Kinerja positif perseroan tak terlepas dari membaiknya produktivitas sejumlah kelompok usaha, salah satunya kelompok industri perkebunan, seperti CPO, gula, dan teh.
Oleh
M Paschalia Judith J
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Laba bersih yang diperoleh PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) melonjak hingga 124 persen pada Januari-Juni 2020. Lonjakan ini ditengarai disebabkan oleh peningkatan produktivitas sejumlah komoditas perkebunan.
Sepanjang semester-I 2020, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 42 miliar atau lebih tinggi 124 persen dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama. Padahal, pada penutupan kinerja keuangan akhir tahun 2019, RNI mengalami rugi senilai Rp 64,8 miliar.
”Kinerja positif perseroan tak terlepas dari membaiknya produktivitas sejumlah kelompok usaha, salah satunya kelompok industri perkebunan,” kata Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) Febriyanto melalui siaran pers yang diterima, Senin (20/7/2020).
Salah satu komoditas yang berada di lini bisnis perkebunan ialah minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan teh. Produksi CPO per Juni 2020 mencapai 5.428 ton atau lebih tinggi 220 ton dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Produksi teh juga meningkat 52 ton menjadi 1.801 ton.
Salah satu komoditas yang berada di lini bisnis perkebunan ialah CPO dan teh. Produksi CPO per Juni 2020 mencapai 5.428 ton atau lebih tinggi 220 ton dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Produksi teh juga meningkat 52 ton menjadi 1.801 ton.
Di sisi lain, produksi gula sampai Juni 2020 sebesar 18.000 ton dan tetes sebanyak 14.000 ton. Menurut Febriyanto, produksi tersebut lebih rendah dibandingkan tahun lalu lantaran giling tebu pada tahun ini baru dimulai pada pertengahan Juni, sedangkan giling tahun lalu dimulai pada bulan Mei.
Febriyanto optimistis, pada akhir periode pembukuan, produksi gula RNI akan lebih baik daripada pencapaian tahun lalu. Hal ini seiring dengan aktivitas giling yang masih berjalan serta masuknya gula impor.
”Ada juga peningkatan nilai tambah produk gula melalui penjualan ritel produk (dengan merek) Raja Gula yang menyasar pasar rumah tangga, hotel, dan restoran,” ujarnya.
Dalam rangka menjaga kinerja keuangan yang tergolong positif, Febriyanto mengatakan, perseroan akan meningkatkan nilai tambah di sisi operasional melalui pemanfaatan aset idle untuk bisnis baru atau disewakan. Perseroan juga akan memfokuskan ulang rencana bisnis untuk produk-produk RNI yang sebelumnya difokuskan kepada distributor saja agar dapat menyasar ritel sehingga meningkatkan penetrasi pasar.
Direktur PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) Pramusti Indrascaryo menyebutkan, perolehan laba yang melesat juga ditopang oleh penjualan sebesar Rp 2,5 triliun sepanjang semester-I 2020. Pencapaian penjualan tersebut lebih tinggi 18 persen dibandingkan target dalam anggaran.
Saat ini, perseroan tengah mengendalikan dan mengurangi biaya (cost reduction). Sampai dengan Juni 2020, perusahaan berhasil menekan biaya usaha hingga 29 persen di bawah anggaran atau tercatat turun 12 persen dibandingkan realisasi tahun lalu.
Tawarkan obligasi
Sementara itu, PT Pupuk Indonesia (Persero) tengah melangsungkan Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan II tahap I tahun 2020 dengan jumlah emisi hingga Rp 2,5 triliun. Obligasi ini termasuk dalam rangkaian Penawaran Umum Berkelanjutan II dengan total nilai Rp 8 triliun.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat mengatakan, obligasi menjadi salah satu strategi perusahaan dalam mendiversifikasi sumber pendanaan eksternal selain dari perbankan. ”Ini juga menjadi upaya kami untuk mengurangi volatilitas suku bunga dengan beralih dari variable rate ke fixed rate sehingga kami bisa mendapatkan efisiensi untuk jangka panjang,” katanya.
Di tengah pandemi Covid-19, Aas optimistis target penerbitan bisa terserap oleh pasar karena kinerja perusahaan selalu stabil, bahkan cenderung menunjukkan peningkatan. Dana obligasi tersebut akan digunakan perseroan untuk pemrofilan ulang pinjaman perbankan dan surat utang, baik di induk maupun anak perusahaan.
Salah satu indikator kinerja tersebut tampak dari laba tahun berjalan Pupuk Indonesia pada 2019 yang tercatat sebesar Rp 3,71 triliun dari total nilai aset Rp 135,55 triliun. Dengan perolehan tersebut, Pupuk Indonesia berhasil mempertahankan kinerjanya sebagai 10 besar perusahaan pupuk dunia berdasarkan total aset, pendapatan, EBITDA, dan laba bersih.
Sepanjang Januari-Mei 2020, penjualan pupuk subsidi atau kewajiban pelayanan publik (PSO) mencapai 3,93 juta ton. Volume penjualan pupuk komersial melonjak 47,45 persen dibandingkan Januari-Mei 2019 menjadi 2,01 juta ton.
Dalam perbandingan periode yang sama, penjualan pupuk komersial melesat 38,35 persen menjadi Rp 7,54 triliun. Pendapatan jasa juga meningkat 34,53 persen menjadi Rp 4,13 triliun. Imbasnya, laba tahun berjalan tumbuh 11,7 persen menjadi Rp 1,6 triliun.
Penawaran Umum Berkelanjutan II Obligasi Pupuk Indonesia Tahap I Tahun 2020 terbagi dalam tiga seri, yaitu Seri A bertenor 3 tahun, Seri B bertenor 5 tahun, dan Seri C bertenor 7 tahun. Bunga akan dibayarkan setiap satu triwulan.
Masa penawaran awal obligasi berlangsung pada 16-30 Juli 2020, sedangkan penawaran umum dijadwalkan pada 14-18 Agustus 2020. Pupuk Indonesia menunjuk PT Bahana Sekuritas, PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas sebagai Joint Lead Underwriters (JLU), dan PT Bank Mega Tbk sebagai wali amanat.
PT Fitch Ratings Indonesia memberikan peringkat AAA (idn) pada obligasi berkelanjutan Pupuk Indonesia. Obligasi ini tergolong tanpa jaminan khusus (clean basis).