Wisata Pulau Lusi Diharapkan Dibuka Kembali dengan Protokol Pencegahan Covid-19
Sejak ditutup karena merebaknya pandemi Covid-19, obyek wisata Pulau Lumpur Sidoarjo belum dibuka lagi. Masyarakat berharap obyek wisata tersebut segera bisa dikunjungi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Pulau Lumpur Sidoarjo hingga saat ini belum boleh dikunjungi wisatawan lokal ataupun mancanegara. Pulau buatan dari material semburan lumpur Lapindo itu ditutup sejak merebaknya pandemi Covid-19. Pemerintah daerah dan masyarakat berharap obyek wisata tersebut segera dibuka lagi setelah simulasi penerapan protokol kesehatan.
Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Sidoarjo Djoko Supriyadi mengatakan, simulasi penerapan protokol kesehatan penting untuk mencegah sebaran Covid-19. Apalagi, Sidoarjo masih zona merah karena tingkat penularan dan angka kejadian yang tinggi. Bahkan, kota satelitnya Surabaya ini menempati urutan kedua jumlah kasus konfirmasi terbanyak di Jatim.
”Harapannya, produktivitas ekonomi dari sektor pariwisata kembali menggeliat. Namun, pada saat yang sama, sebaran Covid-19 juga bisa dikendalikan,” ujar Djoko Supriyadi, Senin (20/7/2020).
Djoko mengatakan Pemkab Sidoarjo telah melonggarkan masa pembatasan sosial berskala besar. Sebagai gantinya, pemda menerapkan masa transisi menuju normal baru. Pada masa transisi ini, sektor pariwisata sudah mulai dibuka, kecuali wahana permainan air dan kolam renang karena dinilai berisiko tinggi menyebarkan Covid-19.
Harapannya, produktivitas ekonomi dari sektor pariwisata kembali menggeliat. Namun, pada saat yang sama, sebaran Covid-19 juga bisa dikendalikan. (Djoko Supriyadi)
Menyikapi kebijakan pelonggaran pembatasan sosial itu, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Kedungpandan, Kecamatan Jabon, selaku pengelola obyek wisata Dermaga Tlocor, meminta pemda membuka kembali obyek wisata. Permintaan itu disetujui dan obyek wisata Tlocor mulai ramai dikunjungi wisatawan lokal.
Namun, para wisatawan ini mengeluh karena mereka tidak bisa berkunjung ke Pulau Lumpur Sidoarjo (Lusi). Dermaga Tlocor merupakan akses menuju ke Pulau Lusi dan Pulau Sarinah yang berada di muara Selat Madura. Pulau itu bisa dijangkau dengan perjalanan perahu menyusuri Sungai Porong.
Menurut Djoko, Pulau Lusi berada dibawah pengelolaan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Pemkab Sidoarjo telah berkomunikasi dengan KKP dan meminta supaya pulau tersebut dibuka kembali untuk kunjungan wisatawan. Seraya menanti keputusan KKP, pihaknya menyiapkan simulasi penerapan protokol kesehatan, berkoordinasi dengan Dinkes Sidoarjo.
Dinkes Sidoarjo akan memberikan edukasi tentang penerapan protokol kesehatan di tempat wisata. Edukasi diberikan kepada Pokdarwis dengan harapan mereka bisa menyampaikan ke pengunjung. Selain itu, Dinkes akan mendampingi Pokdarwis membuat penataan kawasan wisata yang aman dari sebaran Covid-19.
Pelaksana Tugas Bupati Sidoarjo Nur Achmad Syaifuddin mengatakan pemda sejatinya ingin bekerjasama dengan KKP untuk mengelola obyek wisata Pulau Lusi. Apabila dimungkinkan, pemda ingin menanamkan investasi untuk mengembangkan pulau tersebut agar menjadi destinasi wisata unggulan dan juga ikon Sidoarjo.
”Upaya membangun kerjasama ini terus dilakukan hingga ditemukan formula yang tepat. Untuk saat ini, pemda telah menggarap pengembangan obyek wisata Dermaga Tlocor,” kata Nur Achmad.
Ketua Humas Pokdarwis Desa Kedungpandan Supari mengatakan, masyarakat ingin pengembangan Pulau Lusi sebagai obyek wisata dilakukan secara cepat agar berdampak terhadap ekonomi warga sekitar.
Namun, sejak Pokdarwis Desa Kedungpandan dibentuk 2012 lalu, pemda dan pemerintah pusat, menurut dia, tak kunjung bergerak cepat. Padahal, warga telah mengumpulkan modal besar hingga Rp 5 miliar untuk belanja modal seperti membeli perahu wisata dan memperbaiki dermaga (Kompas, 4 Januari 2020).
Djoko Supriyadi menambahkan pihaknya telah mempromosikan Pulau Lusi salah satunya melalui ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) Award yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Upaya promosi itu membuahkan hasil sehingga pulau seluas 94 hektar ini dinobatkan sebagai tujuan wisata mangrove terpopuler kedua setelah Mangrove Forest Park Kuala Langsa, Kota Langsa, Aceh.
Penghargaan yang diserahkan November 2019 itu meningkatkan daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Angka kunjungan pun meningkat drastis, terutama di akhir pekan hingga menembus 3.000 orang dalam sehari. Perahu wisata yang disediakan oleh pengelola kewalahan melayani wisatawan.
Banyak wisatawan tertarik pada lanskap hutan mangrove di pulau yang menawan. Selain itu fenomena alam dan nonalam yang memengaruhi proses pembentukan pulau terbaru di Sidoarjo itu juga menjadi daya pikat yang mudah lekat pada masyarakat. Memantik rasa penasaran yang sulit dibendung sebelum melihat langsung.