Produk Oleokimia Topang Kinerja Positif Industri Sawit
Kinerja positif ekspor dan konsumsi produk oleokimia berbasis sawit di dalam negeri mendongkrak kinerja industri kelapa sawit. Lonjakan permintaan produk pembersih terkait pandemi Covid-19 turut memengaruhi capaian itu.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di antara seluruh produk berbasis minyak kelapa sawit, oleokimia memiliki kinerja positif sepanjang semester I-2020. Permintaan produk kebersihan untuk menghadapi pandemi Covid-19 memengaruhi kinerja tersebut.
Sepanjang Januari-Juni 2020, menurut Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) Rapolo Hutabarat, volume ekspor produk oleokimia mencapai 1,8 juta ton atau senilai 1,3 miliar dollar Amerika Serikat (AS).
”Sepanjang 2019, volume ekspornya berkisar 3,2 juta ton dengan nilai 2 miliar dollar AS. Kami memperkirakan, hingga akhir 2020, ekspor dapat mencapai 3,7 juta ton dengan nilai 2,6 miliar dollar AS,” ujarnya saat konferensi pers daring, Rabu (12/8/2020).
Dari sisi pasar dalam negeri, konsumsi domestik mencapai 1,6 juta ton sepanjang semester-I 2020. Volume itu 38 persen lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Rapolo, permintaan domestik dan ekspor yang meningkat dipengaruhi oleh kenaikan penggunaan cairan penyanitasi tangan dan disinfektan yang berbahan baku oleokimia selama pandemi Covid-19. Menyambut kenaikan itu, terdapat investasi baru senilai Rp 1 triliun dari satu perusahaan yang berorientasi ekspor dan diharapkan dapat beroperasi pada awal 2021.
Di sisi lain, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan, ekspor produk kelapa sawit secara keseluruhan sepanjang semester-I 2020 mencapai 15,5 juta ton. Posisi ini lebih rendah 11,69 persen dibandingkan dengan semester pertama pada tahun sebelumnya.
Di dalam negeri, Gapki mencatat, konsumsi domestik sepanjang Januari-Juni 2020 mencapai 8,66 juta ton atau meningkat 2,77 persen daripada tahun sebelumnya pada periode yang sama.
”Biasanya, rata-rata kontribusi pasar domestik (market share) mencapai 30 persen. Kali ini, kontribusinya menyentuh 37 persen. Kami berharap kinerja ini meningkat secara konsisten sehingga mampu mengompensasi penurunan kinerja ekspor,” tuturnya.
Produksi minyak kelapa sawit pada semester-I 2020 mencapai 15,5 juta ton atau lebih rendah 11,69 persen daripada semester-I 2019. Joko menyebutkan, penurunan produksi tersebut disebabkan oleh dampak bulan kering yang terjadi pada tahun lalu.
Terlambat
Pada industri biodiesel, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia Paulus Tjakrawan menyatakan, sejumlah realisasi investasi tahun ini akan terlambat. ”Keterlambatan ini disebabkan oleh sulitnya mendatangkan ahli pabrik ke Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Mayoritas negara asal ahli tersebut belum mengizinkan mereka ke sini,” katanya.
Paulus mengatakan, saat ini kapasitas terpasang di pabrik-pabrik biodiesel di Indonesia mencapai 11,6 juta kiloliter. Investasi yang belum terealisasi itu akan memberikan tambahan kapasitas produksi 3,6 juta kiloliter pada tahun ini dan 3 juta kiloliter pada 2021.
Menurut Paulus, investasi itu akan terealisasi salah satunya karena adanya kebijakan campuran bahan bakar biodiesel 40 persen atau B-40 yang diterapkan Pemerintah Indonesia. Saat ini, sejumlah pengujian tengah disiapkan, termasuk uji jalan pada kendaraan yang akan dilaksanakan tahun ini.
Dari kelompok minyak makan nabati, Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) mencatat, produk olahan yang diekspor sepanjang semester I-2020 mencapai 11,5 juta ton atau setara dengan 65 persen dari keseluruhan jenis produk, termasuk yang mentah. Angka kontribusi tersebut membaik dibandingkan dengan semester-I 2019 yang sebesar 62 persen.
Berdasarkan proyeksi GIMNI, ekspor sepanjang 2020 dapat mencapai 39,2 juta ton atau tumbuh 5 persen daripada tahun sebelumnya. ”Optimisme ini berdasarkan adanya kesulitan produksi sejumlah industri penghasil minyak nabati di kawasan Eropa. Dampaknya, Indonesia berpeluang memenuhi konsumsi dunia,” ujar Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia Sahat Sinaga.