Giliran Pengunjung Kedai Kopi di Surabaya Menjalani Tes Cepat
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sepanjang Sabtu (15/8/2020) hingga malam dan Minggu (16/8/2020) pagi berkeliling melakukan razia protokol kesehatan sambil membagikan masker kepada warga di beberapa kawasan.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/IQBAL BASYARI
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sepanjang Sabtu (15/8/2020) hingga malam dan Minggu (16/8/2020) pagi berkeliling melakukan razia protokol kesehatan ke beberapa kawasan. Sasaran utama razia sambil membagikan masker itu adalah permukiman dan tempat berkerumun, seperti pasar dan kedai kopi.
Dari hasil razia tersebut, puluhan orang yang sedang berada di warung atau kedai kopi langsung menjalani tes cepat (rapid test). Perjalanan mulai menyisir dari Jalan Undaan, lantas memasuki Jalan Pegirian kawasan wisata religi Sunan Ampel. Di lokasi itu, Risma langsung turun mendekati kedai kopi yang sedang ramai pengunjung. Banyak pedagang, pengunjung, serta pembeli belum memakai masker dan tidak jaga jarak.
”Tolong dibantu saya, kalau sakit nanti susah. Silakan jualan, tapi protokol kesehatan tetap dipatuhi. Kalau sakit tidak ada yang boleh menjenguk, apalagi yang sakit anak-anak, sangat sulit kondisinya. Maka orangtua tolong anaknya selalu diingatkan agar memakai masker,” kata Risma melalui pelantang suara.
Setelah berhenti sejenak untuk mengingatkan para pedagang, Wali Kota Risma kemudian menuju Jalan Pabean, Jembatan Merah, selanjutnya mengarah ke Tunjungan dan Gubernur Suryo, Taman Apsari, Surabaya. Di lokasi ini, ia kembali turun dari mobil untuk mengingatkan pengunjung dan pedagang yang ada di kawasan itu agar taat protokol kesehatan. Beberapa anak-anak bersepeda juga diingatkan agar tidak bergerombol.
”Silakan bersepeda tapi jangan bergerombol, jaraknya tetap dijaga. Mbak cantik, tolong maskernya dipakai, jangan dilepas,” tegur Wali Kota Risma kepada salah seorang pengunjung perempuan di Taman Apsari.
Setelah beberapa menit di Taman Apsari, Wali Kota Risma kemudian menuju Jalan Panglima Sudirman dan Jalan Darmo, Taman Bungkul, Surabaya. Di sana, ia kembali turun dari mobil untuk berkeliling di Taman Bungkul.
Tanpa pendamping
Ketika berada di Taman Bungkul, Wali Kota mendapati beberapa anak sedang bersepeda tanpa didampingi orangtuanya. Melihat itu, ia pun langsung menghampiri anak-anak itu dan menanyakan dengan siapa dan di mana mereka tinggal. ”Sama siapa Nak ke sini? Rumahnya di mana? Ayo Nak, pulang ini sudah malam, nanti sakit,” kata Risma dengan nada memohon.
Ayo, ngangguy masker malle tak sakek. Gik bennyak se sakek. Bennyak se la sedho, jek tambe pole (Ayo pakai masker supaya tidak sakit. Masih banyak yang sakit. Banyak juga yang sudah meninggal, tolong jangan ditambah lagi. (Tri Rismaharini)
Setelah dari Taman Bungkul, razia kemudian dilanjutkan ke Jalan Diponegoro dan berhenti sejenak ke salah satu pedagang angkringan. Kembali, Wali Kota Risma mendapati puluhan pembeli di kedai itu duduk berdekatan tanpa jaga jarak. Wali Kota Risma langsung menghampiri dan menegur pembeli serta pedagang angkringan itu.
”Tolong jaraknya dijaga. Nanti kalau sampai sakit, panjenengan (Anda) tidak bisa biaya sendiri, kalau biaya sendiri ratusan juta rupiah. Tolong saya dibantu, sudah banyak yang sakit,” pesan Wali Kota Risma.
Razia malam pun tak berhenti sampai di situ, Wali Kota kemudian menuju ke Jalan Tandes, Surabaya. Ketika melintas di Jalan Sukomanunggal, ia melihat salah satu kedai kopi yang penuh dengan pengunjung tanpa menerapkan protokol kesehatan. Bahkan, para pengunjung di kedai kopi itu kebanyakan tidak memakai masker.
