Harga kopi gayo selama pandemi jatuh. Biasanya harga buah merah/gelondongan per kaleng (12 kg) sekitar Rp 100.000, tetai kini jatuh menjadi Rp 50.000. Sementara harga gabah biasanya Rp 30.000 per kg jatuh jadi Rp 16.000.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Pandemi Covid-19 menyebabkan kopi gayo di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah, Provinsi Aceh, tidak terserap oleh pasar ekspor. Pemerintah daerah mengaktifkan resi gudang, tetapi daya serap hanya 20 persen dari jumlah produksi.
Ketua Asosiasi Produser Fairtrade Indonesia (APFI) Armiadi di Aceh Tengah, yang dihubungi dari Banda Aceh, Jumat (28/8/2020), mengatakan, pandemi Covid-19 membuat pasar ekspor terganggu. Resesi ekonomi di sejumlah negara berdampak langsung pada pasar kopi gayo. Banyak pembeli di luar negeri menunda memesan kopi. ”Banyak kopi yang menumpuk di gudang karena tidak ada pembeli,” kata Armiadi.
Armiadi menuturkan, para eksportir tidak berani membeli kopi dari petani dan dari pedagang kecil sebab tidak ada pembeli di pasar internasional. Sementara tidak sedikit petani yang menahan menjual kopi karena harganya anjlok.
Banyak kopi yang menumpuk di gudang karena tidak ada pembeli.
Armiadi memperkirakan, selama pandemi kopi yang terserap pasar ekspor hanya 20 persen dari total 45.000 ton ekspor tahun-tahun sebelum pandemi. ”Bulan September-Oktober masuk panen raya, kondisinya akan semakin sulit karena pandemi Covid-19 belum berakhir,” kata Armiadi.
Direktur Koperasi Baburryan Aceh Tengah Rizwan Husin mengatakan, selama pandemi dirinya telah mengekspor kopi sebanyak 365 ton yang merupakan kontrak yang dilakukan tahun lalu. Selama pandemi Covid-19 belum ada pengajuan kontrak pembelian baru. ”Belum ada kontrak baru dengan pembeli. Kami hanya membeli dari petani jika sudah kontrak (ekspor),” kata Rizwan.
Direktur PT Meeukat Komoditi Kopi Iwanni Tossa Putra, pengelola resi gudang untuk wilayah Aceh Tengah dan Bener Meriah, menuturkan, resi gudang untuk menampung kopi petani di Aceh Tengah dan Bener Mereiah akan dibuka pada Oktober 2020. Keterersediaan anggaran resi gudang sebesar Rp 20 miliar.
”Dengan harga Rp 50.000 per kilogram, yang bisa kami tampung hanya 400 ton, sementara total produksi 65.000 ton per tahun,” kata Iwanni. Meskipun daya serap minim, diharapkan resi gudang membantu petani yang kesulitan menjual kopi.
Selama ini, sebagian besar kopi gayo kualitas terbaik diekspor ke sejumlah negara, seperti Amerika Serikat dan negara di Eropa. Konsumsi kopi gayo oleh pasar nasional masih rendah dibandingkan dengan ekspor.
Dina Fitrah (34), petani kopi di Bener Meriah, menuturkan, harga kopi selama pandemi Covid-19 jatuh. Biasanya harga buah merah/gelondongan per kaleng (12 kg) sekitar Rp 100.000, tetapi kini jatuh menjadi Rp 50.000. Sementara harga gabah biasanya Rp 30.000 per kg jatuh menjadi Rp 16.000 per kg.
Sebelumnya Bupati Bener Meriah Syarkawi meminta para petani kopi untuk menahan pengeluaran yang tidak mendesak agar kondisi keuangan keluarga tidak seret. Dia berharap pandemi Covid-19 segera berakhir sehingga kondisi ekonomi cepat pulih.