Pandemi Covid-19 menimbulkan tantangan bagi perusahaan sawit untuk mengecek fisik tanaman mereka.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku industri tetap berupaya memenuhi prinsip keberlanjutan dalam tata kelola kelapa sawit di tengah pandemi Covid-19. Situasi pandemi menimbulkan tantangan lantaran tak bisa mengecek ketertelusuran secara fisik.
Managing Director Sustainability Sinar Mas Agribusiness and Food Agus Purnomo menyebutkan, tingkat ketertelusuran rantai pasok kelapa sawit yang dikelola saat ini mencapai 85 persen. ”Dalam satu bulan hingga dua bulan mendatang, tampaknya akan mencapai 90 persen. Sisa 10 persen mungkin akan dipenuhi tahun depan,” ujarnya saat konferensi pers dalam jaringan (daring), Selasa (4/8/2020).
Agus menuturkan, tingkat ketertelusuran rantai pasok meliputi perkebunan kelapa sawit, tandan buah segar yang dihasilkan, pengumpul yang membeli, dan kilang. Akibat pandemi Covid-19, pelaku industri sulit mengecek secara fisik atau langsung sehingga mengandalkan diskusi daring dengan petani, survei, dan penilaian sendiri. Data yang diperoleh terdiri dari lokasi pemasok, identitas pemilik, dan produksi secara berkala.
Dalam 2-3 tahun mendatang, Agus berharap tingkat ketertelusuran produk kelapa sawit dapat mencapai produk jadi di tingkat konsumen. Perusahaan sedang mengembangkan aplikasi yang memuat dan merekam data transaksi produk kelapa sawit di setiap mata rantai untuk memenuhi tujuan tersebut.
Pada akhir 2019, Sinar Mas Agribusiness and Food mencatat, tingkat ketertelusuran rantai pasok kelapa sawit yang dikelola perusahaan mencapai 78 persen dan ditargetkan dapat menyentuh 100 persen pada 2020. Ketertelusuran tersebut mencakup 424 pemasok pihak ketiga dan 46 pabrik kelapa sawit milik perusahaan.
Perusahaan sedang mengembangkan aplikasi yang memuat dan merekam data transaksi produk kelapa sawit di setiap mata rantai untuk memenuhi tujuan tersebut
Terkait tanda keberlanjutan, Sinar Mas Agribusiness and Food telah menerima sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) untuk 268.553 hektar perkebunan. Sertifikasi ini juga mencakup 51.128 hektar kebun yang bersifat plasma, 31 pabrik kelapa sawit, 9 pabrik inti kelapa sawit, 7 tangki penyimpanan, dan 1 pabrik oleokimia.
Perusahaan juga telah menerima sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Luas lahan perkebunan yang disertifikasi mencapai 217.877 hektar dan 34 kilang minyak kelapa sawit.
Pendapatan bisnis
Pada 2019, Sinar Mas Agribusiness and Food membukukan pendapatan 6,43 miliar dollar AS. Adapun laba kotor sebesar 697 dollar AS.
Hingga kini, luas lahan perkebunan kelapa sawit yang dikelola perseroan seluas 498.000 hektar dengan 21 persen di antaranya dikelola petani plasma. Jumlah petani plasma yang terlibat sebanyak 70.300 orang. Luas itu setara 4 persen kebun kelapa sawit di Indonesia.
Sementara itu, PT Provident Agro Tbk, perusahaan yang bergerak dalam industri kelapa sawit, tengah mengoptimalkan peluang bisnis yang prospektif.
”Strategi optimalisasi (bisnis) kami jalankan di tengah pandemi Covid-19. Kami optimistis strategi ini dapat menjaga pertumbuhan bisnis yang positif,” kata Direktur Keuangan PT Provident Agro Tbk Devin Antonio.
Strategi tersebut dinilai ampuh sepanjang semester-I 2020. Pada Januari-Juni 2020, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp 121,28 miliar atau tumbuh 25 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih pun melesat 142 persen menjadi Rp 17,05 miliar.
Pada periode yang sama, luas lahan perkebunan kelapa sawit produktif yang dikelola PT Provident Agro Tbk mencapai 5.164 hektar. Produksi tandan buah segar dari pengelolaan tersebut sebanyak 50.662 ton.