Arahkan Kegiatan Ekonomi ke Luar Jawa untuk Pemulihan Berkelanjutan
Aktivitas ekonomi pascapandemi Covid-19 dapat diarahkan ke luar Jakarta. Langkah ini dapat mendukung pemulihan ekonomi berkelanjutan.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aktivitas ekonomi sebaiknya diarahkan ke kota-kota besar di luar Jawa untuk mewujudkan pemulihan ekonomi nasional yang berkelanjutan pascapandemi Covid-19. Pemerataan pertumbuhan ekonomi mesti dibarengi pengembangan infrastruktur teknologi informasi dan budaya digital.
Selama ini, struktur perekonomian RI ditopang Jawa. Pada triwulan II-2020, produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh negatif 5,32 secara tahunan. Kontribusi Jawa terhadap PDB Indonesia mencapai 58,55 persen. Pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa pada triwulan II-2020 negatif 6,69 persen secara tahunan.
Pada triwulan II-2020, pertumbuhan ekonomi wilayah Indonesia yang positif terjadi di Maluku dan Papua, yakni 2,36 persen secara tahunan. Meski demikian, wilayah ini berkontribusi 2,37 persen terhadap PDB Indonesia.
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Frederico Gil Sander menyampaikan, pandemi Covid-19 mengubah kebiasaan dan aktivitas ekonomi di seluruh negara, termasuk Indonesia. Kendati pandemi mengubah banyak hal, mayoritas penduduk tetap memilih tinggal dan beraktivitas di perkotaan.
”Banyak orang tetap memilih perkotaan, tetapi mungkin tidak semuanya memilih tinggal di kota-kota raksasa, seperti Jakarta,” ujar Frederico dalam webinar bertajuk ”Menata Kembali Masa Depan Ekonomi Indonesia” yang diselenggarakan The Jakarta Post, Rabu (19/8/2020).
Kendati pandemi mengubah banyak hal, mayoritas penduduk tetap memilih tinggal dan beraktivitas di perkotaan.
Tren urbanisasi ke kota-kota sekunder akan tumbuh pascapandemi. Aktivitas ekonomi Indonesia dapat bergeser ke kota-kota selain Jakarta, seperti Semarang (Jawa Tengah) dan Surabaya (Jawa Timur). Bahkan, aktivitas ekonomi sangat mungkin diarahkan ke luar Jawa yang pembangunannya cukup pesat, seperti Palembang (Sumatera Selatan).
Selama periode 1996-2016, menurut Bank Dunia, setiap 1 persen peningkatan jumlah penduduk perkotaan di Indonesia hanya mampu meningkatkan PDB per kapita 1,4 persen. Sementara di Asia Timur dan Pasifik, 1 persen urbanisasi bisa meningkatkan PDB per kapita 2,7 persen (Kompas, 4/10/2019).
Saat ini, sekitar 151 juta penduduk Indonesia atau sekitar 56 persen dari total penduduk tinggal di perkotaan. Pada 2045, penduduk yang tinggal di perkotaan diperkirakan meningkat menjadi 220 juta jiwa.
Menurut Frederico, tren urbanisasi perlu dibarengi dengan peningkatan modal manusia. Keahlian pekerja-pekerja Indonesia harus terus ditingkatkan agar mendapat pekerjaan yang layak di perkotaan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia ini menjadi keniscayaan pascapandemi.
”Covid-19 mempercepat transformasi digital. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat mendesak karena semakin banyak pekerjaan yang menjadi otomasi,” ujar Frederico.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengemukakan, ada banyak isu yang menjadi perhatian pemerintah selain penanganan Covid-19. Salah satu isu paling fundamental adalah modal manusia, inovasi dan produktivitas, serta pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan daya saing.
Krisis akibat pandemi Covid-19 berbeda dengan krisis-krisis sebelumnya. Pemerintah memastikan masyarakat, perusahaan, dan perbankan memiliki daya tahan dalam waktu yang panjang.
Menangkap peluang
Menteri Keuangan periode 2013-2014, M Chatib Basri, berpendapat, pandemi Covid-19 menciptakan ketidakpastian yang sangat tinggi. Namun, bukan berarti tidak ada peluang bagi Indonesia. Pemulihan ekonomi akan semakin cepat jika Indonesia menangkap peluang relokasi sejumlah pabrik dari China.
”Banyak pabrik dari China akan pindah ke negara-negara Asia sehingga terlihat ada peluang di tengah pandemi,” kata Chatib.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, selama pandemi Covid-19, sebanyak 143 perusahaan diidentifikasi akan merelokasi investasi mereka ke Indonesia. Perusahaan-perusahaan itu berasal dari Amerika Serikat (57), Taiwan (39), Korea Selatan (25), Jepang (21), dan Hong Kong (1).
Tujuh perusahaan merelokasi pabrik mereka ke Sumatera dan Jawa di tengah pandemi Covid-19 dengan total nilai investasi 850 juta dollar AS atau sekitar Rp 12,5 triliun. Potensi penyerapan tenaga kerjanya 30.000 orang.
Menurut Chatib, keberhasilan Indonesia menangkap peluang investasi tidak terlepas dari upaya perbaikan iklim investasi dan peningkatan daya saing di tengah pandemi. Selain itu, Indonesia juga dapat meningkatkan kerja sama bilateral dengan negara-negara ASEAN untuk meminimalkan dampak penurunan perdagangan global.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta Widjaja Kamdani menambahkan, perbaikan iklim investasi harus didukung kepastian regulasi.
keberhasilan Indonesia menangkap peluang investasi tidak terlepas dari upaya perbaikan iklim investasi dan peningkatan daya saing di tengah pandemi.