Menabung sebagai Kebiasaan Baru pada Era Normal Baru
Pandemi Covid-19 menyadarkan adanya kondisi tidak pasti yang perlu dihadapi dengan persiapan keuangan. Karena itu, menabung dan berinvestasi harus dilakukan sedini mungkin agar siap menghadapi berbagai situasi ke depan.
Oleh
SHARON PATRICIA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran mengelola keuangan. Dengan begitu, masyarakat dapat lebih siap menghadapi berbagai ketidakpastian situasi keuangan di masa mendatang.
Hasil survei McKinsey menyatakan, sekitar setengah dari konsumen yang khawatir dengan pekerjaannya ternyata hanya memiliki tabungan kurang dari empat bulan biaya hidup. Kekhawatiran yang juga disebabkan oleh pandemi Covid-19 menjadikan konsumen semakin ingin mengenal manajemen dan risiko-risiko keuangan.
Direktur Bank OCBC NISP Ka Jit mengatakan, survei yang dilakukan OCBC NISP kepada generasi muda menunjukkan, semakin banyak yang sadar tentang ketidakpastian dan mereka memiliki keinginan untuk menyisihkan uang atau menyiapkan dana darurat. Namun, bagaimana cara untuk memulainya terkadang membuat mereka menunda.
Untuk itu, masyarakat perlu memiliki literasi keuangan yang baik sedini mungkin. Kuncinya adalah dimulai sejak dini dan konsisten untuk mengelola keuangan sehingga menjadi lebih cepat mencapai kebebasan finansial.
”Kami mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, ikut dalam gerakan #Save20 by Nyala untuk memulai new habit di era next normal dengan menabung dan berinvestasi mulai dari Rp 20.000 setiap hari. Nominal yang kadang diremehkan di awal bulan, tetapi menjadi pahlawan di akhir bulan,” ujar Ka Jit dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (22/7/2020).
Ia menjelaskan, jika nasabah mulai menabung dan berinvestasi dengan nilai Rp 20.000 secara konsisten setiap hari sejak usia 20 tahun, ia akan memperoleh Rp 3,7 miliar di usia pensiunnya. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan jika baru dimulai usia 35 tahun. Walaupun dengan nominal lebih besar, Rp 70.000 setiap hari, jika baru dimulai usia 35 tahun, hasil yang didapat hanya sebesar Rp 2 miliar di masa pensiun.
Penghitungan ini berdasarkan pada data produk manajemen keuangan di Bank OCBC NISP. Asumsi yang digunakan adalah imbal hasil reksa dana saham 11,87 persen per tahun dengan usia pensiun 55 tahun.
”Jadi, uang yang ditabung dan diinvestasikan itu dapat lebih besar karena ada konsep bunga-berbunga. Kita juga enggak perlu kumpulin uang, baru masuk reksa dana atau beli produk. Dengan menyisihkan Rp 20.000, kita bisa langsung masuk ke produk yang kita pilih dan kalau pasar sedang bergerak bagus, bisa langsung untung dan bunganya ngegulung,” kata Ka Jit.
Agar nasabah dapat memulai kebiasaan baru, ada dua pilihan yang ditawarkan OCBC melalui gerakan #Save20. Pertama, Tabungan Berjangka (Taka) yang tersedia dalam dua jenis, yakni Taka fix installment (pembukaan melalui cabang) dan Taka online (pembukaan melalui ONe Mobile).
Untuk Taka online, nasabah dimungkinkan untuk mengumpulkan Rp 20.000 per hari menjadi angsuran bulanan dengan pengaturan debit secara otomatis di ONe Mobile. Kedua, reksa dana berjangka dengan pembelian harian, mingguan, dan bulanan di ONe Mobile dengan nominal mulai dari Rp 20.000.
Keputusan berinvestasi pun harus disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk tujuan investasi jangka pendek, misalnya membeli franchise boba satu tahun lagi, berwisata ke luar negeri dua tahun lagi, atau modal nikah dua tahun lagi, nasabah dapat memilih Taka atau reksa dana berjangka pendapatan tetap.
Berbeda jika bertujuan untuk investasi jangka panjang. Misalnya untuk persiapan biaya kuliah anak 15 tahun lagi, persiapan dana pensiun 30 tahun lagi, atau renovasi rumah tujuh tahun lagi, nasabah dianjurkan untuk memilih reksa dana berjangka saham atau reksa dana berjangka pendapatan tetap.
”Dalam gerakan #Save20 ini, kami tidak melihat semata keperluan bisnis karena kami ingin berperan bagaimana sebagai institusi finansial bisa memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Dengan memberikan edukasi dan ajakan yang relevan di kondisi Covid-19, kondisi tidak menentu, bahwa kita harus menyiapkan uang untuk ketidakpastian atau untuk masa depan,” kata Ka Jit.
Dennis Adhiswara, Brand Ambassador Gerakan #Save20 by Nyala OCBC NISP, menyampaikan, gerakan ini dapat menjadi awal yang baik bagi generasi muda dalam mengatur keuangan. Sebab, meski terkesan remeh, kalau Rp 20.000 disisihkan setiap hari untuk ditabung dan diinvestasikan, hasilnya akan besar di kemudian hari.
”Gerakan ini saya lihat lama-lama akan membentuk kebiasaan menabung bagi generasi muda. Saya rencananya akan berinvestasi ke reksa dana agar Rp 20.000 yang dikumpulkan setiap hari dalam 10 atau 20 tahun lagi dapat menghidupi kebutuhan Dennis tua,” ucapnya.
Adapun penyanyi Aurel Hermansyah mengatakan, gerakan #Save20 sangat baik untuk membantu generasi muda lebih berhemat. Terlebih, saat ini kemudahan belanja secara dalam jaringan (daring) sangat mendorong sifat konsumtif.
”Dengan nominal Rp 20.000, tadinya aku berpikir kayaknya enggak bisa buat berinvestasi, tetapi ternyata bisa. Jadi, daripada belanja online, aku ingin ajak anak muda menabung karena bisa untuk masa depan kita,” kata Aurel.
Sesuai kebutuhan
Secara terpisah, perencana keuangan Tatadana Consulting, Tejasari Assad, menilai, gerakan menabung dan berinvestasi harus disesuaikan dengan kondisi penghasilan di tengah pandemi. Apabila terkena pemutusan hubungan kerja sehingga tidak ada pemasukan sama sekali, berhemat untuk memenuhi kebutuhan harian hingga kembali mendapat pekerjaan lebih tepat dilakukan.
Sementara pebisnis yang mengalami penurunan omzet atau karyawan yang terkena pemotongan gaji harus tetap mengutamakan kebutuhan dasar terpenuhi. Apabila masih dimungkinkan untuk menabung, dapat memilih investasi dengan risiko rendah, misalnya emas atau reksa dana dengan skala kecil.
”Dalam kedua kondisi ini, kita harus lebih cermat dan bijak dalam mengeluarkan uang. Jangan sampai kita tergiur dengan belanja online yang saat ini semakin banyak, padahal belum tentu kita butuhkan,” ujar Tejasari.
Lain halnya bagi orang-orang yang pendapatannya tidak terdampak. Saat ini menjadi momen tepat untuk menabung dan berinvestasi jangka panjang. Investasi dapat dilakukan di pasar modal atau properti.
”Saham dan properti, kan, bisa dikatakan masih turun. Ini dapat menjadi saat yang tepat untuk berinvestasi, tetapi bukan dijual lagi untuk mendapat keuntungan dalam waktu dekat. Ini merupakan investasi jangka panjang,” katanya.