Penanganan Covid-19 Jangan Sekadar Berjalan Apa Adanya
Hal yang saat ini penting bukan semata mengatasi krisis akibat Covid-19, melainkan juga untuk menuju kondisi yang lebih baik. Aspek efisiensi, aksesibilitas, keberlanjutan, dan keamanan penting untuk terus diperhatikan.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
Kompas/Heru Sri Kumoro
Petugas membantu calon penumpang pesawat dalam mengisi e-HAC atau kartu kewaspadaan kesehatan (health alert card) sebelum naik pesawat di Bandara Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (10/7/2020). Pengisian e-HAC tidak hanya bermanfaat sebagai basis data Kantor Kesehatan Pelabuhan dan Kementerian Kesehatan, tetapi juga sangat bermanfaat untuk mempercepat dan memperlancar proses pemeriksaan di bandara tujuan.
JAKARTA, KOMPAS — Penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional diharapkan tidak sekadar berjalan apa adanya. Penanganan dan pemulihan ini perlu memiliki target jelas yang mengarah pada kondisi yang lebih baik di berbagai sektor terdampak.
Vice President for Knowledge Management and Sustainable Development Bank Pembangunan Asia (ADB) Bambang Susantono, Rabu (12/8/2020), mengatakan, pandemi Covid-19 berdampak pada perekonomian sejumlah negara di dunia. Kesiapan semua pemangku kepentingan dibutuhkan dalam situasi menantang seperti sekarang.
Hal yang saat ini penting bukan semata mengatasi krisis akibat Covid-19, melainkan juga untuk menuju kondisi yang lebih baik. Aspek efisiensi, aksesibilitas, keberlanjutan, dan keamanan penting untuk terus diperhatikan.
”Kita semua diharapkan tidak hanya meng-address, tetapi juga me-redress isu-isu penting ini,” ujarnya dalam seminar daring nasional bertajuk ”Adaptasi Kebiasaan Baru Bertransportasi Menuju Indonesia Maju” yang digelar Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI).
Hal yang saat ini penting bukan semata mengatasi krisis akibat Covid-19, melainkan juga untuk menuju kondisi yang lebih baik. Aspek efisiensi, aksesibilitas, keberlanjutan, dan keamanan penting untuk terus diperhatikan.
Menurut Bambang, di sektor ekonomi, dampak pandemi Covid-19, antara lain, terlihat dari penurunan volume dan nilai perdagangan. Penurunan volume perdagangan ini sangat berpengaruh pada sektor penerbangan dan maritim.
”Pertumbuhan transportasi udara maupun maritim jadi turut terkontraksi kendati penurunan sektor maritim tidak sedrastis penerbangan,” ucapnya.
Kompas
Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan
Wakil Ketua Umum Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Fatty Khusumo mengemukakan, sektor transportasi mengalami kontraksi pada triwulan II-2020. Merujuk pada data Badan Pusat Statistik, pada triwulan II-2020, sektor transportasi tumbuh minus 30,84 persen.
”Padahal, pada periode sama tahun 2019, sektor tersebut masih tumbuh baik sebesar 5,88 persen,” katanya.
Menurut Fatty, dampak di sektor pelayaran relatif tidak separah angkutan udara dan angkutan kereta api yang mayoritas mengangkut penumpang. Kendati begitu, secara umum, semua sektor di angkutan laut terdampak pandemi Covid-19. Dampak tersebut bervariasi.
Penurunan pendapatan terbesar terjadi pada angkutan penumpang dan ro-ro. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah menjadikan angkutan penumpang dan ro-ro tidak dapat beraktivitas karena pelabuhan dan terminal penumpang ditutup.
”Hal ini menyebabkan pendapatan angkutan tersebut turun pada kisaran 75-100 persen dari kondisi normal. Sementara itu, penurunan di jasa angkutan kontainer, curah kering, kapal tunda dan tongkang (tug and barge), angkutan migas dan lepas pantai (offshore), serta kapal khusus turun pada kisaran 25-50 persen,” ujar Fatty.
KOMPAS/SYAHNAN RANGKUTI
Pedagang along-along di atas kapal ro-ro penyeberangan dari Dumai menuju Pulau Rupat, Kamis (28/2/2019). Along-along memasok kebutuhan sayur-mayur dan bahan pokok segar untuk kebutuhan warga Rupat.
Sementara itu, Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi mengatakan, pandemi Covid-19 berdampak sangat signifikan terhadap industri penerbangan. Pada Januari-Juli 2020, penurunan penumpang di wilayah PT AP I sekitar 57 persen.
”Pukulan terberat terjadi pada Mei 2020, yaitu saat jumlah penumpang turun dari 7,5 juta orang per bulan menjadi hanya 75.000 penumpang per bulan,” ujarnya.
Menurut Faik, pergerakan pesawat dan penumpang hingga Juli 2020 sekitar 35 persen dari kondisi normal dan pergerakan penumpang baru sekitar 17 persen. Kemudian, pada Agustus 2020 terjadi peningkatan, yaitu pergerakan pesawat meningkat 35 persen dan penumpang naik 25-30 persen dari kondisi normal.
Upaya membangun tingkat kepercayaan diri masyarakat untuk menggunakan pesawat menjadi perhatian pemangku kepentingan industri penerbangan. ”Penyebaran virus korona belum selesai sehingga kebijakan protokol kesehatan yang baik di bandara dan pesawat saya kira tetap menjadi prioritas utama,” kata Faik.