Pasar Gotong Royong Krama Bali Digelar Setiap Jumat
Program Pasar Gotong Royong Krama Bali, yang diluncurkan Pemprov Bali, digelar serentak pada Jumat (7/8/2020). Transaksi di pasar tersebut diharapkan dapat menarik roda perekonomian masyarakat.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Program Pasar Gotong Royong Krama Bali, yang diluncurkan Pemerintah Provinsi Bali, digelar serentak pada Jumat (7/8/2020). Transaksi oleh pegawai negeri sipil dan aparatur instansi lainnya di Bali langsung ke produsen diharapkan dapat menarik roda perekonomian masyarakat yang macet akibat dampak pandemi penyakit akibat virus korona baru (Covid-19).
Laporan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana dalam pembukaan Pasar Gotong Royong Krama Bali di area kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Denpasar, Jumat, menyebutkan, pasar tersebut digelar di 61 lokasi di seluruh Bali. Lebih dari 400 pedagang, baik produsen maupun pengusaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dilibatkan dalam pasar gotong royong tersebut.
Lokasi penyelenggaraan Pasar Gotong Royong Krama Bali yang resmi dibuka pada Jumat itu ada di 25 tempat di kantor-kantor Pemerintah Provinsi Bali, 18 pasar di semua kabupaten di Bali, dan 18 pasar di kantor instansi vertikal lainnya di Bali. Adapun jumlah pegawai negeri sipil di lingkungan Pemprov Bali dinyatakan lebih dari 6.600 orang.
Pembeli mendapatkan produk hasil pertanian yang segar karena langsung dari petaninya.
Di luar Pemprov Bali, pasar gotong royong itu juga diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Gianyar, Pemkab Klungkung, dan Pemkab Jembrana serta Otoritas Jasa Keuangan Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara di Denpasar. Selain diikuti kalangan pegawai negeri sipil, masyarakat juga turut berbelanja di Pasar Gotong Royong Krama Bali.
Pelaksanaan program Pasar Gotong Royong Krama Bali setiap Jumat mengacu pada Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 15036 Tahun 2020 tentang Program Pasar Gotong Royong Krama Bali yang diumumkan Gubernur Bali Wayan Koster di Gedung Jaya Sabha, Denpasar, Rabu, 22 Juli. Produk yang dijual di pasar tersebut berupa hasil pertanian, perikanan, dan produk industri lokal Bali lainnya.
Peserta pasar gotong royong, Kadek Adnyana, menyatakan bahwa program pasar itu memberikan ruang bagi produsen dan pelaku UMKM memasarkan produk mereka secara langsung kepada konsumen. ”Pembeli mendapatkan produk hasil pertanian yang segar karena langsung dari petaninya,” kata Adnyana yang juga Manajer Operasional Pasarbali.id, layanan pemasaran produk pertanian secara dalam jaringan (daring) di Bali.
Adnyana juga menanggapi positif kebijakan Gubernur Bali yang mewajibkan pegawai negeri sipil berbelanja di Pasar Gotong Royong Krama Bali.
Ekonomi Bali
Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra menyatakan, aparatur sipil negara dan pegawai instansi lainnya relatif lebih tidak terdampak dari sisi ekonomi karena masih memperoleh gaji dan tunjangan. Namun, sebagian besar dari masyarakat di Bali mengalami dampak pandemi Covid-19, terutama dari kalangan pekerja sektor pariwisata dan usaha lain yang berkaitan dengan industri pariwisata.
”Dalam waktu lima bulan selama pandemi Covid-19, aktivitas ekonomi masyarakat mengalami penurunan atau disebut kontraksi. Ada masyarakat yang sangat terdampak, terutama mereka di sektor pariwisata yang sekarang masih nol kunjungan wisatawan,” kata Indra dalam pembukaan Pasar Gotong Royong Krama Bali di kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Jumat.
Pasar Gotong Royong Krama Bali bertujuan menyerap produksi pangan dan sandang lokal Bali serta menggeliatkan kembali roda ekonomi masyarakat dalam menjalani tatanan kehidupan baru di era pandemi Covid-19.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali tentang perkembangan pariwisata Bali periode Juni 2020, yang dipaparkan pada Senin, 3 Agustus, menunjukkan kedatangan wisatawan mancanegara ke Bali pada Juni 2020 tercatat hanya 32 kunjungan. Jumlah itu turun sedalam 99,99 persen dibandingkan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada Juni 2019 yang mencapai 549.516 kunjungan.
Secara kumulatif, menurut Berita Resmi Statistik dari BPS Bali, jumlah kedatangan wisman ke Bali periode Januari-Juni 2020 tercatat sebanyak 1.050.092 kunjungan. Jumlah kunjungan itu menurun sedalam 62,23 persen dibandingkan periode Januari-Juni 2019 yang sebanyak 2.855.782 kunjungan.
Kondisi itu berimbas pada pertumbuhan ekonomi Bali yang banyak mengandalkan pariwisata. BPS Bali menyebutkan, ekonomi Bali dalam dua triwulan awal 2020 mencatatkan angka pertumbuhan negatif.
”Triwulan I-2020, ekonomi Bali terkontraksi -1,14 persen. Pada triwulan II, selama April hingga Juni, kontraksinya lebih dalam, yakni -10,98 persen. Ini lebih tinggi daripada kontraksi ekonomi nasional,” tutur Indra di kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali, Jumat.
”Ibarat mobil, ekonomi Bali sekarang ini bukan lagi diam, melainkan sedang mundur. Kegiatan pasar ini tentu tidak signifikan mendorong ekonomi Bali, tetapi dapat membantu menggerakkannya,” ujar Indra.