Ungkit Ekonomi Daerah, Pegawai Negeri di Bali Wajib Belanja di Pasar Gotong Royong
Pemprov Bali mengadakan program Pasar Gotong Royong Krama Bali setiap Jumat mulai Jumat (7/8/2020). PNS, terutama di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali, diwajibkan belanja setiap pasar gotong royong digelar tiap Jumat.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS – Pemerintah Provinsi Bali mengadakan program Pasar Gotong Royong Krama Bali setiap Jumat mulai Jumat (7/8/2020) di kantor-kantor pemerintah dan instansi. Pegawai negeri sipil, terutama di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali, diwajibkan belanja setiap pasar gotong royong digelar tiap Jumat.
“Program ini sebagai upaya memulihkan ekonomi di tingkat lokal,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana kepada Kompas, Kamis (6/8). Program Pasar Gotong Royong Krama Bali yang akan resmi dimulai Jumat (7/8) dengan melibatkan seluruh organisasi perangkat daerah (kantor dinas dan badan) di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali.
Pelaksanaan program Pasar Gotong Royong Krama Bali setiap Jumat mengacu Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 15036 Tahun 2020 tentang Program Pasar Gotong Royong Krama Bali yang diumumkan Gubernur Bali Wayan Koster di kediaman Gubernur Bali di Denpasar, Rabu (22/7/2020).
Program ini sebagai upaya memulihkan ekonomi di tingkat lokal (Ida Bagus Wisnuardhana)
Pasar Gotong Royong Krama Bali itu bertujuan menyerap produksi pangan dan sandang lokal Bali serta menggeliatkan kembali roda ekonomi masyarakat dalam menjalani tatanan kehidupan baru di era pandemi penyakit akibat virus korona baru (Covid-19). Program itu juga bertujuan mengungkit perekonomian Bali yang sedang terkontraksi akibat pandemi Covid-19.
Ekonomi Bali dalam dua triwulan awal 2020 mencatatkan angka pertumbuhan negatif. Tekanan lebih dalam terjadi pada triwulan II (April-Juni). Perihal itu tecermin dalam Berita Resmi Statistik mengenai pertumbuhan ekonomi Bali triwulan II 2020 yang diumumkan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Rabu (5/8).
Dari 17 lapangan usaha atau sektor pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), menurut laporan Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Bali, hampir seluruhnya tekontraksi atau mengalami pertumbuhan negatif. Tekanan terdalam dialami sektor transportasi dan pergudangan, disusul sektor penyedia akomodasi, makan, dan minum. Tekanan juga dialami sektor ekspor dan impor luar negeri. Sektor-sektor tersebut berkaitan dengan industri kepariwisataan di Bali yang juga sedang menyepi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho membenarkan situasi ekonomi Bali yang masih tertekan selama triwulan II 2020. Bahkan tekanan yang dialami Bali lebih dalam dibandingkan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2020 yang dinyatakan mengalami kontraksi sebesar -5,32 persen secara year on year, dibandingkan triwulan II 2019. Kondisi ekonomi Bali diharapkan membaik pada triwulan III 2020 seiring dengan pembukaan Bali dalam tatanan kehidupan era baru.
Pasar gotong royong
Adapun mengacu Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 15036 Tahun 2020 tentang Program Pasar Gotong Royong Krama Bali, seluruh pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali diwajibkan berbelanja kala Pasar Gotong Royong Krama Bali digelar setiap Jumat. Produk yang dijual dalam Pasar Gotong Royong Krama Bali berupa hasil pertanian, perikanan, dan produk industri lokal lain.
Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura (Aspehorti) Bali I Wayan Sugiarta menyatakan pihaknya menyambut baik program Pasar Gotong Royong Krama Bali yang diluncurkan Pemprov Bali dan mengapresiasi kebijakan Gubernur Bali yang mewajibkan pegawai negeri sipil berbelanja kala pelaksanaan Pasar Gotong Royong Krama Bali.
Sugiarta menyebutkan sekitar 48 anggota Aspehorti Bali terlibat dalam Pasar Gotong Royong Krama Bali tersebut.“Kami menilai program itu sebagai bentuk perhatian pemerintah yang memberikan jalan bagi pelaku usaha hortikultura untuk turut berkontribusi,” kata Sugiarta yang dihubungi Kamis.
Sejak pandemi Covid-19 melanda, ujar Sugiarta, kalangan Aspehorti Bali turut terdampak karena produk sayur, buah, dan aneka bumbu yang dihasilkan kehilangan pasar utama, yakni perhotelan dan restoran. Pengusaha bersiasat menghadapi kelesuan itu dengan membangun pemasaran secara dalam jaringan (daring) “Secara normal, sekitar 50 persen dari produksi kami biasanya diserap hotel dan restoran di Bali,” ujar Sugiarta yang juga pengusaha produk sayur, buah, dan aneka bumbu.
Pengusaha hortikultura dan UMKM kopi Bali Arabica Komang Sukarsana mengakui seretnya kedatangan wisatawan, terutama wisatawan mancanegara, dan kebijakan pembatasan selama pandemi Covid-19 berdampak terhadap pemasaran produk.
Sukarsana menyatakan, sejumlah produk pertanian, misalnya, bawang merah tidak banyak terpengaruh karena sudah diserap pasar lokal namun produk kopi Bali terdampak karena pasar di luar Bali berkurang. “Jasa wisata trip kopi juga terdampak karena sampai saat ini masih sepi kunjungan wisatawan,” kata Sukarsana.