Lepas Kepemilikan Bank Permata, Kas Astra International Selamat
Posisi kas keuangan Astra International meningkat pesat setelah melepas kepemilikan saham Bank Permata. Astra mencatatkan laba bersih Rp 11,4 triliun pada semester I-2020.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Astra International Tbk mencatatkan laba bersih Rp 11,4 triliun pada semester I-2020 atau tumbuh 16 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Capaian ini ditopang oleh aksi korporasi penjualan kepemilikan saham PT Bank Permata Tbk.
Dalam telekonferensi virtual, Selasa (25/8/2020), Head of Corporate Investor Relations Astra International Tira Ardianti memaparkan, hasil penjualan seluruh saham Astra International di Bank Permata telah menyuntik dana untuk kas perusahaan hingga Rp 16,83 triliun.
Jika keuntungan penjualan saham di Bank Permata ini tak dihitung, lanjutnya, laba bersih konsolidasi terhitung hanya Rp 5,5 triliun atau menurun 44 persen. Menurut Tira, penyebab utama penurunan laba bersih Grup Astra International adalah pelemahan kinerja karena pandemi Covid-19.
”Terutama karena penurunan kinerja divisi otomotif, alat berat, dan pertambangan, serta jasa keuangan, yang disebabkan oleh dampak pandemi dan langkah-langkah penanggulangannya,” kata Tira.
Pendapatan bersih konsolidasian Grup Astra pada semester I-2020 mencapai Rp 89,8 triliun atau menurun 23 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, nilai aset bersih per saham Astra pada 30 Juni 2020 tercatat sebesar Rp 3.773 per lembar saham, meningkat 3 persen dari nilai aset bersih per saham pada 31 Desember 2019.
Penyebab utama penurunan laba Grup Astra International adalah pelemahan kinerja karena pandemi Covid-19.
Utang bersih anak perusahaan jasa keuangan Grup Astra tercatat meningkat dari Rp 45,8 triliun pada akhir 2019 menjadi Rp 46,4 triliun pada 30 Juni 2020. Pada setiap bisnis Grup Astra International, tingkat utang dan posisi likuiditas dipantau dengan cermat. Selain itu, langkah-langkah untuk mengurangi risiko operasional dan keuangan pun terus dilakukan.
”Berbagai tindakan juga diambil untuk mengelola biaya dan menjaga tingkat kas, termasuk mengurangi belanja modal dan mengelola modal kerja,” ujarnya.
Tira memproyeksikan angka penjualan produk otomotif masih akan mengalami tren penurunan hingga akhir 2020. Meski sudah ada relaksasi berupa pelonggaran pembatasan sosial berskala besar, perseroan tetap siaga akan lesunya penjualan mobil dan sepeda motor.
”Pasar mobil dan motor memang masih akan turun sampai akhir tahun ini walaupun kami sudah melihat setelah pelonggaran pembatasan sosial secara tren penjualan meningkat,” katanya.
Tira memaparkan, kondisi penjualan terparah telah terjadi pada triwulan II-2020 di mana penjualan mobil anjlok hingga 90 persen dibandingkan dengan triwulan I-2020. Adapun penjualan sepeda motor anjlok hingga 80 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Memasuki semester II-2020, penjualan produk otomotif Grup Astra International melonjak pesat meski masih di bawah level normal. Seperti pada penjualan mobil yang mencapai 10.140 unit pada Juli 2020. Realisasi itu naik 108,81 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya 4.856 unit.
Saat paparan kinerja publik virtual sehari sebelumnya, Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro mengungkapkan hasil penjualan Bank Permata diprioritaskan untuk memperkuat neraca keuangan perseroan. Dalam jangka pendek, perusahaan belum memiliki satu bentuk rencana akuisisi atau investasi.
Astra International, lanjut Djony, akan terus mencermati aspek biaya operasional dan belanja modal. Sepanjang semester l-2020, Astra International mengucurkan anggaran belanja modal mencapai Rp 2,44 triliun, jauh lebih kecil dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 7,2 triliun.
”Paling penting, kami harus melakukan pengamanan dari sisi kas dan dari sisi belanja modal kami tinjau mana yang penting, mana yang tidak penting,” katanya.
Secara terpisah, analis RHB Sekuritas, Andrey Wijaya, menilai kuatnya arus kas Astra International berhasil membuat emiten ini bertahan di tengah situasi pandemi yang membuat permintaan domestik anjlok. Hal ini tentu membuat penjualan mobil dan sepeda motor sebagai produk andalan Astra ikut anjlok.
Meski begitu, Andrey tetap menilai sektor otomotif masih akan menjadi segmen inisiator pemulihan kinerja perusahaan. Setelah relaksasi yang diberlakukan pemerintah pada Juli lalu, fasilitas manufaktur Astra International juga sudah kembali beroperasi.
”Meskipun diperkirakan pendapatan untuk proyeksi tahun 2020 menurun, uang tunai yang dikumpulkan dari divestasi telah menjadi sentimen positif dalam hal keseimbangan kinerja keuangan Astra International,” kata Andrey.