Kepemilikan Asing dan Imbal Hasil Surat Utang Pemerintah Terus Menurun
Investor asing yang memegang surat berharga negara (SBN) pemerintah per 23 Juli 2020 sebesar 29,63 persen. Porsi kepemilikan investor asing akan terus dikurangi dengan memperdalam pasar keuangan domestik.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sentimen negatif belum terkendalinya kasus Covid-19 mengurangi kepemilikan asing dalam surat utang pemerintah. Berkurangnya kepemilikan asing ini dibarengi penurunan imbal hasil surat berharga negara sehingga dapat mengurangi beban dan memperkuat fundamen ekonomi.
Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, investor asing yang memegang surat berharga negara (SBN) pemerintah per 23 Juli 2020 sebesar 29,63 persen atau sekitar Rp 800 triliun. Angka itu menurun cukup dalam dari posisi awal Januari 2020 yang sebesar 38,63 persen.
Kepemilikan investor asing pada surat utang Pemerintah Indonesia lebih tinggi ketimbang sejumlah negara, seperti Thailand, Malaysia, atau China. Tingginya porsi investor asing membuat struktur pembiayaan anggaran sangat rentan terhadap hengkangnya modal secara tiba-tiba (sudden capital outflow).
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman menuturkan, investor asing bersikap menunggu dan melihat (wait and see) kondisi pasar SBN pemerintah. Pergerakan arus modal asing keluar masih terjadi kendati mulai melambat. Data per 20 Juli 2020, arus modal asing keluar sebesar Rp 122,4 triliun.
”Dukungan asing melemah dipengaruhi sentimen negatif belum terkendalinya kasus Covid-19. Pemenuhan target lelang SBN akhirnya dipenuhi dari perbankan,” kata Luky dalam telekonferensi pers di Jakarta, Jumat (24/7/2020).
Dukungan asing yang melemah dipengaruhi sentimen negatif belum terkendalinya kasus Covid-19. Pemenuhan target lelang SBN akhirnya dipenuhi dari perbankan.
Kendati pergerakan arus modal masuk asing belum kuat, penyerapan SBN pemerintah masih sesuai target. Pemenuhan target dalam setiap lelang SBN dipenuhi dari tingginya minat perbankan. Kondisi ini yang menyebabkan pengurangan kepemilikan asing dibarengi penurunan imbal hasil surat utang.
Luky menuturkan, imbal hasil surat utang pemerintah tenor 10 tahun menurun ke level 6,79 persen per 23 Juli 2020, setelah sempat menyentuh 8,3 persen pada Maret lalu. Kembali turunnya imbal hasil SBN ditopang pembelian agresif oleh perbankan domestik sepanjang April-Juli mencapai Rp 248,68 triliun.
”Dengan pengurangan dukungan asing, imbal hasil SBN pemerintah justru bisa menurun yang artinya dukungan investor domestik khususnya dari bank cukup baik,” katanya.
Secara umum, pasar keuangan negara-negara berkembang, termasuk indonesia, menunjukkan perbaikan kendati belum signifikan. Imbal hasil obligasi negara cenderung menurun dan volatilitas nilai tukar mereda. Aktivitas ekonomi di beberapa negara berkembang juga mulai pulih meski ada sentimen negatif belum terkendalinya Covid-19.
Asing dikurangi
Menurut Luky, kepemilikan asing dalam surat utang pemerintah akan dikurangi secara bertahap. Dukungan dari investor domestik menjadi prioritas untuk semakin memperkuat fundamen ekonomi. Investor domestik ditingkatkan dengan menyasar perbankan, lembaga pengelola dana pensiun, dan perusahaan asuransi.
Pendalaman pasar keuangan domestik menjadi keniscayaan di tengah kondisi global yang semakin tidak pasti. Selama ini, struktur pembiayaan anggaran sangat rentan karena kepemilikan investor asing terlalu besar. Pergerakan arus modal keluar asing berupaya ditutupi dari investor domestik lebih besar.
”Semakin besar kepemilikan investor domestik dalam surat utang pemerintah, fundamen ekonomi akan lebih berketahanan (resilient),” kata Luky.
Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto berpendapat, penyerapan SBN pemerintah yang bertumpu pada pasar domestik akan berdampak positif dan tidak memicu sentimen negatif investor. Porsi kepemilikan asing yang berkurang justru berdampak positif bagi penurunan imbal hasil surat utang pemerintah tenor sepuluh tahun.
Tim ekonom Bank Mandiri memproyeksikan imbal hasil SBN pemerintah tenor 10 tahun bisa turun menjadi 6,5 persen pada 2020.
Porsi kepemilikan asing yang berkurang justru berdampak positif bagi penurunan imbal hasil surat utang pemerintah tenor sepuluh tahun.
Selain individu, basis investor domestik juga dapat diperluas ke perbankan dan lembaga keuangan nonbank, terutama lembaga asuransi dan lembaga pengelola dana pensiun. Orientasi lembaga keuangan nonbank biasanya investasi jangka panjang sehingga sangat cocok untuk membeli SBN pemerintah.
Handy menambahkan, fundamen ekonomi akan semakin kuat apabila basis investor domestik bertambah. Selama ini, pasar modal Indonesia relatif volatil karena kepemilikan investor asing relatif besar.
”Kalau kepemilikan asing tidak terlalu besar, pasar modal akan lebih stabil. Investor asing cenderung mudah keluar masuk pasar,” katanya.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Samual, menambahkan, diversifikasi instrumen pembiayaan utang diperlukan untuk pendalaman pasar keuangan. Oleh karena itu, penerbitan SBN ritel harus dilakukan berkelanjutan kendati penyerapan pasar tidak terlalu baik. Pembiayaan utang juga harus berimbang antara investor ritel dan institusi dalam negeri dan luar negeri.
”Porsi kepemilikan surat utang oleh investor asing harus dikurangi secara bertahap agar fundamen ekonomi lebih berketahanan,” kata David.