Awan hitam resesi mulai menggelayuti negara-negara di kawasan Asia. Dampaknya bisa merambat ke Indonesia, bahkan risiko resesi mengancam Indonesia.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA/AGNES THEODORA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua negara di kawasan Asia, yakni Singapura dan Korea Selatan, masuk ke dalam jurang resesi. Perekonomian kedua negara tersebut terhantam pandemi Covid-19 sehingga pertumbuhannya terkontraksi.
Dalam perdagangan dan investasi global, negara-negara di dunia saling terhubung. Perekonomian global yang anjlok akan memengaruhi negara-negara di dunia.
Proyeksi Bank Dunia, perekonomian global 2020 akan tumbuh minus 5,2 persen. Sementara, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan minus 4,9 persen.
Indonesia juga menjalin relasi dengan banyak negara, termasuk Korea Selatan dan Singapura. Kondisi perekonomian Korea Selatan dan Singapura bisa berdampak terhadap Indonesia.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang dikutip Minggu (26/7/2020), pada semester I-2020, Singapura merupakan negara dengan penanaman modal asing (PMA) terbesar di Indonesia, yakni 4,673 miliar dollar AS pada 6.508 proyek. Adapun Korea Selatan di nomor 6 daftar negara dengan penempatan PMA terbesar di Indonesia, yakni 683 juta dollar AS pada 2.497 proyek.
Ekspor nonmigas Indonesia ke Singapura pada semester I-2020 senilai 4,609 miliar dollar AS atau sekitar 6,36 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Januari-Juni 2020 yang senilai 72,429 miliar dollar AS. Adapun ekspor nonmigas Indonesia ke Korea Selatan pada periode yang sama senilai 2,787 miliar dollar AS atau sekitar 3,85 persen dari nilai total ekspor nonmigas.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal menilai, resesi yang dialami Korsel dan Singapura bisa berdampak pada realisasi PMA di Indonesia dalam jangka pendek. ”Mungkin akan ada tekanan investasi ke Indonesia dari Singapura dan Korea Selatan, tetapi tidak akan lama. Kalau ekonomi global pulih pada 2021, realisasi PMA akan cepat pulih,” ujarnya.
Faisal menuturkan, Singapura dan Korsel bergantung pada perekonomian internasional. Akibatnya, tekanan perekonomian global otomatis membuat perekonomian kedua negara ini terkontraksi. Sementara, ketergantungan Indonesia terhadap perdagangan dunia tidak sebesar Singapura dan Korsel.
”Indonesia, untungnya, masih memiliki bantalan pasar berupa konsumsi domestik yang besar untuk menahan resesi,” ujarnya.
Namun, jika resesi ekonomi dari negara-negara tersebut berkelanjutan, permintaan terhadap ekspor Indonesia diperkirakan merosot.
Indonesia masih memiliki bantalan pasar berupa konsumsi domestik yang besar untuk menahan resesi.
Ketergantungan
Faisal memperkirakan, negara-negara mitra dagang Indonesia di kawasan Asia Tenggara, seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina, akan menyusul Singapura dan Korsel mengumumkan resesi ekonomi.
Pemerintah RI optimistis resesi Korsel dan Singapura tidak akan berdampak signifikan terhadap Indonesia.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Kasan Muhri mengatakan, analisis elastisitas ekspor Indonesia terhadap Korsel dan Singapura menunjukkan ketergantungan dagang Indonesia dengan kedua negara itu tidak terlalu tinggi.
Tingkat elastisitas menunjukkan respons kinerja ekspor suatu negara terhadap kondisi ekonomi negara tujuan ekspor. ”Keterkaitan dagang kita biasanya lebih signifikan dengan China, Uni Eropa, Jepang, dibandingkan dengan Korsel dan Singapura,” kata Kasan.
Namun, pemerintah tetap mengkaji intensitas dampaknya bagi Indonesia. Jika pengaruhnya tinggi, beberapa langkah, seperti mengalihkan ekspor ke negara lain yang kondisi perekonomian dan penanganan pandeminya lebih baik, akan ditempuh.
”Faktanya, kita masih ada komunikasi dan transaksi secara virtual. Belum lama ini juga ada UMKM kita yang masih mengekspor ke negara-negara itu. Jadi, hubungan dagang relatif masih berjalan,” kata Kasan.
Sementara, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta W Kamdani berpendapat, potensi dampak negatif dari resesi Korsel ke Indonesia cukup besar. Sebab, ketergantungan industri Indonesia terhadap pasokan bahan baku dari Korsel cukup tinggi.
”Industri nasional bisa terkena pukulan yang signifikan apabila resesi sampai memburuk dan berkepanjangan di Korea Selatan,” ujarnya.