Demi Restrukturisasi, Pencapaian Laba Bersih Pegadaian Stagnan
Sebagai langkah adaptasi menghadapi imbas pandemi Covid-19, Pegadaian menurunkan bunga dari 1,2 persen menjadi 1 persen. Pegadaian juga menyediakan pinjaman bebas bunga dengan dana maksimal Rp 1 juta selama tiga bulan.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan BUMN PT Pegadaian (Persero) membukukan laba bersih Rp 1,5 triliun pada semester I-2020 atau sama dengan perolehan pada semester I-2019. Perolehan laba bersih yang stagnan ini antara lain akibat restrukturisasi kredit bagi nasabah yang terkena dampak pandemi Covid-19.
”Hal ini dipicu relaksasi kredit dan pemotongan bunga selama pandemi Covid-19,” ujar Direktur Utama Pegadaian Kuswiyoto dalam telekonferensi pers paparan kinerja keuangan Pegadaian di Jakarta, Rabu (29/7/2020).
Menurut Kuswiyoto, sebagai langkah adaptasi menghadapi dampak pandemi Covid-19, Pegadaian menurunkan bunga, dari 1,2 persen menjadi 1 persen. Penurunan bunga ini untuk memutar kembali kredit gadai bagi nasabah.
Pegadaian merelaksasi perpanjangan masa bebas bunga (grace period) selama 30 hari. Selain itu, Pegadaian juga menyediakan fasilitas pinjaman bebas bunga dengan dana maksimal Rp 1 juta selama tiga bulan.
Sebagai langkah adaptasi menghadapi imbas pandemi Covid-19, Pegadaian menurunkan bunga dari 1,2 persen menjadi 1 persen. Perseroan juga menyediakan fasilitas pinjaman bebas bunga dengan dana maksimal Rp 1 juta selama tiga bulan.
Di sisi lain, pendapatan usaha Pegadaian pada semester-I 2020 meningkat 27,8 persen secara tahunan, menjadi Rp 7,9 triliun. Omzet Pegadaian juga naik 18,8 persen menjadi Rp 80,4 triliun.
Kuswiyoto menambahkan, kenaikan omzet dipicu penyaluran pinjaman yang kian meningkat, yang 60 persen di antaranya bersifat produktif. Penyaluran ini diyakini dapat berkontribusi pada pemulihan perekonomian nasional akibat pandemi Covid-19.
”Sepanjang Januari-Juni 2020, pembiayaan atau outstanding loans yang disalurkan Pegadaian Rp 53 triliun. Nilai ini lebih tinggi 21,3 persen dibandingkan dengan periode Januari-Juni 2019,” ujarnya.
Restrukturisasi
Direktur Keuangan dan Perencanaan Strategis Pegadaian Ninis K Adriani menambahkan, sampai dengan Juni 2020, sebanyak 39.346 nasabah sudah mendapatkan restrukturisasi kredit. Nilai pinjaman yang telah direstrukturisasi Rp 1,42 triliun.
Pada periode yang sama, rasio kredit macet (NPL) Pegadaian sebesar 2,37 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan Juni 2019 yang sebesar 2,32 persen. Meskipun demikian, Ninis optimistis pada akhir tahun ini NPL dapat dijaga pada kisaran 2-2,5 persen.
”Terkait strategi sumber pendanaan perseroan ke depan, Pegadaian memantau kondisi pasar dan nilai suku bunga kupon. Hingga saat ini, sebanyak 82,7 persen pendanaan Pegadaian berasal dari perbankan,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Teknologi Informasi dan Digital Pegadaian Teguh Wahyono memaparkan, belanja modal teknologi informasi Rp 230 miliar dan belanja operasional Rp 320 miliar. ”Belanja ini akan digunakan untuk infrstruktur teknologi informasi, pengembangan aplikasi, sistem keamanan siber, dan pengadaan jaringan,” ujarnya.
Jumlah nasabah Pegadaian pada Juni 2020 sebanyak 15,04 juta orang atau naik 8,5 persen dari Desember 2019. Adapun volume transaksi digital pada Juni 2020 sebanyak 2,3 juta transaksi atau meningkat 130 persen dibandingkan dengan akhir tahun lalu.