Tingkat Kupon Turun, Investasi SR013 Dinilai Tetap Menarik
Sukuk ritel seri SR013 menawarkan tingkat kupon 6,05 persen. Namun, SR013 dinilai tetap menarik dibandingkan dengan instrumen investasi lain kendati tingkat kupon yang cenderung menurun dari SBN ritel seri sebelumnya.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tingkat kupon yang ditawarkan sukuk ritel seri SR013 lebih rendah dibandingkan dengan surat berharga negara ritel seri sebelumnya. Kendati lebih rendah, instrumen investasi SR013 dinilai tetap menarik karena memiliki kupon di atas suku bunga deposito bank, selain tingkat risiko gagal bayar yang rendah.
Jenis kupon SR013 bersifat tetap (fixed rate) dengan tingkat kupon 6,05 persen. Tingkat kupon SR013 lebih rendah dari dua seri sebelumnya, yaitu SR012 yang 6,3 persen dan ditawarkan Februari 2020 serta tingkat obligasi negara ritel (ORI) seri ORI017 yang 6,4 persen dan ditawarkan Juni 2020.
Kepala Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja, yang dihubungi Jumat (28/8/2020), menuturkan, instrumen investasi SR013 tetap menarik kendati tingkat kupon menurun. Kupon SR013 masih lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga deposito bank yang kini rata-rata sudah di bawah 5 persen.
SR013 memiliki jenis kupon tetap yang berarti investor akan menerima imbal hasil minimal 6,05 persen setiap tahun. Selain itu, keuntungan investasi SR013 juga lebih besar karena potongan pajak untuk surat berharga negara ritel 15 persen. Sementara pajak deposito mencapai 20 persen.
”Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia berimplikasi terhadap penurunan suku bunga deposito sehingga kini lebih menarik surat utang pemerintah,” kata Enrico.
Saat ini, suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7-days Reverse Repo Rate berada di level 4 persen. BI telah memangkas suku bunga acuan sebesar 100 basis poin sepanjang paruh pertama 2020.
Masa penawaran SR013 dibuka Jumat (28/8/2020) pukul 09.00. Selama masa penawaran hingga 23 September 2020 pukul 10.00, masyarakat dapat memesan minimal Rp 1 juta dan maksimal Rp 3 miliar. Pemesanan dan pembelian dilakukan secara daring melalui aplikasi 31 mitra distribusi.
Menurut perencana keuangan Aidil Akbar Madjid, pandemi bukan alasan untuk berhenti investasi. Masyarakat boleh saja memilih menabung atau menyimpan deposito, tetapi keduanya tidak cukup. SR013 menjadi instrumen investasi yang cocok untuk jangka pendek dan menengah.
SR013 menjadi instrumen investasi yang cocok untuk jangka pendek dan menengah. (Aidil Akbar Madjid)
”Di kala pandemi, salah satu yang harus diperkuat adalah dana taktis dan likuid. Pilihan investasi untuk kebutuhan dana jangka pendek di bawah 7 tahun. SR013 memenuhi kriteria itu,” kata Aidil dalam telekonferensi peluncurkan SR013, Jumat.
Risiko gagal bayar yang rendah atau bahkan nyaris nol menjadi salah satu keunggulan SR013 dibandingkan dengan instrumen investasi lain. Investasi SR013 dijamin langsung oleh negara melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara. Selain jauh dari risiko gagal bayar, SR013 dapat dijual atau dicairkan sebelum jatuh tempo.
SR013 juga dapat diperdagangkan di pasar sekunder sehingga dana investasi dapat dicairkan sebelum jatuh tempo pada 10 September 2023. Adapun pembayaran imbal hasil SR013 dilakukan setiap bulan pada tanggal 10. Imbal hasil akan ditransfer langsung ke rekening investor.
Target 2020
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman menuturkan, pemerintah berencana menerbitkan empat SBN ritel pada paruh kedua 2020, yaitu Savings Bond Ritel (SBR), sukuk tabungan (ST), ORI, dan SR. Target nominal dari empat penerbitan SBN ritel itu Rp 35 triliun-Rp 40 triliun.
Dari keempat SBN ritel, yang sudah terbit adalah ORI017 dan SR013. Adapun sisa SBN ritel yang belum terbit adalah seri SBR010 dan ST007. ”Sisa penerbitan SBN ritel masih sesuai rencana, tetapi pemerintah selalu melihat kondisi pasar dan selalu ada fleksibilitas,” kata Luky.
Hasil penerbitan SBN ritel akan digunakan untuk membiayai belanja negara yang fokus pada tiga aspek utama, yaitu penanganan Covid-19 di bidang kesehatan, peningkatan daya beli masyarakat melalui program jaring pengaman sosial, dan bantuan bagi dunia usaha.
Terkait sukuk ritel, Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kemenkeu Dwi Irianti Hadiningdyah menambahkan, dana hasil penerbitan sukuk ritel akan digunakan untuk membiayai pembangunan nasional dan membantu pembiayaan penanganan Covid-19.
Beberapa proyek yang didanai langsung oleh sukuk ritel, antara lain, lintas bawah Simpang Mandai Makassar, ramp on/off jalan layang Amplas Medan, jembatan Youtefa di Teluk Youtefa Papua, gedung perkuliahan di Universitas Teknologi Lampung (Itera), dan Universitas Teknologi Kalimantan (ITEKA).
”Sukuk akan digunakan untuk pembiayaan proyek pemerintah dan berbagai fasilitas publik yang dibutuhkan,” kata Dwi.