar batubara yang kurang kondusif sebagai penyebab perusahaan harus merevisi sejumlah proyeksi operasional pada 2020.
Dalam laporan keuangan triwulan II-2020, selain merevisi target produksi, Adaro juga merevisi rencana belanja modal dari semula 300 juta dollar AS-400 juta dollar AS menjadi 200 juta dollar AS-250 juta dollar AS. Sepanjang enam bulan pertama di 2020, produksi batubara Adaro tercatat sebanyak 27,29 juta ton atau turun 4 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019. Begitu pula penjualan batubara yang turun 6 persen dibandingkan dengan periode serupa tahun lalu menjadi 27,13 juta ton.
Sekretaris Perusahaan dan Hubungan Investor PT Adaro Energy Tbk Mahardika Putranto menuturkan, pada triwulan II-2020 pasar batubara dunia lebih tertekan akibat pandemi Covid-19 disebabkan negara pengimpor batubara menghadapi dampak ekonomi yang lebih berat. Akibatnya, permintaan terhadap listrik, dan dengan demikian terhadap batubara, anjlok.
”Situasi ini menekan harga batubara pada triwulan II-2020 dengan harga global yang turun ke rata-rata 55,08 dollar AS per ton atau turun 19 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Sebelumnya, Direktur Penerimaan Mineral dan Batubara Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Jonson Pakpahan mengatakan, kejatuhan harga komoditas menyebabkan penerimaan negara bakal turun. Tak hanya batubara, harga sebagian besar mineral juga merosot selama pandemi Covid-19. Namun, diperkirakan harga komoditas tersebut akan kembali naik pada 2021.
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sektor mineral dan batubara mengalami fluktuasi dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2016, besaran PNBP sektor tersebut Rp 27,2 triliun dan merangkak naik menjadi Rp 49,8 triliun pada 2017. Pada 2018, besaran PNBP turun menjadi Rp 43,3 triliun dan kembali naik menjadi Rp 44,8 triliun pada 2019.