Data Jadi Andalan E-dagang untuk Tumbuh di Tengah Pandemi
Hasil analisis JD.ID menunjukkan, perubahan pola belanja masyarakat di tengah pandemi ini melalui tiga tahapan, yakni tahap penyesuaian, adopsi, selanjutnya penyelarasan diri dengan menerima kondisi Covid-19.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengelola platform e-dagang mengandalkan data untuk menentukan strategi keputusan dan strategi bisnis mereka di tengah pandemi. Dengan menggunakan data, perusahaan e-dagang bisa lebih antisipatif terhadap perubahan pola belanja masyarakat.
Dalam program Kompas Talks bertema ”Strategi E-Commerce Kala Pandemi” bersama JD.ID, Chief Marketing JD.ID Mia Fawzia menyampaikan perusahaannya mengombinasikan data yang didapat dari eksternal dan internal untuk membaca perubahan pola belanja masyarakat di masa pandemi.
”Data penting untuk kami sehingga kami mengumpulkan data eksternal dan internal untuk dikombinasikan sebelum kami analisis,” ujarnya, Jumat (7/8/2020).
Hasil analisis JD.ID menunjukkan, perubahan pola belanja masyarakat di tengah pandemi ini melalui tiga tahapan, yakni tahap penyesuaian, adopsi, kemudian penyelarasan diri dengan menerima kondisi Covid-19.
Hasil analisis JD.ID menunjukkan, perubahan pola belanja masyarakat di tengah pandemi ini melalui tiga tahapan, yakni tahap penyesuaian, adopsi, kemudian penyelarasan diri dengan menerima kondisi Covid-19.
Pada tahap penyesuaian di Maret-April 2020, terjadi pembelian besar-besaran terhadap produk kesehatan sehingga produk, seperti penyanitasi tangan, vitamin, hingga masker, langka di pasaran. JD.ID mengantisipasi hal tersebut dengan memastikan ketersediaan produk dari mitra penyalur.
Pada tahap adopsi, terjadi peningkatan yang signifikan terhadap aktivitas belanja melalui platform e-dagang. JD.ID mengantisipasinya dengan memastikan kebersihan lingkungan kerja, stok barang, paket siap kirim, serta kesehatan dan keselamatan seluruh pegawai.
Menurut Mia, pada periode setelah Lebaran, konsumen di Tanah Air telah beradaptasi dengan kondisi pandemi sehingga pola belanja masyarakat pun ikut berubah. Salah satu perubahan tersebut adalah semakin lumrahnya aktivitas belanja daring.
”Sejak awal kami telah berusaha mengantisipasi perubahan pola belanja masyarakat sehingga penjualan JD.ID menjadi ikut terkerek naik dalam lima bulan terakhir hingga 50 persen,” tuturnya.
Selanjutnya JD.ID akan mengantisipasi data yang memproyeksikan bahwa sesudah pandemi ini berakhir 67 persen masyarakat tidak akan kembali pada pola kebiasaan lama, termasuk berbelanja secara luring.
Untuk itu, JD.ID selaku retail-commerce berkomitmen memperkuat keterikatan dengan konsumen dengan cara menjaga kualitas produk. Dalam jangka panjang, strategi ini lebih ampuh untuk meningkatkan jumlah transaksi di platformnya ketimbang menggunakan metode promosi potongan harga secara berlebihan.
”Jadi, sekali konsumen puas belanja di JD.ID, mereka akan memutuskan untuk terus dan kembali. Meskipun jumlah konsumen kami tidak sebanyak platform lain, peningkatan penjualan setiap bulan menunjukkan kalau strategi kami sudah tepat,” ujarnya.
Selanjutnya JD.ID akan mengantisipasi data yang memproyeksikan bahwa sesudah pandemi ini berakhir 67 persen masyarakat tidak akan kembali pada pola kebiasaan lama, termasuk berbelanja secara luring.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, transaksi e-dagang di Indonesia saat ini meningkat pesat sebesar 400 persen. Peningkatan tersebut didorong kebutuhan masyarakat yang bergantung pada transaksi daring di masa pandemi Covid-19.
Sektor digital merupakan potensi bagi perekonomian pada masa mendatang karena valuasi digital Tanah Air pada 2025 sebanyak 135 miliar dollar AS (Rp 1.981 triliun). Angka itu merupakan 85 persen dari total valuasi ASEAN yang diproyeksikan sebesar 150 miliar dollar AS (Rp 2.201 triliun).
”Saya berharap sektor digital mampu menjadi penopang bagi pertumbuhan ekonomi di masa pandemi, terutama pada triwulan III-2020,” ujarnya.