Pemerintah Kota Surabaya menggelar bazar produk secara dalam jaringan untuk menggairahkan kembali penjualan produk-produk pelaku UMKM yang sempat menurun pada awal pandemi Covid-19.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Untuk menggairahkan kembali penjualan produk-produk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, Pemerintah Kota Surabaya menggelar bazar produk secara dalam jaringan. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan penjualan produk-produk UMKM yang sempat menurun pada awal pandemi Covid-19.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Kamis (23/7/2020), mengatakan, bazar secara daring dilakukan untuk menggantikan bazar rutin tiap bulan yang selalu diadakan di acara Mlaku-mlaku Nang Tunjungan. Bazar diikuti puluhan pelaku UMKM dengan beragam produk-produk unggulan.
”Bazar sekaligus menjadi ajang promosi produk UMKM agar kembali dilirik masyarakat Surabaya,” katanya.
Pada bazar yang diikuti oleh 20 pelaku UMKM di akhir Mei, omzet penjualan di bazar itu mencapai Rp 20 juta. Setelah mengikuti bazar, omzet pedagang biasanya akan naik karena ada pesanan-pesanan lanjutan dari konsumen.
Risma menuturkan, pedagang, baik UMKM maupun pemilik toko kelontong, kini dipaksa untuk berjualan secara daring karena konsumen sudah jarang keluar rumah. Oleh sebab itu, pelatihan rutin tiap akhir pekan kepada pekaku UMKM difokuskan untuk melatih mereka agar bisa memasarkan produknya secara daring menggunakan berbagai platform e-dagang dan media sosial.
Berinovasi
”Asalkan mau berinovasi dan beradaptasi, pasti UMKM bisa memanfaatkan peluang ketika masa pandemi karena saya yakin di rumah saja pasti laku,” ujarnya.
Risma menilai, bantuan yang saat ini diperlukan pelaku UMKM adalah pasar untuk menjual produk-produknya. Jika diberikan bantuan modal, mereka tetap kesulitan memasarkan produknya karena hanya menyelesaikan masalah di satu sisi, sedangkan masalah penjualan tidak teratasi. Ketika produknya sudah laku, maka pelaku UMKM mendapatkan keuntungan dan bisa bertahan lama karena mampu beradaptasi dengan situasi yang ada.
Salah satu peluang yang harus diambil pelaku UMKM adalah warga yang di rumah mematuhi anjuran pemerintah. Mereka yang banyak menghabiskan waktu di rumah memerlukan makanan dan camilan. Peluang ini perlu diambil dengan cara memproduksi dan memasarkan makanan yang cocok dikonsumsi saat menghabiskan waktu di rumah.
Asalkan mau berinovasi dan beradaptasi, pasti UMKM bisa memanfaatkan peluang ketika masa pandemi karena saya yakin di rumah saja pasti laku.
Pemilik usaha kue kering Diah Cookies, Diah Arfianti (41), mengatakan, omzetnya saat pandemi masih stabil, sama seperti saat normal. Bahkan, ada kecenderungan meningkat karena promosi yang dilakukan pada masa pandemi lebih gencar. Promosi dilakukan di media sosial secara gratis dan berbayar.
Beri bonus
Pada awalnya, Diah memberikan bonus makanan kepada pembeli kue kering yang memesan dalam jumlah tertentu. Setelah bonus itu mendapat respons bagus, dia kemudian memproduksi makanan yang dijadikan bonus, seperti sambal dan olahan bebek. Hasilnya, konsumen yang biasa membeli kue kering kini juga membeli produk baru yang saya jual.
”Istilahnya bonusnya untuk memancing penjualan produk-produk baru, bahkan setiap saya produksi makanan lain selalu ludes dalam sekejap,” kata Diah.
Menurut Ayen (32), pemilik usaha cendol CenDa, terjadi pergeseran perilaku konsumen karena Covid-19. Kebiasaan masyarakat untuk tetap di rumah mendorong mereka memasak.
Alhasil, banyak bahan baku pembuatan cendol yang awalnya hanya dibeli oleh reseller, kini dibeli oleh konsumen secara langsung. Bahkan, sebagian besar dari omzetnya berasal dari penjualan bahan baku cendol yang dijual di beberapa platform e-dagang.
”E-dagang dan jasa pengantaran makanan memberikan gratis biaya pengiriman sehingga membuat konsumen tertarik untuk membeli,” ujarnya.