UMKM Surabaya Tunjukkan Tren ”Rebound” Saat Pandemi Covid-19
Kreativitas dan inovasi yang dilakukan sejumlah pelaku UMKM di Surabaya saat pandemi Covid-19 mulai menunjukkan hasil. Omzet beberapa pelaku UMKM yang sempat anjlok kini menunjukkan tren naik.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Omzet sebagian pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Kota Surabaya, Jawa Timur, mulai menunjukkan kenaikan. Tren positif ini memunculkan harapan bahwa UMKM mampu beradaptasi meski di tengah pandemi.
Nurul Istiqomah, pemilik usaha Kirana Kebaya, di Surabaya, Minggu (27/7/2020), mengatakan, pandemi Covid-19 membuat usahanya sepi pembeli. Order kebaya yang sempat ramai hingga awal April mendadak sepi memasuki bulan Ramadhan atau akhir April. Pesanan kebaya yang sudah jadi pun tidak kunjung diambil pemesan sehingga alur keuangannya terganggu.
Akan tetapi, dia tidak patah arang. Nurul kemudian banting setir menjajaki bisnis masker yang mulai ramai pembeli. Perlahan tapi pasti, order yang sempat anjlok pada awal pandemi kini merangkak naik. ”Awalnya saya ragu bisa laku karena sudah banyak produsennya, ternyata justru produksi masker yang menyelamatkan bisnis saya,” katanya.
Masker produksi Kirana Kebaya pun disesuaikan dengan identitas produksi kebaya. Memiliki motif dan bordir seperti kebaya menjadi identitas masker produksi Kirana Kebaya. Nurul pun menganggarkan dana untuk beriklan, awalnya hanya Rp 50.000, tetapi mampu menarik omzet hingga jutaan rupiah.
”Tidak bisa hanya pasrah dengan keadaan, harus membuka mata dan telinga untuk melihat peluang yang ada,” ujarnya.
Lain halnya dengan Ayen, pemilik usaha cendol CenDa, yang melewati masa pandemi dengan mengalihkan penjualannya secara daring. Penjualan yang biasanya dengan cara menitipkan cendol ke pusat oleh-oleh tidak bisa berlanjut karena tidak ada wisatawan dan toko-toko memilih tutup. Omzetnya pun sempat anjlok hingga 70 persen.
Situasi ini membuat Ayen mencari cara lain agar bisnisnya tetap bertahan. Dia lalu mengalihkan penjualannya melalui daring dengan bergabung ke situs-situs e-dagang serta ikut program ojek daring. ”Perlahan tapi pasti, pembeli terus naik, bahkan kini sama dengan kondisi sebelum pandemi,” katanya.
Penasihat bisnis program Pahlawan Ekonomi, Luhur Budijarso, menjelaskan, pandemi membuat banyak terjadi perubahan dalam bisnis. Setidaknya ada tiga perubahan yang terjadi akibat Covid-19, yakni perubahan paradigma, perubahan produk yang dikonsumsi, dan perubahan pola konsumsi.
Menurut dia, konsumen saat ini membutuhkan barang yang bisa melindungi dirinya dari ancaman virus SARS-CoV-2 dan menjaga imunitas tubuh. Oleh karena itu, barang-barang seperti masker dan cairan antiseptik selalu memiliki pasar. Pembeliannya pun lebih banyak secara daring karena aktivitas di luar rumah dibatasi dan ada kekhawatiran tertular Covid-19 saat berada di luar rumah.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan akan terus mendampingi para pelaku UMKM agar bisa bangkit dari krisis akibat Covid-19. Program Pahlawan Ekonomi yang digagas Pemerintah Kota Surabaya terus digelar untuk mencari solusi dari penurunan omzet saat pandemi. Para pelatih secara rutin setiap minggu memberikan masukan kepada pelaku UMKM yang kesulitan mengambil langkah perubahan.
”Kami tidak memberikan bantuan uang secara langsung kepada UMKM karena tidak lebih efektif dibandingkan pelatihan rutin agar mereka bisa mendapatkan pasarnya kembali. Kalau uang, hanya bertahan sebentar, tetapi ilmu dan keterampilan bisa membawa pelaku UMKM beradaptasi dengan keadaan,” tutur Risma.