Kehadiran Tekfin Mendorong Pengembangan ”Open Banking”
Dari sekitar 400 juta orang dewasa di Asia Tenggara, baru 104 juta jiwa masuk kategori ”bankable” atau dapat mengakses pembiayaan. Teknologi bisa memudahkan hubungan nasabah dan bank.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Nasabah perbankan konvensional beralih ke layanan digital untuk merespons pembatasan sosial berskala besar. Mengakomodasi fenomena global ini, kerangka open banking diperlukan dalam mempercepat transformasi digital perbankan.
Open banking merupakan istilah yang merujuk pada sistem penyedia jaringan data lembaga keuangan melalui penggunaan aplikasi pemrograman antarmuka (application programming interface/API). Sistem ini memudahkan nasabah terhubung dengan bank untuk proses transaksi finansial dan nonfinansial.
Berdasarkan data ASEAN Financial Institution Network (AFIN), dari sekitar 400 juta orang dewasa di Asia Tenggara, sebanyak 104 juta jiwa di antaranya masuk dalam kategori bankable atau dapat mengakses pembiayaan. Sementara, sebanyak 98 juta jiwa termasuk ke dalam kategori memiliki rekening bank tetapi tidak memiliki akses ke layanan pembiayaan, investasi, dan asuransi. Adapun sebanyak 198 juta jiwa tidak memiliki rekening bank.
Dalam webinar ”Open Banking in Indonesia and Singapore: Collaboration for Innovation and Collaboration”, Rabu (22/7/2020), Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan, industri perbankan dan teknologi finansial (tekfin) perlu menciptakan ekosistem yang menguntungkan masyarakat dari berbagai sisi.
Webinar diselenggarakan Asosiasi FinTech Indonesia (Aftech) bersama AFIN, International Finance Corporation, perusahaan layanan keuangan Brankas, dan perusahaan ventura Beenext untuk berbagi pengetahuan tentang pengembangan kerangka open banking dalam sistem pembayaran, khususnya di Indonesia dan Singapura.
”BI telah mendorong peran industri perbankan dalam mengembangkan open banking di sistem pembayaran melalui perumusan aplikasi pemrograman antarmuka dengan keterkaitan antara industri perbankan dan teknologi finansial,” ujarnya.
Erwin menyampaikan, sejumlah masalah yang tengah mengemuka dari upaya penerapan open banking di Indonesia antara lain standardisasi data, keamanan, dan tata kelola yang termasuk dalam API. Standar ini akan diterapkan secara bertahap untuk semua penyedia layanan sistem pembayaran.
”Kemitraan antara bank dan tekfin di Indonesia secara bertahap terus diperluas agar bank tidak ketinggalan dibandingkan dengan tekfin. Demikian pula sinergi diperlukan untuk menciptakan layanan yang lebih mudah diakses oleh masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Kemitraan antara bank dan tekfin di Indonesia secara bertahap terus diperluas.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum Aftech dan Managing Director GoPay Budi Gandasoebrata berpendapat, kehadiran sistem open banking punya sisi baik lain di pasar pembiayaan Indonesia, yakni turut mendorong kompetisi dan inovasi dalam sektor jasa keuangan Indonesia.
Aftech berkomitmen terus mendukung BI dalam mewujudkan cetak biru Sistem Pembayaran Indonesia 2025.
”Kami berharap open banking menjadi jembatan yang selanjutnya menghubungkan industri perbankan dan tekfin untuk meningkatkan kecepatan inovasi untuk memperluas inklusi keuangan di Indonesia,” ujarnya.
Standar Open API adalah bagian dari visi cetak biru Sistem Pembayaran Indonesia 2025, yang bertujuan untuk mendukung open banking dalam transaksi pembayaran untuk mendorong transformasi digital di industri perbankan serta keterhubungan layanan antara bank dan tekfin.
Terhubung
Direktur Pelaksana AFIN Manish Diwaan menyampaikan, untuk memfasilitasi inovasi dan kerja sama antara tekfin dan bank di kawasan Asia Tenggara, lembaga ini meluncurkan platform API Exchange (APIX). Platform ini semacam pasar dalam jaringan bagi tekfin dan lembaga keuangan untuk saling terhubung, berbagi ide, dan berinovasi secara kolaboratif.
”Kami berusaha menciptakan lingkungan yang kohesif dengan kumpulan API yang telah ada dan lingkungan desain terintegrasi yang memungkinkan pengguna mengembangkan ide-ide baru,” ujarnya.
Sementara itu, CEO and Founder Brankas, perusahaan layanan keuangan yang berbasis di 13 negara termasuk Indonesia, Todd Schweitzer, mengatakan, perusahaannya telah bermitra dengan bank-bank terkemuka di Asia Tenggara untuk membangun produk perbankan API generasi selanjutnya.
”Sebagai penyedia teknologi open banking yang juga berbasis di Indonesia, kami melihat Indonesia akan terus menjadi pusat untuk inovasi tekfin dan menjadi contoh kawasan regional, di mana pemerintah, asosiasi industri, dan usaha rintisan teknologi bersatu untuk mendukung inovasi,” ujarnya.