Cukup banyak pekerja yang kembali ke desa atau daerah asal akibat pandemi Covid-19. Mereka bisa digerakkan melalui pelatihan yang tepat sehingga mendorong perekonomian desa.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·3 menit baca
Saat berbincang di Kompas Talks melalui kanal Instagram Live @hariankompas, pekan lalu, CEO XL Axiata Dian Siswarini menyampaikan, bisa mengetahui persis pengguna yang dulu bermukim di Jakarta atau kota sekitarnya, tetapi dalam jangka lama tetap berada di daerah selama pandemi Covid-19. Mereka bisa saja korban pemutusan hubungan kerja atau memilih tak lagi bekerja di kota besar. Industri jasa telekomunikasi mampu memprofilkan mereka dan mungkin pihak ketiga bisa menawarkan aktivitas produktif daripada jadi beban di kampung halaman.
Mereka memiliki gawai, keterampilan yang dibawa dari kota, sedikit modal, dan mungkin sedikit literasi digital. Mereka bisa menjadi sumber masalah, tetapi juga bisa sangat produktif di kampung halaman apabila keterampilan itu dipadu dengan pelatihan wirausaha serta kejelian melihat beberapa peluang di sekitar mereka.
Studi secara umum terhadap migran yang pulang kampung memperlihatkan, mereka memiliki kemampuan lebih banyak dibandingkan dengan warga setempat. Laporan Christian Dustmann berjudul Temporary Migration, Human Capital and Language Fluency of Migrants (2002) menyebutkan, mereka memiliki pengalaman, jaringan, dan kemampuan teknis tertentu dibandingkan dengan masyarakat di kampung halaman yang selama ini ditinggal.
Jika semua penyedia jasa layanan telekomunikasi bergabung, kita bisa melihat fenomena masyarakat yang pulang kampung itu semakin detail. Mereka sangat mungkin menjadi penggerak bagi masyarakat sekitar dalam ekonomi baru berbasis kampung halaman. Masalah yang muncul, bagaimana cara menggerakkan mereka agar produktif?
Secara mental, mereka pasti menghadapi masalah. Mereka orang kalah. Mereka pulang bukan dengan dada membusung karena telah sukses, tetapi menjadi korban pandemi Covid-19 secara tidak langsung. Mereka mungkin tak bisa menerima keadaan dan berharap kembali ke kota. Mereka tidak mudah diajak memulai usaha. Akan tetapi, mereka bisa dibangkitkan dengan ditantang menghadapi masalah saat ini. Mereka juga perlu dihadapkan pada kebutuhan masa depan.
Membereskan mental mereka menjadi syarat dasar sebelum kita mengajak mereka bangkit. Pelatihan menjadi sarana untuk menggerakkan mereka, tetapi mereka perlu diperlihatkan punya kemampuan untuk memulai pekerjaan. Sebuah kajian di Meksiko melalui tulisan Benjamin Waddell di laman The Conversation menyebutkan fakta para pekerja yang balik ke kampung halaman mempunyai kemampuan wirausaha, kendati pada awalnya tak nyaman di kampung halaman, bahkan menolak keadaan.
Membereskan mental mereka menjadi syarat dasar sebelum kita mengajak mereka bangkit
Ketika masalah mentalitas mulai dibereskan, pelatihan bisa mulai dilakukan. Penyedia jasa layanan telekomunikasi memiliki data profil mereka sehingga pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat bisa menyediakan pelatihan yang tepat. Di sisi lain, dengan asumsi mereka memiliki gawai, penggunaan teknologi digital merupakan bagian dalam pelatihan agar makin produktif dan mencegah mobilitas atau kontak selama pandemi Covid-19.
Pemerintah sepertinya perlu ikut turun tangan menangani mereka yang pulang kampung dan cenderung menetap agar produktif. Mereka adalah para pekerja dan memiliki kemampuan produktif. Di beberapa negara, migrasi pekerja dari kota ke kampung halaman dikhawatirkan bisa menimbulkan kerentanan baru.
Mereka sudah diingatkan tentang keberadaan mereka yang bisa menjadi masalah. Oleh karena itu, hal ini disarankan agar ditangani, seperti di Nepal, ketika banyak pekerja pulang ke kampung halaman.
Pada akhirnya, kita bisa mengajak mereka agar tak perlu ke kota lagi, tetapi tetap tinggal di desa dan menggerakkan ekonomi setempat. Kota telah memiliki banyak masalah dan beban yang berat. Desa akan menjadi andalan pada masa mendatang. Studi-studi di Amerika Latin menunjukkan, mereka yang pulang kampung tak sedikit yang berhasil dan menjadi penggerak ekonomi.
Pandemi yang memaksa para pekerja pulang kampung membutuhkan sedikit sentuhan agar pekerja itu tidak menjadi biang masalah di tempat asal. Tekanan bisa menyebabkan mereka menjadi bagian dari masalah sosial. Akan tetapi, dengan sejumlah upaya, mereka bisa menjadi wirausaha dan menjadi pahlawan ekonomi yang tak lagi bergantung pada kota, tetapi bekerja dari kampung halaman. Teknologi digital memudahkan mereka memulai usaha dan menjadi aset di kampung halaman.
Pandemi yang memaksa para pekerja pulang kampung membutuhkan sedikit sentuhan agar pekerja itu tidak menjadi biang masalah di tempat asal.