”Microgreen”, Jalan Keluar Masalah Gizi dan Pangan di Perkotaan
Lahan sempit tidak menjadi alasan seseorang tidak bisa membudidayakan tanaman bergizi. ”Microgreen” bisa jadi jalan keluar dari permasalahan gizi dan pangan di perkotaan.
JAKARTA, KOMPAS — Microgreen dipandang bisa menjadi salah satu jalan keluar dari permasalahan gizi dan pangan di wilayah perkotaan. Proses budidayanya yang mudah dan tidak membutuhkan banyak ruang membuat microgreen kian diminati.
Microgreen adalah tanaman sayuran berukuran kecil yang dipanen saat masih berusia muda atau saat ketinggiannya mencapai sekitar 5 sentimeter. Tanaman ini digadang-gadang memiliki kandungan gizi yang tinggi dibandingkan dengan saat berusia dewasa.
Selain itu, proses budidaya microgreen juga tidak membutuhkan ruang yang luas seperti halnya hidroponik. Media yang digunakan juga dapat dengan mudah ditemui di pasaran.
Alasan tersebut yang mendorong Fajar Waskito (32), warga Kramat Jati, Jakarta Timur, membudidayakan microgreen sejak setahun silam. ”Kebetulan saat itu anak-anak saya yang masih usia balita suka makan sayur. Jadi, saya kepikiran buat microgreen untuk konsumsi sendiri,” katanya saat dihubungi di Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (26/8/2020).
Fajar kemudian memanfaatkan salah satu kamar di kontrakannya yang tidak terpakai untuk membudidayakan microgreen. Ia bahkan menggunakan lampu ultraviolet untuk menggantikan sinar matahari yang tidak bisa masuk ke dalam ruangan.
Tanaman yang ditanam Fajar, antara lain, adalah bunga matahari, lobak, pakcoy, dan bayam. Bibit tanaman tersebut ia dapatkan dengan membeli dari petani-petani di kampung atau mengimpor dari Australia bersama rekannya. Adapun media tanam yang ia pakai adalah rockwool.
”Setiap tanaman beda-beda panennya. Kalau lobak, biasanya dua minggu. Kalau bunga matahari, 7-12 hari bisa panen,” ujarnya.
Baca juga: Sayur ”Sosial” Bayu Sagoro
Awalnya, Fajar membudidayakan microgreen untuk dikonsumsi sendiri. Namun, perlahan ia banyak mendapatkan pesanan dari orang-orang di sekitarnya. Saat itu, setiap dua minggu sekali, ia mendapatkan pesanan sebanyak lima pot. Seiring berjalannya waktu, pesanan yang ia terima terus meningkat hingga 30 pot per dua minggu.
”Pertama pada pesan satu pot, lama-lama pesanannya nambah. Kebanyakan ibu-ibu yang selama ini suka aerobik atau gym, katanya buat menjaga kesehatan. Sistemnya preorder,” ujarnya.
Meski begitu, dalam beberapa bulan terakhir, Fajar mengaku banyak mendapatkan pertanyaan dari orang-orang mengenai cara membudidayakan microgreen ini. Bukan hanya dari Jakarta dan sekitarnya, orang-orang tersebut bahkan berasal dari luar Jawa, seperti Papua.
Merujuk dari jurnal-jurnal pertanian yang ia baca, Fajar percaya bahwa kandungan nutrisi, vitamin, dan protein pada tanaman microgreen lebih tinggi dibandingkan dengan saat berusia dewasa. Hanya saja, orang-orang saat ini lebih mengutamakan kuantitas sayuran dibandingkan dengan kualitasnya.
Pelaksana Tugas Kepala Suku Dinas (Kasudin) Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Jakarta Pusat Suharini Elliawati menilai, hidroponik saat ini sudah sangat menjamur di Jakarta. Untuk itu, ia ingin mendorong agar microgreen dapat dikembangkan di Jakarta.
Di sisi lain, microgreen memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi dari tumbuhan dewasa. ”Kalau tumbuhan dewasa, mungkin daunnya saja yang bisa dimakan. Akan tetapi, kalau microgreen, bisa dari daun ataupun batangnya,” katanya dalam webinar ”Solusi Budidaya Sayuran di Lahan Sempit” oleh Sudin KPKP Jakarta Pusat, Rabu.
