Tanpa ada perubahan rasa aman bagi masyarakat kita, orang tidak akan berani keluar, kontak fisik tidak terjadi, dan perputaran roda ekonomi juga tidak berjalan.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
DOKUMENTASI SEKRETARIAT PRESIDEN
Ketua Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan pers di Jakarta, Rabu (29/07/2020). Ia menyatakan, rasa aman terhadap Covid-19 adalah prasyarat pemulihan ekonomi.
JAKARTA, KOMPAS — Permasalahan ekonomi sekarang ini terjadi akibat masalah kesehatan, yakni pandemi Covid-19. Kondisi ini berbeda dengan krisis ekonomi pada 1998, 2008, dan 2013 yang disebabkan masalah di sektor keuangan.
Ketua Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional Budi Gunadi Sadikin, Selasa (11/8/2020), mengatakan, persoalan kesehatan akibat pandemi Covid-19 mengharuskan pengurangan kontak fisik yang merupakan pilar utama perputaran roda ekonomi. Semaju apa pun kontak digital dan kontak visual, belum dapat menggantikan kontak fisik dalam memutar roda ekonomi.
Sebagian besar warga kelas menengah atas, yang berkontribusi 57-58 persen terhadap produk domestik bruto, tidak memutar roda ekonomi karena mereka merasa takut sehingga tidak keluar rumah. Untuk itu, upaya harus difokuskan ke aspek kesehatan untuk mengubah rasa takut dan membangkitkan rasa aman.
”Solusi, obat, dan cara menjawabnya memang harus disesuaikan untuk fokus ke kesehatan dahulu. Tanpa ada perubahan rasa aman bagi masyarakat kita, orang tidak akan berani keluar, kontak fisik tidak terjadi, dan perputaran roda ekonomi juga tidak berjalan,” kata Budi Gunadi dalam seminar virtual bertajuk ”Gotong Royong Jaga Indonesia” yang digelar Katadata.
Tanpa ada perubahan rasa aman bagi masyarakat kita, orang tidak akan berani keluar, kontak fisik tidak terjadi, dan perputaran roda ekonomi juga tidak berjalan.
Terkait dengan hal itu, lanjut Budi, program kesehatan, sepertivaksin, perawatan, pelacakan, identifikasi, pengujian, perubahan perilaku berupa penggunaan masker, mencuci tangan, dan penjagaan jarak, harus menjadi prioritas utama.
Dari sisi ekonomi, pemerintah hanya mengganjal sampai rasa aman itu kembali dengan menggulirkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) senilai total Rp 695,2 triliun. Namun, tanpa ada rasa aman, roda ekonomi sulit untuk berputar kembali.
Menurut Budi, selain mereformasi atau memulihkan ekonomi jangka pendek, transformasi ekonomi jangka panjang dan fundamental juga akan dilakukan.
”Jadi, kita harus melakukan perubahan agar uang Rp 695,2 triliun ini jangan hangus begitu saja, tetapi juga dapat membangun dan mempersiapkan fundamental untuk masa depan,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Budi juga meminta pelaku UMKM di Indonesia mulai mendigitalisasi bisnis agar daya tahan mereka lebih baik. Apalagi UMKM berkontribusi besar terhadap serapan tenaga kerja dan perekonomian Indonesia.
Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk Hemant Bakhsi berpendapat, penyelamatan kehidupan dan penghidupan harus dilakukan. Kolaborasi antara pemerintah dan swasta untuk memantik perekonomian sangat diperlukan. Unilever siap bekerja sama dengan pemerintah demi menggeliatkan kembali ekonomi, terutama bagi UMKM.
Sebelumnya, Manager Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Indonesia E-Commerce Association (IdEA) Rofi Uddarojat mengatakan, ada hikmah yang dapat diambil saat pandemi Covid-19. Pandemi mengakibatkan banyak UMKM yang selama ini beraktivitas secara luring memanfaatkan platform digital.
”Platform digital menjadi sarana alternatif untuk berjualan karena bisnis luring banyak yang ditutup. Banyak orang terpaksa bekerja dari rumah atau tetap di rumah, maka kemudian daring menjadi pilihan mereka, termasuk dalam menjalankan usaha,” kata Rofi.