Digitalisasi telah merambah semua sektor. Di masa pandemi Covid-19, peran teknologi digital kian vital mulai dari hulu sampai hilir.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 memunculkan tren baru di sektor komoditas, yaitu pemanfaatan teknologi digital sejak dari hulu hingga ke hilir, perluasan pasar ritel, sampai keterlibatan kelompok milenial. Kendati pemanfaatan teknologi digital sudah berlangsung sebelumnya, intensitasnya kian meningkat selama masa pandemi Covid-19. Selain itu, modifikasi pada produk siap jual juga semakin intens.
Senior Business Analyst MarkPlus Inc Ihsan Aring Trisarjono mengatakan, hampir semua industri di sektor sumber daya alam, baik tambang, pertanian, perikanan, maupun perkebunan, sudah menerapkan digitalisasi pada operasi mereka mulai dari hulu sampai hilir. Di masa pandemi Covid-19, pemanfaatan teknologi digital kian masif.
Dari sisi pemasaran, peluang penjualan kian terbuka lebar dengan adanya beragam laman pemasaran daring. ”Produk pangan hingga produk tambang, seperti emas, saat ini sudah bisa diperjualbelikan secara daring,” kata Ihsan dalam seminar daring ”MarkPlus Industry Roundtable: Resources, Mining and Energy Perspective”, Selasa (1/9/2020).
Selain itu, lanjut Ihsan, akhir-akhir ini sudah ada tren perampingan berbagai macam produk yang lebih praktis sehingga lebih mudah dan lebih cepat dijual. Ia mencontohkan ragam emas batangan berukuran mini dan dijual ke konsumen mulai dari harga Rp 10.000. Demikian pula produk makanan yang dikemas menjadi makanan siap masak dan siap dikonsumsi.
Mengenai perampingan produk, Retail and Digital Trading Manager PT Aneka Tambang (Antam) Tbk Abdul Muluk menuturkan, Antam sudah mengembangkan produk emas digital. Melalui produk ini, pembeli dapat membeli emas tanpa harus menyimpan dalam bentuk fisik. Apalagi, konsumen emas banyak yang menginginkan kustomisasi produk-produk emas batangan.
”Kami mengembangkan produk dengan nama gift series, yaitu emas berukuran kecil yang ditempelkan di kartu sebagai suvenir atau hadiah. Ada ragam produk lain, seperti gold and silver bars serta batik series,” ujar Abdul.
Antam sudah mengembangkan produk emas digital. Melalui produk ini, pembeli dapat membeli emas tanpa harus menyimpan dalam bentuk fisik.
Di sektor perikanan, Direktur Utama Perum Perikanan Indonesia (Perindo) Fatah Setiawan Topobroto mengemukakan, sektor perikanan sudah menerapkan transformasi digital dalam rangka mengoptimalkan segmen produksi dan penjualan. Perindo menggandeng sejumlah instansi, seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan pihak swasta, dalam rangka transformasi digital tersebut.
”Transformasi digital dalam hal pengelolaan data maupun peningkatan layanan penjualan secara daring diyakini dapat meningkatkan produktivitas, meningkatkan nilai tambah, menghasilkan efisiensi, dan akan berujung pada peningkatan laba perusahaan,” ucap Fatah.
Di sektor pertanian, mantan Direktur Komersial PT Pupuk Kalimantan Timur Gatoet Gembiro Noegroho mengatakan, digitalisasi di sektor pertanian tak bisa diabaikan. Pemanfaatan teknologi presisi bisa meningkatkan hasil panen dan memangkas biaya produksi. Begitu pula pemanfaatan alat atau mesin produksi yang efisien untuk meningkatkan produktivitas.
”Ada istilah yang kami sebut sebagai agri-solution yang merupakan pendampingan secara intensif kepada petani dan budidaya pertanian berkelanjutan, serta melibatkan semua pemangku kepentingan lewat pemanfaatan teknologi digital,” katanya.
Seminar daring itu juga menghadirkan narasumber dari perwakilan pelaku usaha atau asosiasi kelapa sawit, batubara, dan gas bumi. Khusus komoditas batubara, kendati permintaan batubara melemah di pasar dunia, asosiasi optimistis permintaan batubara akan kembali normal apabila pandemi Covid-19 bisa diatasi. Batubara masih menjadi primadona sumber energi primer pembangkit listrik lantaran mudah digunakan dan harganya murah.
Begitu pula untuk komoditas minyak kelapa sawit mentah (CPO) di dalam negeri. Kendati ada penurunan permintaan produk turunan CPO, yaitu biodiesel yang menjadi campuran bahan bakar jenis solar, CPO masih menjadi penyumbang devisa utama bagi Indonesia. Apalagi, harga CPO tahun ini di kisaran 650 dollar AS per ton masih lebih baik dari tahun lalu yang di bawah 600 dollar AS per ton.