Wabah Covid-19 memunculkan ide dan kreativitas warga untuk mengisi kegiatan di rumah dengan hal-hal positif, salah satunya pertanian urban.
Oleh
IQBAL BASYARI/AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
KOMPAS/IQBAL BASYARI
Warga menyiram sayuran yang ditanam dengan metode hidroponik di Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (9/7/2020).
Wabah Covid-19 memaksa sebagian besar masyarakat memindahkan aktivitas pekerjaannya di rumah. Waktu di rumah yang lebih banyak dibandingkan dengan hari-hari biasanya karena mengharuskan manusia menjaga kebersihan dan kontak dekat demi mencegah penularan memunculkan ide-ide kreatif, salah satunya pertanian urban.
Matahari mulai menampakkan sinarnya tatkala belasan warga Kampung Hidroponik Surabaya memanen sawi caisim yang ditanam menggunakan metode hidroponik, Kamis (9/7/2020). Sebagian mengambil sawi dari media tanam, sebagian lainnya mengemas hasil panen untuk dikirim ke pembeli.
”Seharusnya panen tanggal 14 Juli 2020, tetapi permintaan sedang tinggi sehingga harus panen lebih cepat dari jadwal,” kata Ketua Kampung Hidroponik Surabaya Reni Susilawati saat ditemui di Medokan Ayu, Rungkut, Surabaya.
Sawi caisim dijual ke tetangga-tetangga sekitar kampung. Saat jadwal panen, sawi-sawi itu bahkan langsung ludes terjual. Uang hasil panen dimanfaatkan untuk kas kampung dan meningkatkan kapasitas tanam.
KOMPAS/AGNES SWETTA PANDIA
Sejak pandemi Covid-19, warga Kota Surabaya banyak yang melirik kembali bertanam di sekitar rumah, baik tanaman hias maupun produktif, seperti dilakukan warga Gunung Anyar Tambak, Sabtu (25/7/2020), sehingga permintaan bibit tanaman serta ptoperti terkait aktivitas bertanam mengalami peningkatan hingga 100 persen.
Reni mengatakan, warga mulai aktif bercocok tanam mulai awal 2020 dengan memanfaatkan lahan kosong tak terpakai di kampung. Lahan berukuran sekitar 20 meter persegi disulap menjadi media tanam hidroponik untuk menanam sawi dan kangkung. Pengelolaannya dilakukan secara kelompok sehingga bisa meningkatkan kerukunan antarwarga.
Seharusnya panen tanggal 14 Juli 2020, tetapi permintaan sedang tinggi sehingga harus panen lebih cepat dari jadwal.
Ketua RW 012 Medokan Ayu, Suyanto, mengatakan, pada mulanya ada empat kelompok warga yang bercocok tanam dengan hidroponik. Namun, sejak pandemi Covid-19, warga yang berpartisipasi meningkat. Cocok tanam tidak hanya dilakukan di media tanam kelompok, tetapi warga mulai membuat media tanam di depan rumah masing-masing.
Salah satunya Siswanto (43) yang memiliki 40 pot tanaman sawi. Pada mulanya, pria yang bekerja sebagai pedagang itu tertarik membuat media tanam sendiri di depan rumah untuk mengisi kegiatan seusai pekerjaannya terdampak Covid-19. Selama pandemi, dia banyak memiliki waktu di rumah. ”Lumayan hasilnya bisa dikonsumsi sendiri, kadang-kadang dibeli oleh tetangga sekitar,” katanya.
Rutinitas
Bercocok tanam kini juga menjadi salah satu rutinitas mahasiswa Universitas Airlangga, Surabaya, Ekko Rusadi (19), yang biasanya melakukan pendampingan anak-anak jalanan di Yayasan Arek Lintang (Alit).
Sebelum wabah menyerang pada Maret 2020, Ekko merupakan salah satu pelatih di Troy Athletics Sport Club. Troy adalah klub atletik bentukan Alit dengan fokus pencarian dan pembibitan calon atlet dari kalangan anak jalanan yang didampingi yayasan tersebut.
”Wabah membuat kegiatan di klub Troy terhenti sehingga saya menggantinya dengan cocok tanam ala urban farming,” kata Ekko di sekretariat Yayasan Alit di Jalan Ketintang Madya, Surabaya.
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO
Pertanian urban yang dikembangkan oleh mahasiswa sukarelawan di sekretariat Yayasan Arek Lintang (Alit), Surabaya, Jawa Timur. Pertanian urban merupakan salah satu gerakan untuk membangkitkan kepercayaan diri generasi muda bahwa bertani itu keren dan kekinian.
Latihan atletik yang biasanya diadakan di Lapangan Thor, sekitar 6 kilometer di timur laut sekretariat Alit, tidak bisa diadakan karena wabah Covid-19 mengharuskan manusia menjaga kebersihan dan kontak dekat demi mencegah penularan.
Karena tidak ada kegiatan, Ekko akhirnya memikirkan sesuatu. Secara kebetulan, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana sekaligus Ketua Gugus Tugus Percepatan Penanganan Covid-19 Letnan Jenderal Doni Monardo di siaran televisi yang ditonton Ekko mengatakan, salah satu upaya yang perlu ditempuh oleh masyarakat dalam menghadapi wabah ialah ketahanan pangan.
”Pak Doni mengimbau agar masyarakat memanfaatkan lahan dan pekarangan untuk menanam dengan harapan menghindari krisis pangan selama wabah ini belum teratasi,” kata Ekko.
