Lonjakan harga emas dunia turut mendongkrak kinerja ekspor Indonesia pada Juli 2020. Meski demikian, kilau harga emas diperkirakan tidak dapat jadi penopang yang mampu bertahan lama bagi ekspor nasional.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
Sepanjang Juli 2020, pertumbuhan ekspor Indonesia secara bulanan tertopang oleh melejitnya harga emas dunia. Paparan kilau emas ini diperkirakan langgeng oleh pelaku bisnis terkait, tetapi akan memudar pada kinerja ekspor nasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Indonesia pada Juli 2020 naik 14,33 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi 13,73 miliar dollar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan jenis komoditasnya, ekspor nonmigas naik 13,86 persen secara bulanan menjadi 13,03 miliar dollar AS.
Jika diperinci, Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, kelompok logam mulia dan perhiasan/permata menduduki peringkat pertama dalam hal peningkatan nilai ekspor tertinggi pada bulan lalu dibandingkan dengan kategori barang lainnya secara bulanan. Ekspor kelompok ini meningkat 452,7 juta dollar AS. Harga emas dunia memengaruhi kinerja ekspor komoditas tersebut.
Kelompok produk itu, lanjut Suhariyanto, diekspor ke Swiss, AS, dan Singapura. Ketiganya juga menempati posisi teratas dari segi negara tujuan ekspor yang mengalami peningkatan nilai ekspor tertinggi.
Laman Dewan Emas Dunia mendata, harga emas per 31 Juli 2020 berada di angka 63,17 dollar AS per gram. Padahal, pada 1 Juli 2020, harganya masih 56,94 dollar AS per gram. Artinya, kenaikannya mencapai 10,94 persen.
Kilau harga emas pun menyinari sejumlah emiten di bursa saham. Khususnya, perusahaan yang memiliki lini bisnis emas. Perusahaan-perusahaan ini mendapatkan sentimen positif dari investor karena ada potensi pendapatan bisnis emas, baik dari penjualan pasar domestik maupun global atau ekspor.
Di tengah pandemi Covid-19, analis Central Capital Futures, Wahyu Laksono, menilai, kebutuhan emas di dunia tengah meningkat. ”Ekspor (emas) menguat dan keuntungan korporasi bertambah. Hal ini berdampak pada ekspektasi profit terhadap emiten-emiten komoditas. Wajar saja jika harga saham perusahaan tersebut meningkat. Ke depan, ekspektasi terhadap harga ini masih kuat," tuturnya saat dihubungi, Kamis (20/8/2020).
Hal ini tampak dari pergerakan rata-rata nilai saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk secara harian. Pergerakan harga pada 1 Juli 2020 sekitar Rp 600 per lembar saham, sedangkan pada 30 Juli 2020 sekitar Rp 730 per lembar saham. Wahyu menyimpulkan, pergerakan harga emas dan saham perusahaan terkait berkorelasi kuat.
Emiten yang memiliki lini bisnis emas, menurut Wahyu, akan diburu sehingga harga sahamnya melonjak. Apalagi, saham perusahaan yang berkaitan dengan emas dinilai sebagai alternatif investasi.
Tak bertahan
Meskipun demikian, paparan kilau harga emas pada kinerja ekspor nasional tak dapat menjadi penopang yang bertahan lama. ”Kita juga harus mencermati, peningkatan kinerja ekspor lebih disebabkan oleh kenaikan harga komoditas, khususnya emas,” kata Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjadja Kamdani.
Menurut Shinta, kenaikan konsumsi emas dunia menandakan pelaku pasar global masih mengambil sikap konservatif atau menahan diri untuk meningkatkan permintaan industri. Hal ini juga tecermin dari kinerja ekspor Juli 2020 yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Berdasarkan data BPS, nilai ekspor Juli 2020 lebih rendah 9,9 persen dibandingkan dengan Juli 2018 yang sebesar 15,24 miliar dollar AS. ”Jadi, kita belum bisa bernapas lega karena risiko terjadinya krisis masih cukup besar,” ujarnya.