Harga Batubara Merosot, Adaro Revisi Target Produksi
Pandemi Covid-19 masih memukul bisnis batubara Indonesia. Situasi tersebut memaksa PT Adaro Energy Tbk mengubah sejumlah proyeksi kinerja perusahaan di tahun ini. Harga batubara yang terus melemah menjadi penyebabnya.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Adaro Energy Tbk merevisi target produksi batubara tahun ini, dari 54 juta ton-58 juta ton menjadi 52 juta ton-54 juta ton. Adaro beralasan, kondisi pasar batubara yang kurang kondusif membuat perusahaan harus merevisi sejumlah proyeksi operasional pada 2020.
Dalam beberapa bulan terakhir, harga batubara terus merosot di tengah pandemi Covid-19 yang belum jelas kapan berakhirnya.
Dalam laporan keuangan Adaro per akhir triwulan II-2020, selain merevisi target produksi, perusahaan juga merevisi rencana belanja modal, dari semula 300 juta dollar AS-400 juta dollar AS menjadi 200 juta dollar AS-250 juta dollar AS. Pada enam bulan pertama 2020, produksi batubara Adaro sebanyak 27,29 juta ton atau turun 4 persen secara tahunan. Adapun penjualan batubara turun 6 persen secara tahunan menjadi 27,13 juta ton.
”Pada triwulan II-2020, pasar batubara dunia lebih tertekan akibat pandemi Covid-19 karena negara pengimpor batubara menghadapi dampak ekonomi yang lebih berat. Akibatnya, permintaan terhadap listrik, dan terhadap batubara, anjlok. Situasi ini menekan harga batubara pada triwulan II-2020, dengan harga global yang turun menjadi rata-rata 55,08 dollar AS per ton atau turun 19 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu,” kata Sekretaris Perusahaan dan Hubungan Investor PT Adaro Energy Tbk Mahardika Putranto dalam keterangan resmi, Minggu (16/8/2020).
Putranto menambahkan, selain dampak pandemi Covid-19, ketidakpastian kebijakan impor di beberapa negara semakin menekan pasar batubara yang sudah tidak seimbang. Di tengah kondisi pasar yang lemah saat ini, perusahaan tetap yakin dengan fundamental jangka panjang pasar batubara termal karena wilayah seperti Asia Tenggara dan Asia Selatan terus menambah kapasitas pembangkit listrik. Pasar terbesar penjualan batubara Adaro ada di Asia Tenggara, Asia Timur, dan India dengan pangsa pasar 85 persen.
Di tengah kondisi pasar yang lemah saat ini, perusahaan tetap yakin dengan fundamental jangka panjang pasar batubara termal karena wilayah seperti Asia Tenggara dan Asia Selatan terus menaikkan kapasitas pembangkit listriknya.
Harga batubara masih tertekan akibat pandemi Covid-19. Pemerintah mengumumkan harga batubara acuan 50,34 dollar AS per ton atau turun dibandingkan dengan Juli 2020 yang sebesar 52,16 dollar AS per ton. Faktor pandemi Covid-19 menyebabkan permintaan terhadap batubara melemah di tengah pasokan batubara yang melimpah di pasaran.
”Selain pasokan batubara yang melimpah di tengah permintaan yang melemah, kebijakan China yang memprioritaskan produksi batubara di dalam negeri membuat harga batubara kian tertekan,” ujar Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi.
Tahun ini, pemerintah menargetkan produksi batubara sebanyak 550 juta ton. Dari total produksi tersebut, 155 juta ton dipasok untuk kebutuhan di dalam negeri, sedangkan sisanya sebanyak 395 juta ton untuk diekspor. Data per 15 Agustus 2020, produksi batubara di Indonesia sebanyak 338,45 juta ton. Sementara realisasi produksi batubara pada 2019 adalah 610 juta ton.
Dari kajian APBI, permintaan batubara diperkirakan terus melemah di tengah belum ada kejelasan kapan pandemi Covid-19 berakhir.
Sebelumnya, harga batubara yang terus melemah membuat produsen batubara di Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memutuskan pemangkasan produksi rata-rata 15-20 persen tahun ini. Harga turun akibat pasokan batubara yang melimpah di pasaran, sedangkan permintaan merosot selama pandemi Covid-19. Dari hasil kajian APBI, permintaan batubara diperkirakan terus melemah di tengah belum ada kejelasan pandemi Covid-19 berakhir.
”Dampak pandemi Covid-19 kian mencemaskan karena menyebabkan harga batubara turun. Dengan kondisi ini, APBI memandang pemangkasan produksi diperlukan untuk menciptakan keseimbangan pasokan dan permintaan. Untuk menjaga keuntungan, anggota APBI berencana memangkas produksi batubara 2020 sebesar 15-20 persen,” kata Ketua Umum APBI Pandu Sjahrir.