HUMAS PEMKOT SURABAYA
Lahan kosong di sekitar salah satu rumah susun di Kota Surabaya, Jawa Timur, dimanfaatkan untuk menanam umbin-umbian oleh Pemerintah Kota Surabaya, Minggu (19/7/2020). Memanfaatkan lahan kosong sedang digalakkan agar warga juga mulai bercocok tanam di lahan sempit di sekitarnya.
Atas dorongan itulah, Ekko kemudian aktif mencari pengetahuan tentang pertanian urban, terutama di internet. Setelah itu, Ekko dibantu teman-teman lainnya menanam sayur dan buah. Kangkung, sawi, daun bawang, wortel, seledri, pisang, tomat, cabai, dan tanaman obat keluarga (serai, jahe, kunyit) merupakan jenis-jenis tanaman budidaya yang dikembangkan di halaman sekretariat Alit.
Berbagai tanaman tadi mulai ditanam pada April dan sejak awal Juli sudah bisa dipanen, terutama kangkung, sawi, cabai, dan tomat. Sayur-mayur tadi dibagikan kepada anggota, tetangga, orang yang membutuhkan, dan konsumsi mandiri sekretariat.
KOMPAS/IQBAL BASYARI
Warga memanen sawi yang ditanam dengan metode hidroponik di Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (9/7/2020)
”Hasil panen di sini sebagian ada yang saya olah menjadi berbagai masakan,” kata Muhammad Hadi Wibowo (19), mahasiswa Manajemen Perhotelan Fakultas Vokasi Unair. Pemuda yang akrab disapa Chef Habo ini memang paling aktif mengolah bahan pangan untuk rekan-rekannya, anggota yayasan, dan tamu.
Kamis (23/7/2020) sore itu, sawi dan cabai yang dipanen segera diolah oleh Habo menjadi cah sawi dengan penyempurna irisan bakso dan cabai rawit rajang. Saat disantap, tidak kalah dengan kreasi masakan serupa di restoran. Sederhana tetapi sedap dan menggugah selera bersantap.
Direktur Eksekutif Yayasan Alit Yuliati Umrah mengatakan, pertanian urban dengan menanam sayur dan toga merupakan salah satu program yang dikembangkan oleh para sukarelawan karena wabah Covid-19. Program ini kemudian ditawarkan ke semua lokasi dampingan yayasan di Jatim (8 kabupaten/kota), Kabupaten Gianyar (Bali), dan Kabupaten Sikka (Nusa Tenggara Timur).
”Selain urban farming, teman-teman di sini mengembangkan urban clothing dan indie music dengan tujuan melindungi dan memuliakan anak-anak,” ujar Yuliati.
Melesat
Penjual bibit tanaman di Jalan Kayoon, Surabaya, Jariyah (40), mengatakan, permintaan bibit tanaman melonjak hingga 60 persen dibandingkan dengan sebelum pandemi yang rata-rata terjual 500 bibit dalam sehari. Peminatnya pun bermacam-macam, tetapi sebagian besar perempuan muda dari kalangan kelas menengah ke atas.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya Yuniarto Herlambang mengatakan, tren pertanian urban sedang meningkat di Surabaya. Salah satunya ditunjukkan dengan kenaikan permintaan bibit tanaman selama pandemi Covid-19. Selama tiga tahun terakhir, permintaan bibit tanaman sebanyak 5.000 buah (2017), 10.000 buah (2018), dan 100.000 buah (2019).
”Sedangkan pada Januari hingga Juli 2020, permintaan bibit sudah mencapai 80.000 buah dan diperkirakan melebihi permintaan pada tahun lalu,” kata Yuniarto.
Ketua Gabungan Organisasi Wanita Kota Surabaya Iis Hendro mengungkapkan, pihaknya telah memberikan bibit tanaman dan ikan untuk dikembangkan oleh warga. Sampai saat ini sudah 80.000 polybag yang dibagikan, termasuk ember, untuk mengembangkan budidaya ikan lele atau gurami yang di bagian atasnya ditanami kangkung dan sawi.
KOMPAS/IQBAL BASYARI
Aktivitas di gudang curah PT Petrokimia Gresik, Gresik, Jawa Timur, Kamis (26/9/2019). Petrokimia Gresik menyiapkan 787.280 ton pupuk bersubsidi untuk memenuhi kebutuhan selama musim tanam pada Oktober 2019 hingga Maret 2020.
Menurut Sekretaris Perusahaan Petrokimia Gresik Yusuf Wibisono, penyaluran pupuk bersubsidi dari alokasi nasional sebanyak 7,9 juta ton pada 2020, Petrokimia Gresik mendapat kewajiban penyaluran sebesar 4,7 juta ton. Adapun hingga semester I-2020, Petrokimia Gresk telah menyalurkan pupuk bersubsidi sebanyak 2,57 juta ton atau 54 persen dari alokasi.
”Selain pupuk bersubsidi, Petrokimia Gresik juga menyediakan pupuk komersil (non-subsidi) untuk mengantisipasi lonjakan permintaan warga yang kini menggemari urban farming,” ucapnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menilai, maraknya urban farming menunjukkan kesadaran warga untuk memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri.
Hal ini sangat baik, terutama untuk mengantisipasi penurunan produksi pangan dari daerah lain karena dampak pandemi Covid-19. Meskipun hingga saat ini belum ada laporan kekurangan pasokan, ketahanan pangan warga Surabaya tetap harus dijaga.