Untuk bisa naik kelas, pelaku usaha mikro yang mendominasi struktur UMKM harus berkolaborasi. Salah satunya bisa dilakukan dengan menjadi anggota koperasi agar biaya produksi lebih efisien dan lebih berdaya saing.
Oleh
SHARON PATRICIA/ERIKA KURNIA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha mikro yang mendominasi struktur unit usaha dalam keseluruhan usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM harus didorong untuk meningkatkan daya saing. Bergabung dengan komunitas atau koperasi dinilai dapat membantu pelaku usaha mikro bertahan, bahkan naik kelas di tengah pandemi Covid-19.
Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UKM) pada 2018 mencatat, dari total 64,19 juta unit UMKM, sebanyak 63,36 juta unit (98,68 persen) merupakan usaha mikro. Sementara usaha kecil ada 783.132 unit (1,22 persen) dan usaha menengah 60.702 unit (0,09 persen).
Dalam upaya pemulihan ekonomi nasional, untuk koperasi dan UMKM, pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp 123,46 triliun. Hingga 13 Agustus 2020, realisasi bantuan yang sudah disalurkan mencapai 35,35 persen atau Rp 43,64 triliun.
Secara rinci, realisasi untuk pembiayaan investasi kepada koperasi melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir mencapai Rp 457 miliar (45,7 persen) dari Rp 1 triliun. Adapun realisasi subsidi bunga, baik kredit usaha rakyat (KUR) maupun non-KUR, sebesar Rp 845,23 miliar (2,4 persen) dari Rp 35,28 triliun.
Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Victoria br Simanungkalit menyampaikan, pemerintah kini sedang membangun factory sharing atau dapur bersama. Upaya ini dilakukan untuk membantu usaha kecil dan mikro meningkatkan kualitas proses produksi.
”Kami masih berproses melakukan kolaborasi-kolaborasi untuk membangun factory sharing di setiap sektor. Saat ini kami berkolaborasi dengan Gojek contohnya untuk dapur bersama. Para pelaku UKM tetap memiliki resep dan bisnisnya, tetapi proses pengolahan dilakukan di dapur bersama,” ujar Victoria saat dihubungi Kompas, Kamis (20/8/2020).
Melalui dapur bersama, menurut Victoria, kualitas, keamanan, dan kebersihan dalam memproduksi makanan atau minuman dapat dikontrol. Biaya pun lebih efisien karena pembelian bahan baku dan bahan lain dapat dilakukan bersama-sama.
Secara tidak langsung, konsep dapur bersama berpeluang membuka jejaring langsung dengan UKM produsen. Rantai pasok pun akan terpotong sehingga dapat meningkatkan nilai tambah bagi UKM produsen maupun UKM kuliner.
”Salah satunya sekarang sedang kami buat dapur bersama rendang di Sumatera Barat. Kami pun masih mencari model dan pilot project (proyek percontohan) untuk rumah produksi furnitur dan pengolahan rotan,” tutur Victoria.
Ketua Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang Dedi Setiadi menyampaikan, dalam masa pandemi Covid-19, layanan terhadap anggota lebih ditingkatkan. Misalnya, untuk pinjaman modal usaha tidak dikenai bunga dan tanpa biaya administrasi.
Dengan menjadi anggota koperasi, kata Dedi, para peternak sapi dapat lebih menekan biaya operasional. Misalnya, bahan baku pakan ternak dapat digabung sehingga campuran konsentrat menjadi lebih baik untuk gizi sapi.
”Kualitas susu sapi juga akan terjaga karena kami punya mesin pendingin bersama. Ketika bergabung dalam wadah koperasi, pelaku usaha mikro bisa usaha bersama-sama dan posisi tawar menjadi kuat,” ujar Dedi yang menaungi 5.500 anggota koperasi aktif.
Chief Executive Officer Koperasi Syariah bmt itQan, Adhy Suryadi, menyampaikan hal senada. Menurut dia, dengan pelaku usaha mikro tergabung di dalam koperasi, kebutuhan jasa keuangan akan terpenuhi, mulai dari simpanan, pembiayaan, asuransi, hingga pembayaran listrik dan pulsa.
”Hasil keuntungan pun akan kembali ke anggota koperasi dalam bentuk selisih hasil usaha. Saat bergabung, mereka juga langsung memiliki pasar karena kami memiliki program Gerakan Utamakan Produk Anggota itQan,” ujar Adhy yang menaungi 15.000 anggota koperasi.
Adapun pendampingan bagi pelaku usaha berupa pelatihan dan layanan konsultasi seputar bisnis usaha mikro. Pendampingan, kata Adhy, dilakukan sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha mikro.
Gerakan sosial
Masa pandemi juga banyak melahirkan pelaku UMKM baru sebagai akibat dari berkurangnya pendapatan hingga hilangnya pekerjaan utama masyarakat. Fenomena ini mendorong sebagian kelompok masyarakat menghadirkan gerakan sosial untuk membantu usaha mereka yang terdampak pandemi.
Misalnya, tiga pekerja hotel di Bali, yakni Emma Larantukan, Renny Suarini, dan Gannie Pradepta, menggagas bazar produk usaha pekerja hotel yang terdampak pandemi Covid-19. Melalui akun Instagram @hotelierfriendspopupstore, masing-masing dari mereka yang memiliki keahlian berbeda berinisiatif mempromosikan produk-produk kreatif terpilih dari usaha alternatif rekan-rekan pekerja hotel.
Emma, yang bekerja sebagai general manager di salah satu hotel di Kuta, mengatakan, inisiatif yang dicetuskan 10 Agustus lalu tersebut bertujuan membantu pekerja hotel yang saat ini nasibnya semakin merana karena masih sepinya kegiatan pariwisata di Pulau Dewata tersebut.
”Posisi kami (pekerja hotel) saat ini memiliki pemasukan yang tidak penuh. Jadi, kami harus cari cara kreatif untuk bisa menghasilkan uang. Saya sendiri juga akhirnya berjualan, seperti teman-teman lain banyak berjualan di marketplace atau media sosial,” tuturnya kepada Kompas.
Sejak banyak teman pekerja hotel yang menjadi pengusaha produk kreatif dadakan, Emma dengan dua rekannya pun melihat peluang lebih baik dengan mengadakan kegiatan bazar.
Setelah sosialisasi diadakan selama lima hari, 25 partisipan dari puluhan pendaftar pun terjaring untuk mengikuti bazar yang rencananya diadakan pada 28-29 Agustus di salah satu pusat belanja di Kuta, Badung, Bali. Peserta yang ikut akan menjajakan berbagai produk, dari makanan dan minuman, kerajinan tangan, hingga pakaian.
”Harapan utama kami adalah memperkenalkan produk yang kita punya. Kalau sebelumnya kebanyakan hanya teman-teman kita yang beli dan bantu menjual, kami mau sebarkan ini ke masyarakat lain. Selain memperluas dan meningkatkan pengenalan produk, kami ingin masyarakat bisa saling mendukung,” tuturnya.
Jika bazar perdana itu sukses, mereka berencana mengadakan acara serupa di tempat-tempat lain dengan partisipan berbeda. Kegiatan itu pun diharapkan tidak hanya berdampak jangka pendek, tetapi juga jangka panjang untuk pengembangan UMKM.