Sontak, Wali Kota Risma langsung turun dari mobil dan meminta petugas agar memeriksa identitas dan juga melakukan rapid test di tempat kepada pengunjung yang didominasi para remaja tersebut. Setidaknya, ada sekitar 97 remaja laki-laki dan perempuan yang menjalani rapid test secara bergiliran.
”Kok, pada bergerombol dan tanpa pakai masker, maka langsung di-rapid test saja. Mudah-mudahan tidak ada apa-apa,” ujarnya.
Upaya Risma untuk mengetuk hati warga Kota Surabaya dalam rangka memutus mata rantai penularan penyakit Covid-19 berlanjut pada Minggu (16/8/2020). Kali ini, ia blusukan ke perkampungan di wilayah Surabaya utara yang warganya didominasi dari Pulau Madura sehingga Risma menggunakan bahasa Madura untuk memberikan imbauan wajib memakai masker.
Beranjak dari Rumah Dinas Wali Kota Surabaya, ia bersama rombongan langsung menuju arah utara ke kawasan Ampel. Dengan berbekal pelantang suara, Risma dibonceng sepeda motor oleh Kepala Bagian Umum dan Prokotol Wiwiek Widiyanti. Ia tak henti-hentinya memberikan imbauan untuk terus menjaga protokol kesehatan, terutama tertib menggunakan masker.
”Ayo, dipakai maskernya. Masih banyak yang dirawat di rumah sakit, tolong jangan ditambah lagi,” katanya.
Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini pun terus menerobos gang-gang kecil di kawasan Kota Tua Surabaya itu. Sesekali dia pun berhenti dan tak canggung-canggung jalan kaki di gang kecil tersebut untuk sekadar menyosialisasikan tertib menggunakan masker.
Bahasa Madura
Bahkan, saat berada di gang-gang kecil dan rumah padat penduduk yang penghuninya mayoritas orang Madura, ia pun langsung menggunakan bahasa Madura sambil dipandu Wiwiek Widiyanti. Sepertinya, dia ingin menyampaikan imbauan itu lebih tepat dan supaya lebih dimengerti warga di kawasan Surabaya utara itu.
”Ayo ngangguy masker malle tak sakek. Gik bennyak se sakek. Bennyak se la sedho, jek tambe pole (Ayo pakai masker supaya tidak sakit. Masih banyak yang sakit. Banyak juga yang sudah meninggal, tolong jangan ditambah lagi,” kata Wali Kota dengan logat Madura.
Tak jarang, ketika Wali Kota Risma memasuki gang-gang kecil, ada warga dan anak-anak yang langsung lari karena tidak menggunakan masker. Ia pun meminta mereka untuk tidak lari karena akan diberi masker. Permintaan itu pun lagi-lagi menggunakan bahasa Madura. ”Jek buru, e berri’ e masker (jangan kabur, ini mau diberi masker),” ujarnya.
Sesekali, dia pun memperkenalkan dirinya sebagai Wali Kota Surabaya dan meminta bantuan warga Kota Surabaya untuk tertib menggunakan masker supaya tidak bertambah lagi yang dirawat pemkot di rumah sakit.
”Saya Risma, Wali Kota Surabaya. Tolong bantu saya, gunakan masker supaya tidak sakit. Kalau sakit, nanti susah semuanya, bukan hanya keluarga panjenengan, tapi juga kami di pemkot, tolong jangan ditambah lagi yang dirawat di rumah sakit,” tegasnya.
Blusukan agar warga Surabaya mematuhi protokol kesehatan terus dilakukan. Sebab, dia berkomitmen untuk terus menyosialisasikan tertib pakai masker dan patuh pada protokol kesehatan.
Menurut dia, sosialisasi semacam ini penting untuk terus dilakukan supaya warga Kota Surabaya bisa care dan sadar bahwa pandemi ini belum selesai. Karena itu, ia meminta warga untuk selalu hati-hati serta selalu mematuhi dan menjalankan protokol kesehatan secara ketat. ”Saya mencoba mengetuk hati warga Kota Surabaya dengan sosialisasi ke kampung-kampung dan gang-gang kecil ini,” ujarnya.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BPB) Linmas Kota Surabaya Irvan Widyanto, program pendampingan Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo yang melibatkan banhyak pihak, seperti akademisi, polisi, TNI, dan tenaga kesehatan serta organisasi masyarakat masih terus berlangsung. Ketaatan warga Surabaya pun terus meningkat dengan gerakan pola pembinaan hingga ke tingkat rukun tetangga.