Mengantisipasi penurunan kualitas kredit pada triwulan II-2020, PT Bank Central Asia Tbk memperbesar dana pencadangan. Akibatnya, laba bersih pada Januari-Juni 2020 merosot 4,8 persen secara tahunan.
Oleh
Dimas Wwaraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Laba bersih PT Bank Central Asia Tbk merosot 4,8 persen dalam setahun, dari Rp 12,86 triliun pada semester I-2019 menjadi Rp 12,24 triliun pada semester I-2020. Penurunan laba bersih dalam enam bulan pertama pada tahun ini disebabkan peningkatan biaya pencadangan untuk mengantisipasi penurunan kualitas kredit.
Dalam konferensi pers virtual, Senin (27/7/2020), Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyampaikan, cadangan kerugian penurunan nilai pada semester I-2020 sebesar Rp 6,54 triliun. Jumlah tersebut melonjak 167,3 persen dalam setahun.
”Penyebab penurunan laba bersih terutama dari CKPN (cadangan kerugian penurunan nilai) yang memang kami bentuk,” kata Jahja.
Kompas/Priyombodo
Direktur Utama Bank BCA Jahja Setiaatmadja berbicara dalam diskusi panel bersama pembicara lainnya di Indonesia Banking Expo (IBEX) 2019 yang mengangkat tema ”Consolidate to Elevate” di Jakarta, Rabu (6/11/2019). Acara yang digelar Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) ini dibuka oleh Presiden Joko Widodo.
Jahja menjelaskan, pencadangan dalam jumlah besar dilakukan pada triwulan II-2020, yakni Rp 4,36 triliun. Nilai tersebut naik 100 persen dibandingkan dengan pencadangan BCA pada triwulan I-2020 yang senilai Rp 2,17 triliun.
Jahja menuturkan, BCA menambah CKPN sejalan peningkatan risiko penurunan kualitas kredit. Salah satu kondisi yang terlihat, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) pada Juni 2020 sebesar 2,1 persen atau naik dibandingkan dengan Juni 2019 sebesar 1,4 persen.
”Pandemi Covid-19 berdampak pada perlambatan berbagai aktivitas bisnis di beragam industri sehingga mengakibatkan lebih rendahnya permintaan kredit, khususnya pada Maret hingga Juni 2020,” ujarnya.
Di tengah ancaman penurunan kualitas kredit, BCA mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 5,3 persen secara tahunan, yakni mencapai Rp 595,13 triliun per akhir Juni 2020.
Pandemi Covid-19 berdampak pada perlambatan berbagai aktivitas bisnis di beragam industri.
Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menyampaikan, pertumbuhan kredit ditopang segmen korporasi, yakni Rp 257,9 triliun atau meningkat 17,7 persen secara tahunan. Sementara kredit komersial dan segmen usaha kecil menengah (UKM) turun 0,9 persen secara tahunan menjadi Rp 184,6 triliun.
”Kami masih optimistis kredit masih bisa tumbuh positif pada tahun ini atau di tengah masa pandemi,” ujar Vera.
Sementara dana pihak ketiga (DPK) BCA per akhir Juni 2020 tumbuh 13 persen secara tahunan menjadi Rp 761,6 triliun. Adapun dana murah berupa giro dan tabungan tumbuh 2,8 persen secara tahunan mencapai Rp 575,9 triliun dan berkontribusi 75,6 persen dari total DKP per Juni 2020.
KOMPAS/LASTI KURNIA
Di tengah kekhawatiran ancaman virus korona jenis baru penyebab penyakit Covid-19, gairah berwisata tak surut, terlihat dari ramainya pengunjung dalam acara BCA Travel Fair di Gandaria City Mall, Jakarta, Jumat (14/2/2020).
Dengan pertumbuhan DPK tersebut, posisi likuiditas BCA pada semester I-2020 melonggar. Kondisi ini terlihat dari rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) sebesar 73,3 persen pada semester I-2020 atau turun dari periode yang sama tahun lalu, yakni 79 persen.
”Likuiditas berada pada tingkat yang sehat untuk mengantisipasi berbagai kebutuhan yang tidak terduga, khususnya selama masa pandemi,” kata Vera.
Jahja mengemukakan, BCA masih terus melanjutkan program restrukturisasi. Pada Maret-Juni 2020, BCA memproses pengajuan restrukturisasi kredit Rp 115 triliun atau sekitar 20 persen dari total portofolio kredit dari 118.000 debitor.
Sampai dengan 30 Juni 2020, lanjut Jahja, total kredit yang telah selesai direstrukturisasi Rp 69,3 triliun atau 12 persen dari total portofolio kredit. ”Kami melihat potensi peningkatan kredit yang direstrukturisasi hingga 30 persen dari total portofolio kredit, yang berasal dari 200.000-250.000 nasabah,” ujar Jahja.
Di tengah berbagai tantangan yang sedang dihadapi di masa pandemi Covid-19, BCA tetap mampu menjaga permodalan bank pada posisi yang solid dengan rasio kecukupan modal (CAR) di level 22,9 persen. Rasio itu di atas batas rasio yang ditetapkan regulator, yakni 20 persen.