Sudah menjadi ciri khas kita ketika musibah mendera, kita akan bahu-membahu memberikan pertolongan. Pandemi Covid-19 yang belum diketahui waktu berakhirnya ini juga telah membuat banyak pihak bekerja sama.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·5 menit baca
Sudah menjadi ciri khas kita, ketika musibah mendera, kita akan bahu-membahu memberikan pertolongan. Pandemi Covid-19 yang belum diketahui waktu berakhirnya ini juga telah membuat banyak pihak bekerja sama. Kerja sama yang makin mempertegas jati diri bangsa ini.
Pandemi Covid-19 masih berlangsung. Setiap hari, kita mendengar kasus positif terus bertambah dan korban berjatuhan. Puluhan tenaga medis juga telah menjadi korban. Rumah sakit yang tak disiapkan untuk menangani pasien Covid-19 pun terpaksa berbenah dan bersiap menangani pasien penyakit itu.
”Satu kematian saja harus mendapat perhatian. Apa yang terjadi? Mengapa terjadi? Apa yang harus diperbaiki? Secara teori, untuk melihat masalah ini, ada masalah dari hulu sampai hilir. Apa pula yang terjadi di layanan primer, mengapa masih tidak ideal untuk layanan penyakit Covid-19?” kata duta adaptasi kebiasaan baru dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Reisa Broto Asmoro, dengan penuh semangat dalam Kompas Talks yang diadakan harian Kompas dan Manulife Indonesia, Senin (27/7/2020).
Perbincangan dengan tema ”Kolaborasi di Tengah Pandemi, Apa yang Dilakukan Korporasi?” itu dipandu wartawan Kompas, Riana A Ibrahim. Diskusi virtual itu juga menghadirkan pembicara pendiri Benihbaik.com, Andy F Noya, serta Director and Chief Marketing Officer Manulife Indonesia Novita Rumngangun. Reisa mengatakan, saat ini jumlah dokter dan perawat kurang memadai. Banyak rumah sakit juga tidak disiapkan untuk menangani pasien Covid-19.
Satu kematian saja harus mendapat perhatian. Apa yang terjadi? Mengapa terjadi? Apa yang harus diperbaiki?
Oleh karena belum disiapkan, jumlah alat pelindung diri (APD) tentu juga belum memadai. Belum lagi soal beban kerja, seperti jam kerja yang padat sehingga berpengaruh terhadap tingkat kelelahan. ”Solusinya, antara lain, adalah kecukupan APD, jaminan perlindungan tenaga medis, dan dukungan dari sekitar,” kata Reisa. Di samping itu, masyarakat juga harus mengubah kebiasaan karena dengan adanya pandemi, ada beberapa kebiasaan baru yang harus dilakukan secara disiplin, seperti mengenakan masker, jaga jarak, dan cuci tangan tiap saat.
Memasuki era adaptasi kebiasaan baru, masyarakat seharusnya melakukan adaptasi. Namun, Reisa mengakui, agar adaptasi baru berubah menjadi sebuah kebiasaan, dibutuhkan kesabaran dalam mendidik masyarakat. Juga untuk itu dibutuhkan waktu hingga masyarakat mau melakukannya. Jika masyarakat mau menjalankan protokol kesehatan dan hidup sehat, penyakit Covid-19 tak akan meluas.
”Kita berharap masyarakat mengetahui protokol yang harus dijalankan. Semua kegiatan harus menjalankan protokol kesehatan. Sudah tak boleh lagi kontak fisik, semua wajib pakai masker, ketika pegang uang atau benda lain perlu segera cuci tangan, dan semua dibersihkan ketika kita masuk ke rumah. Saya yakin kegiatan produktif tetap bisa dilakukan kalau protokol kesehatan dijalankan,” tutur Reisa.
Ia juga menyoroti komunikasi pemerintah yang akan dilakukan sampai ke daerah. Komunikasi akan diperkuat agar menyentuh masyarakat. Caranya dengan menggunakan bahasa dan budaya di setiap daerah. Untuk itu, akan dilakukan kolaborasi dengan sejumlah organisasi daerah. Pemerintah ingin melakukan aksi nyata dengan edukasi langsung yang menyentuh mereka, bukan hanya dengan narasi yang tak menyentuh mereka.
Novita Rumngangun merasakan, pandemi telah membuat semua orang dengan segala status sosial memiliki kecemasan yang sama. Boleh dibilang pertama kali dalam sejarah peradaban, manusia menghadapi musuh yang sama. Oleh karena itu, pandemi ini tak bisa ditangani secara sendiri-sendiri. Ia melihat, orang kembali pada sifat hakiki manusia, sesuatu yang sudah dilakukan sejak dulu, yaitu berkolaborasi. Manusia seharusnya bersatu menghadapi masalah saat ini.
”Kita melindungi bukan saja diri kita, melainkan juga orang lain dan para tenaga medis. Kita bergotong royong bagaimana agar bersama-sama bisa selamat. Sebagai korporasi, kami juga bergotong royong, dari mulai dari nasabah, karyawan, hingga pihak lain. Kami hidup dengan nilai-nilai kami yang ingin terus membantu sesama. Kami memulai dari satu produk asuransi yang dibeli oleh nasabah, ada satu APD untuk para medis yang membutuhkan tanpa memotong premi mereka,” papar Novita.
Nasabah juga bisa memberikan APD untuk proteksi kepada tenaga medis melalui Manulife. Manulife bekerja sama dengan pihak ketiga, yaitu Benihbaik.com, untuk menyalurkan bantuan, baik dari nasabah, agen, maupun karyawan. Manulife berkonsentrasi mengajak masyarakat untuk kontribusi, sementara distribusi kepada orang yang membutuhkan diserahkan kepada Benihbaik.com.
Pendiri Benihbaik.com, Andy F Noya, mengatakan, keadaan saat ini sangat serius dan persoalan belum selesai. Oleh karena itu, semua pihak harus waspada. Ia mengingatkan, sejak pandemi ada tatanan baru yang tidak disadari banyak orang. Saat ini bukan kembali ke situasi normal dan kita tidak mungkin kembali ke masa normal. Oleh karena itu, masyarakat sebaiknya tak mencoba-coba untuk melawan keadaan.
”Situasinya sangat berat karena tenaga medis terbatas. Orang yang kita cintai tak bisa berbuat banyak ketika masalah muncul. Tolong tetap waspada. Sampai berapa lama? Tak ada yang bisa memastikan. Bisa saja keadaan menjadi berat. PHK akan bertambah kalau pandemi makin lama. Orang rentan miskin akan makin miskin,” ucap Andy.
Meski demikian, beban menjadi ringan karena partisipasi masyarakat dengan gotong royong. Semua pihak bergandengan tangan dan saling mendukung. Indonesia akan mampu menangani masa sulit ketika individu, komunitas, perusahaan, organisasi, dan lainnya bergotong royong. Andy mengatakan, gotong royong muncul di mana-mana. Ketika musuh kita sama, kita kembali terekat dengan berbagai latar belakang.
”Kita saling bergotong royong. Persoalan memang berat, tetapi masalah ini akan bisa ditangani kalau kita bekerja sama,” katanya. Benihbaik.com telah menyalurkan bantuan ke banyak rumah sakit. Platform ini juga berkolaborasi dengan berbagai kalangan agar bantuan bisa sampai ke tujuan. Kontribusi dari berbagai kalangan menghasilkan gotong royong yang kuat di masyarakat.
Mereka tentu ingin tatanan normal baru bisa dijalankan dan situasi ekonomi kembali pulih. Oleh karena itu, tak mengherankan apabila Novita mengatakan, bangsa ini seharusnya keren karena kita sejak dulu mempunyai sifat kerja sama yang melekat dan itu dinamai gotong royong.