Airbus: Kami Fokus Memastikan Perjalanan Udara Aman
Airbus memastikan kualitas udara di dalam kabin pesawatnya bersih. Jaminan ini merupakan salah satu hal yang penting untuk menjaga kepercayaan dan rasa aman penumpang selama perjalanan.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 telah berdampak besar pada bisnis perjalanan udara. Industri penerbangan di banyak negara terpuruk seiring anjloknya jumlah penumpang dan perjalanan dalam skala yang masif seiring meluasnya penyebaran virus korona baru.
Setelah beberapa bulan berlalu sejak kasus Covid-19 pertama diketahui di Wuhan, China, para pelaku industri penerbangan menata diri. Tantangan terbesarnya adalah memastikan keamanan awak dan penumpang dari risiko terpapar virus. Namun, upaya ini membutuhkan kerja sama para pihak yang terlibat di industri penerbangan.
Kualitas udara di dalam kabin pesawat merupakan salah satu hal yang penting. ”Kami saat ini fokus pada bagaimana perjalanan udara itu aman. Dan, bagaimana kami, sebagaimana pelaku lain di industri penerbangan, tetap menjaga kepercayaan dan juga meyakinkan para penumpang terhadap perjalanan udara,” kata Presiden Airbus untuk Wilayah Asia Pasifik Anand Stanley pada konferensi pers yang digelar secara virtual, Selasa (28/7/2020).
Menurut Anand, Covid-19 berdampak di berbagai aspek kehidupan, termasuk perjalanan udara. Upaya mengembalikan kepercayaan penumpang terhadap perjalanan udara menjadi tantangan tersendiri bagi industri penerbangan.
Langkah ini merupakan kerja sama berbagai pelaku industri penerbangan, seperti IATA (Asosiasi Transportasi Udara Internasional), ICAO (Organisasi Penerbangan Sipil Internasional), ACI (Dewan Bandara Internasional), pemerintah selaku regulator, bandara, maskapai, manufaktur pesawat, dan semua pihak terkait.
Anand menuturkan, upaya memastikan perjalanan udara aman dimulai di bandara. Serangkaian prosedur dijalankan, seperti mengelola proses boarding, check-in, pengecekan suhu tubuh, dan memastikan penjagaan jarak sosial.
Demikian pula upaya lain terkait prosedur naik turun pesawat, pengelolaan bagasi atau bawaan penumpang, dan lainnya. ”Jadi, sedemikian banyak sistem dan proses baru yang digunakan di bandara untuk mengawali perjalanan,” kata Anand.
Terkait keseluruhan pengalaman penumpang, menurut dia, hal penting adalah menjaga kepercayaan mereka terhadap perjalanan udara. Hal ini agar penumpang merasa nyaman dan tetap percaya diri terhadap perjalanan udara.
Namun, bagian terpenting dari kesemuanya ini adalah terkait pesawat udara itu sendiri, khususnya kualitas udara yang bersih di dalam kabin. Menurut Anand, kualitas udara di kabin hampir sama dengan di ruang operasi rumah sakit.
”Ada tiga alasan kualitas udara di dalam kabin bersih. Pertama, udara yang masuk ke dalam kabin sudah melalui proses filtrasi yang efisien dan dicampur udara segar. Udara di dalam kabin diperbarui setiap 2-3 menit,” ujarnya.
Alasan kedua, udara di dalam kabin mengalir dari atas ke bawah dengan kecepatan 1 meter per detik. Arus udara vertikal dari atas ke bawah yang bertenaga seperti ini mencegah kontaminasi silang akibat arus udara melintang di dalam kabin.
Alasan ketiga, penggunaan sistem penyaringan atau filter HEPA (high efficiency particulate air). Teknologi filter HEPA terbukti cukup lama, dua dekade lebih, di pesawat udara.
”Filter ini sangat efisien yang dapat menyaring 99,9 persen partikel, termasuk partikel kecil seperti polutan, debu. Dan juga dapat menyaring partikel seperti bakteri dan virus,” ujar Anand.
Sebagai tambahan, kata Anand, sejumlah pemerintah, termasuk Indonesia, pun telah mengamanatkan peningkatan kebersihan di dalam pesawat. Hal ini harus dilakukan di penjuru pesawat, termasuk sekitar kursi penumpang, troli makanan, dan kamar mandi.
Demikian pula penambahan prosedur seperti kewajiban pengenaan masker dan prosedur lainnya yang dapat meningkatkan kenyamanan dan kepercayaan penumpang dan kru pesawat bepergian lewat perjalanan udara.
Sementara itu, melalui siaran pers 27 Juli 2020, PT Angkasa Pura II (Persero) menginformasikan pengenalan program Safe Travel Campaign. Program yang dijalankan di 19 bandara PT Angkasa Pura II ini merujuk standar global, termasuk protokol World Travel and Tourism Council (WWTC). WWTC dalam merilis protokol itu juga memasukkan prosedur yang dibuat Airport Council International.
”Safe Travel Campaign ini kami harapkan dapat menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat sehingga sektor penerbangan nasional dapat kembali menjadi salah satu penggerak utama perekonomian dan pariwisata di periode adaptasi kebiasaan baru,” kata President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin.