Ekonomi Triwulan III-2020 Diproyeksikan Negatif, Ancaman Resesi Semakin Nyata
Ekspektasi konsensus ekonomi memproyeksikan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2020 minus 1 persen. Dengan demikian, kemungkinan Indonesia mengalami resesi semakin besar.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ancaman resesi semakin nyata mengintai Indonesia. Pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan III-2020 berpotensi terjebak pada zona negatif karena konsumsi rumah tangga belum pulih ke level normal.
Pada triwulan II-2020, perekonomian RI tumbuh minus 5,32 persen. Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan III-2020 berkisar nol sampai minus 2 persen. Jika triwulan III-2020 tumbuh negatif, Indonesia dipastikan mengalami resesi.
Chief Economist and Investment Strategist PT Manulife Asset Management Indonesia Katarina Setiawan mengatakan, ekonomi nasional pada triwulan III-2020 kemungkinan besar masih tumbuh negatif. Penyerapan berbagai stimulus pemerintah untuk mendorong perekonomian butuh waktu.
”Resesi teknikal kemungkinan terjadi karena pertumbuhan ekonomi baru akan positif pada triwulan IV-2020,” ujar Katarina dalam seminar daring bertajuk ”Market Update Golden Moment: The Rise of The E-Conomy”, Selasa (25/8/2020).
Ekspektasi konsensus ekonomi memproyeksikan, ekonomi Indonesia pada triwulan III-2020 tumbuh pada kisaran minus 1 persen. Kendati terjebak dalam zona negatif, respons pasar tidak akan terlalu kaget karena sudah masuk dalam kalkulasi investor. Pemulihan ekonomi akan bertahap mulai triwulan IV-2020.
Ekspektasi konsensus ekonomi memproyeksikan, ekonomi Indonesia pada triwulan III-2020 tumbuh pada kisaran minus 1 persen.
Menurut Katarina, konsumsi rumah tangga sebagai penopang produk domestik bruto (PDB) terkontraksi sangat dalam akibat Covid-19. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2020 minus 5,51 persen. Konsumsi kelas menengah turun signifikan di subsektor restoran, hotel, komunikasi, dan transportasi.
Konsumsi rumah tangga akan membaik pada paruh kedua 2020. Pembayaran gaji dan pensiun ke-13; subsidi gaji bagi pegawai swasta; stimulus dan bantuan produktif usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM); serta berbagai stimulus yang menyasar kelas menengah, akan mendorong pertumbuhan konsumsi keluar dari zona negatif.
”Stimulus kini memang perlu diberikan untuk mendorong konsumsi kelas menengah bukan hanya penduduk miskin,” katanya.
Katarina menilai, penyaluran bantuan sosial (bansos) yang menyasar 45 persen kelompok terbawah cukup efektif. Hal ini tecermin dalam kontraksi konsumsi di bidang pendidikan, kesehatan, serta makanan dan minuman yang tidak terlalu dalam. Konsumsi dan akses layanan dasar penduduk miskin terjaga di tengah pandemi.
Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini berkisar 0,2 persen hingga minus 1,1 persen dengan asumsi konsumsi rumah tangga tumbuh 0 hingga minus 1,3 persen, konsumsi pemerintah 2-4 persen, investasi minus 2,6 persen hingga minus 4,2 persen, ekspor minus 4,4 persen hingga minus 5,6 persen, dan impor minus 8,4 persen hingga minus 10,5 persen.
CEO Blibli.com Kusumo Martanto menuturkan, pandemi Covid-19 mengubah pola konsumsi penduduk Indonesia. Perubahan pola konsumsi terjadi hampir setiap bulan yang teridentifikasi dalam kantong pembelian di laman e-dagang. Pola konsumsi akan terus berubah mencari keseimbangan baru.
”Pada awal terjadi pandemi, banyak penduduk membeli produk-produk primer di laman e-dagang. Kini mereka sudah mulai membeli barang tersier seperti fashion dan perlengkapan olahraga,” kata Kusumo.
Perubahan pola konsumsi terjadi hampir setiap bulan yang teridentifikasi dalam kantong pembelian di laman e-dagang. Pola konsumsi akan terus berubah mencari keseimbangan baru.
Covid-19 meningkatkan transaksi belanja daring melalui laman e-dagang. Selain terjadi pergeseran konsumsi dari berbasis luring ke daring, jenis konsumsi juga meluas ke barang kebutuhan sehari-hari dan hiburan. Sebelum pandemi, pembelian daring hanya untuk produk-produk tertentu.
Kusumo menambahkan, pelaku usaha e-dagang ikut berupaya menumbuhkan daya beli masyarakat. Berbagai fasilitas dan diskon diberikan untuk memantik hasrat belanja, terutama kelompok kelas menengah dan atas. Diskon diberikan dalam bentuk potongan harga, gratis ongkos kirim, atau kupon khusus.