Menurut Special Project Manager dari PT East West Seed Indonesia Rusli Suleiman, microgreen memiliki kandungan kalsium, magnesium, zat besi, mangan, dan zinc. Di sisi lain, kandungan nitrat dalam tanaman ini juga sangat rendah.
”Microgreen ini juga kaya dengan sumber polifenol atau kelas antioksidan yang dapat mengurangi risiko penyakit jantung,” katanya.
Manfaatkan ruang di rumah
Ananda (34), pemilik Toko Bunga Pomego asal Jakarta Selatan, beberapa tahun ini juga mulai membudidayakan microgreen di rumahnya. Sama halnya dengan Fajar, ia memanfaatkan ruangan di dalam rumah untuk membudidayakan microgreen ini.
Beberapa microgreen yang ia tanam adalah bayam merah, bayam hijau, pakcoy dan caisim. ”Awalnya saya tanam buat anak saya. Saya pikir, dengan ukurannya yang kecil, mereka mau makan,” katanya.
Saat ini, Ananda menjual produk microgreen tersebut. Sayangnya, peminatnya kebanyakan orang-orang dari kalangan menengah ke atas, seperti restoran dan hotel. Di saat pandemi Covid-19 seperti ini, ia mengaku permintaan berkurang.
”Tentu berkurang, ya, apalagi restoran dan hotel sempat tutup beberapa bulan,” katanya.
Menurut Ananda, salah satu tantangan untuk membudidayakan microgreen di Jakarta adalah mencari bibit. Menurut dia, bukan hal yang mudah mendapatkan bibit-bibit sayuran unggul di Jakarta.
Cara menanam
Menurut Urban Farming Expert dari PT East West Seed Indonesia Iqbal Kusnandarsyah, microgreen bisa dipanen dalam waktu 7-21 hari tergantung varietasnya. Sebagai perbandingan, kecambah biasa dipanen 1-7 hari, sedangkan sayuran biasa 20-30 hari.
Setidaknya ada empat unsur yang dibutuhkan untuk membudidayakan microgreen, yakni media, benih, wadah, dan cahaya. Media yang baik untuk microgreen adalah yang steril, mampu menyimpan air 55-77 persen, dan memiliki aerasi atau kegemburan yang baik.
Gunakan media sekali pakai untuk menghindari kontaminasi penyakit. ”Media yang bisa digunakan, seperti cocopeat, peatmoss, rockwool, biostrate, flanel, atau geotextile, dapat dibeli di toko pertanian,” katanya.
Selain itu, benih yang dipilih harus teruji kebersihannya melalui mekanisme sanitary treatments. Artinya, benih tersebut tidak tercampur dengan bahan-bahan kimia. Ada beberapa varietas tanaman yang bisa digunakan, seperti kol, pakcoy, sawi, lobak, selada, bunga matahari, timun, labu, dan kangkung.
Wadah yang digunakan idealnya memiliki tinggi 5-10 sentimeter. Sebab, tanaman akan dipanen pada ketinggian tersebut. Adapun unsur terakhir yang paling penting adalah cahaya.
”Spektrum cahaya dibutuhkan untuk proses fotosintesis. Ini berkaitan dengan rasa dan kandungan nutrisi di microgreen,” kata Iqbal.
Proses penanaman microgreen diawali dengan mengisi wadah dengan media setinggi 2-3 sentimeter sambil ditekan secara sedang. Selanjutnya, semai benih sambil ditekan-tekan ke dalam media. Setelah itu siram dengan sprayer.
”Kemudian tutup wadah dan biarkan dalam kondisi gelap selama 1-2 malam supaya benih melakukan sprout atau pemanjangan batang,” ujarnya.
Mulai hari ketiga, paparkan tanaman dengan sinar agar terjadi proses fotosintesis. Biarkan hal tersebut terjadi hingga hari keenam agar batang memanjang dan kokoh. Tunggu juga sampai daun sejati mereka terbuka. Jika hal itu terpenuhi, pada hari ke delapan atau sepuluh, tanaman sudah dapat dipanen.
Menurut Iqbal, microgreen yang sudah dipanen dapat dijadikan topping atau bahan pelengkap makanan. Saat ini, produk jadi microgreen juga bisa ditemukan di pasaran, hanya saja produk-produk yang beredar adalah produk impor.