Indonesia Bisa Gandeng Taiwan Kerja Sama Bidang Kesehatan
Kerja sama ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan Taiwan hendaknya lebih berfokus pada sektor kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Sebab, pemulihan kasus Covid-19 akan turut memulihkan ekonomi.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hubungan kerja sama ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan Taiwan di tengah pandemi Covid-19 dapat difokuskan pada sektor kesehatan. Upaya ini berkaca pada pengalaman Taiwan yang mampu menekan angka penyebaran Covid-19 sehingga ekonomi berangsur pulih.
Data Worldometer menunjukkan, perkembangan kurva epidemiologi Covid-19 di Taiwan sudah mendatar sejak 19 April 2020 dengan total 420 kasus dan hingga Rabu (26/8/2020) kemarin tercatat 487 kasus. Keadaan berbeda dihadapi Indonesia dengan kurva epidemiologi yang masih menunjukkan peningkatan dengan total kasus terakhir mencapai 160.165 kasus.
Terkendalinya kasus Covid-19 di Taiwan berdampak baik pada pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi hanya 0,73 persen pada triwulan II-2020. Sementara keadaan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode yang sama terkontraksi hingga 5,32 persen.
Peneliti Ekonomi Senior dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Zamroni Salim, menyampaikan, kasus Covid-19 yang terus meningkat di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk terus mengedukasi masyarakat. Tidak sekadar tahu, tetapi masyarakat harus mengerti dan menyadari risiko tertular Covid-19.
”Sementara terkait pemenuhan alat kesehatan selama pandemi, demi keamanan dan kesehatan nasional, tentunya kepentingan nasional harus menjadi prioritas utama. Namun, harus diakui bahwa tindakan pembatasan itu bersifat sementara, bukan permanen,” ujar Zamroni, Kamis (27/8/2020).
Diskusi ini mengemuka dalam webinar Ekonomi Indonesia-Taiwan 2020 bertemakan ”Prospek Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan antara Indonesia dengan Taiwan di Era Pandemi Covid-19 dan di Masa Depan”. Diskusi diselenggarakan oleh Taipei Economic and Trade Office (TETO) dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Komite Taiwan.
Lebih lanjut, Zamroni menjelaskan, arus perdagangan terutama pada produk-produk yang berhubungan dengan kesehatan harus dipromosikan dengan tegas tanpa menaikkan tarif impor. Tarif hendaknya menjadi pertimbangan kedua dalam keadaan darurat sebagai upaya menjaga ketersediaan stok alat kesehatan.
Dalam hubungan kerja sama ekonomi dan perdagangan, Taiwan merupakan salah satu negara eksportir, pemasok utama masker. Sementara Indonesia juga memproduksi alat-alat kesehatan, termasuk baju alat pelindung diri yang berpotensi untuk diekspor ke Taiwan.
”Meski di tengah pandemi, pameran atau promosi dagang tidak boleh dihentikan. Pameran dagang virtual bisa menjadi solusi yang optimal untuk mendorong arus perdagangan Indonesia dan Taiwan dengan memprioritaskan pada bidang kesehatan untuk memenuhi permintaan pasar, baik lokal maupun luar negeri,” tutur Zamroni.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, tidak ada perubahan signifikan dalam struktur perdagangan Indonesia-Taiwan sejak Covid-19. Ekspor Indonesia masih didominasi batubara dan bahan bakar mineral lainnya, sementara ekspor Taiwan didominasi komponen listrik.
Untuk jangka pendek, upaya memaksimalkan potensi kerja sama dapat dilakukan dengan memproduksi baju APD dan produk tekstil lain terkait pencegahan Covid-19, alat kesehatan termasuk alat tes cepat, serta produk farmasi termasuk vaksin. Sementara dalam jangka panjang, kerja sama dapat berfokus untuk memodernisasi sektor kesehatan Indonesia serta riset dan pengembangan industri berbasis teknologi.
”Potensi kerja sama ini dapat dilakukan dengan meningkatkan volume perdagangan atau memperluas struktur perdagangan yang ada. Upaya ini juga dapat dilakukan melalui investasi di Indonesia dengan memanfaatkan akses dan fasilitas dari pemerintah,” tutur Shinta.
Direktur Utama Rumah Sakit Universitas Nasional Taiwan (NTUH) Chia Yu Chu mengatakan, kolaborasi terkait penanganan Covid-19 sudah dilakukan bersama dengan sejumlah rumah sakit di Indonesia, antara lain Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, dan Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito.
”Kolaborasi dilakukan dengan pengadaan tes cepat Covid-19 serta melaksanakan berbagai webinar untuk mengedukasi dokter, mahasiswa, dan masyarakat. Kami akan terus melakukan kolaborasi ini dalam upaya membantu penanganan Covid-19 di Indonesia,” ujar Chu.
Kemudahan usaha
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada triwulan II-2020, Taiwan berada di posisi ke-9 sebagai negara yang berinvestasi langsung dengan nilai 77,3 juta dollar AS. Adapun dua perusahaan Taiwan yang sudah memutuskan untuk merelokasi perusahaan ke Indonesia adalah Kenda Tires dan PT Meiloon Technology.
Deputi Bidang Perencanaan BKPM Ikmal Lukman menyampaikan, Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk memudahkan investor menanamkan modalnya. Kini, investor asing, termasuk Taiwan, hanya perlu datang ke BKPM untuk mengurus segala perizinan usaha.
”Sesuai Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2019, pemerintah pusat dengan pemerintah daerah sekarang sudah terintegrasi dalam OSS (online single submission atau perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik). Dengan begitu, kami berharap Indonesia dapat menjadi tujuan investasi dan relokasi perusahaan dari Taiwan,” papar Ikmal.
Wakil Direktur Jenderal Biro Perdagangan Luar Negeri Kementerian Urusan Ekonomi (MOEA) Taiwan Guann-Jyh Lee mengatakan, Indonesia adalah mitra dagang penting bagi Taiwan, terutama di bawah ”Kebijakan Baru ke Arah Selatan” (New Southbound Policy). Perjanjian Perdagangan Bebas Taiwan-Indonesia juga memberi manfaat signifikan bagi kedua negara.
”Kami terus memfasilitasi dan mendorong investor Taiwan untuk merelokasi investasinya ke negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia. Kami harap dapat terus menjalin lebih banyak kerja sama untuk memaksimalkan manfaat ekonomi bilateral,” ujar Lee.