Pengembangan Pangan Lokal Bisa Jadi Penopang Pemulihan Ekonomi
Di tengah kondisi pandemi Covid-19, pengembangan pangan lokal bisa diandalkan untuk menopang perekonomian. Pascapandemi, pangan lokal juga bisa jadi andalan memulihkan ekonomi nasional.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertanian dapat menjadi sektor yang menopang pemulihan ekonomi nasional pascapandemi Covid-19. Namun, syaratnya, pangan lokal dikembangkan.
Pengembangan pangan lokal juga menjadi momentum di tengah situasi impor pangan dunia yang semakin menantang.
Menurut Dekan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Jamhari, pengembangan pangan lokal dapat menjadi pengungkit sektor pertanian dalam pemulihan ekonomi nasional. ”Pengembangan (pangan lokal) berbasis kebutuhan domestik. Hal ini sejalan dengan kapasitas pasokan pangan dunia yang kian terbatas, tetapi permintaannya meningkat,” katanya saat diskusi dalam jaringan Alinea Forum dengan tema ”Memperkuat Pertanian Kala Pandemi”, Selasa (25/8/2020).
Jamhari memaparkan, kapasitas produksi negara-negara produsen pangan semakin rendah. Padahal, konsumsi domestik di negara-negara tersebut meningkat. Hal ini terjadi pada komoditas beras, gandum, jagung, dan kacang kedelai. Dengan demikian, impor pangan menjadi kian menantang.
Di sisi lain, konsumen Indonesia yang terbiasa mengonsumsi makanan-minuman berbahan baku impor menjadi tantangan dalam pengembangan pangan lokal. Oleh sebab itu, pengembangan ini membutuhkan kolaborasi antarpihak dalam memosisikan pangan lokal di tengah masyarakat.
Sementara itu, survei berjudul Implications of Covid-19 for Retail and Consumer Goods in Indonesia menyebutkan, sebanyak 69 persen responden konsumen Indonesia berencana tidak lagi membeli produk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari luar negeri. Hal ini menandakan perhatian konsumen Indonesia pada produk lokal tergolong tinggi di tengah pandemi Covid-19.
Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bustanul Arifin menyatakan, pengembangan pangan lokal beriringan dengan diversifikasi. ”Diversifikasi pangan ini sebaiknya dilakukan dengan pendekatan gizi seimbang,” ujarnya.
Pendekatan gizi yang seimbang juga mesti mempertimbangkan pola konsumsi masyarakat. Ia mencontohkan, pangan sumber karbohidrat selain beras yang dapat diperkuat adalah ubi kayu, ubi jalar, kentang, dan porang.
Pengembangan pangan lokal beriringan dengan diversifikasi.
Kepastian pasar
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Winarno Tohir menyatakan, petani kesulitan memasarkan hasil panen. Akibatnya, hasil panen itu akan dijadikan pakan sapi atau dibuang.
Winarno mengharapkan akses petani ke pasar domestik diperkuat, salah satunya melalui kanal digital. Akan tetapi, langkah ini membutuhkan bantuan infrastruktur telekomunikasi bagi petani.
Akses petani ke pasar domestik diperkuat, salah satunya melalui kanal digital.
Selain itu, pemerintah bersama pelaku usaha dan industri di sektor pangan membantu mengekspor hasil panen petani. Produk yang dijual dikelompokkan berdasarkan spesifikasi sesuai daerah unggulan produksi, misalnya nanas dari Subang, Jawa Barat.
Menurut Bustanul, kepastian pasar bagi petani menjadi aspek yang krusial. Petani akan memproduksi jika hasil panennya berpotensi mendapatkan harga yang baik.
Salah satu solusinya adalah rantai pasok yang menghubungkan petani dengan konsumen secara langsung. Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri mengatakan, distribusi pangan menjadi perhatian Kementerian Pertanian. Pemerintah juga mengupayakan kemudahan logistik pangan.