logo Kompas.id
EkonomiSinergi Rem dan Gas
Iklan

Sinergi Rem dan Gas

Pemerintah kerap kali menyebutkan, penanganan Covid-19 mesti seiring dengan pemulihan ekonomi. Jangan sampai salah melangkah.

Oleh
Enny Sri Hartati-Peneliti Senior Institut for Development of Economics and Finance (Indef)
· 6 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/d1p4jkavpvFMvAN2hxF1UEJTAb8=/1024x1024/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F07%2F67839328.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Enny Sri Hartati

Sebelum pandemi Covid-19, kondisi perekonomian Indonesia telah menghadapi berbagai tekanan. Mulai dari stagnasi pertumbuhan ekonomi, deindustrialisasi, defisit neraca perdagangan, volatilitas nilai tukar, dan utang pemerintah yang membengkak.

Kompleksitas persoalan makroekonomi tersebut berujung pada investasi yang rendah, keterbatasan lapangan kerja, dan daya beli masyarakat yang terus merosot. Sementara BUMN strategis yang mestinya hadir sebagai penopang dan juru selamat justru terlebih dulu terlilit masalah. Setidaknya 7 BUMN yang menjalankan penugasan (public service obligation/PSO) kesulitan dana kas atau likuiditas. Salah satu penyebabnya, tagihan kepada pemerintah yang terakumulasi menjadi utang hingga lebih dari Rp 167,15 triliun. Utang ini, antara lain, adalah kompensasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) melalui Pertamina Rp 96,5 triliun, subsidi listrik PLN Rp 48,46 triliun, BUMN Karya Rp 12,16 triliun, Pupuk Indonesia Rp 6 triliun, Perum Bulog Rp 2,6 triliun, Kimia Farma Rp 1,13 triliun, dan Kereta Api Indonesia Rp 300 miliar.

Editor:
dewiindriastuti
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000