Wisata domestik menjadi andalan untuk pemulihan pariwisata pascapandemi Covid-19. Pembukaan kembali tujuan wisata mesti dibarengi penerapan dan pengawasan protokol kesehatan.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pariwisata domestik dinilai bisa dijadikan andalan untuk memulihkan industri pariwisata yang terhantam pandemi Covid-19. Namun, pembukaan destinasi wisata mesti diimbangi pengawasan pelaksanaan protokol kesehatan serta penerapan sanksi bagi industri wisata dan pengunjung yang melanggar.
Target pariwisata pada 2020 disesuaikan dengan kondisi terkini. Sektor pariwisata terkena pukulan keras karena masyarakat mengurangi bepergian.
Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), realisasi wisatawan nusantara pada 2019 sebanyak 290 juta perjalanan. Pada 2020, ditargetkan 120 juta-140 juta perjalanan. Adapun wisatawan mancanegara, yang pada 2019 terealisasi 16,1 juta kunjungan, pada 2020 ditargetkan 2,8 juta-4 juta kunjungan.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didin Djunaedi menyampaikan, pemerintah ingin segera membangkitkan industri pariwisata dan telah menerbitkan protokol kesehatan yang disebarkan ke kalangan industri perhotelan, perjalanan, dan pariwisata. Namun, persoalan yang muncul, masih banyak masyarakat yang tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak. Masyarakat juga kerap berkerumun saat berwisata.
Didin berpandangan, pembukaan destinasi wisata wajib diimbangi dengan peningkatan pengawasan oleh aparat dan gugus tugas Covid-19. Pelaku industri harus menyediakan sarana protokol kesehatan dan menambah petugas pengawas di destinasi wisata. Di samping itu, sanksi dan denda perlu dikenakan bagi pelaku industri wisata dan pengunjung atau wisatawan yang tidak mematuhi protokol kesehatan.
”Industri pariwisata mau direm terus-terusan enggak mungkin. Kita tidak tahu sampai kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Maka, pariwisata harus dilaksanakan bertahap, pelaku industri dan wisatawan harus siap menerapkan protokol kesehatan. Apabila ada pelanggaran, harus dikenai sanksi dan denda sebagai efek jera,” kata Didin kepada Kompas, Minggu (19/7/2020).
Akhir pekan lalu, Asisten Deputi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Kosmas Harefa mengemukakan, pemerintah berupaya memulihkan aktivitas pariwisata secara bertahap. Sampai dengan akhir 2020, wisata domestik diprediksi menjadi kekuatan dalam pemulihan sektor pariwisata di Tanah Air.
”Kalau kita mau membangkitkan wisata, jangan dulu bermimpi untuk menghadirkan wisatawan mancanegara. Kita kelola dulu potensi yang kita punya dan kekuatan wisata domestik,” kata Kosmas dalam webinar bertema ”Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Bisnis Perjalanan Wisata”.
Anggaran
Kosmas menambahkan, pemerintah meminta seluruh jajarannya memanfaatkan alokasi anggaran perjalanan dinas yang masih ada untuk direalisasikan. Perjalanan dinas dilaksanakan di daerah-daerah yang selama ini bergantung pada pariwisata.
”Hal ini sesuai arahan Presiden untuk segera dijalankan. Indikasi ekonomi bergerak ketika uang APBN mulai mengalir,” katanya.
Pemerintah tidak akan bisa mengatur semuanya tanpa peran pemangku kepentingan. Oleh karena itu, pelaku industri pariwisata dan destinasi perlu mengendalikan kegiatan pariwisata dengan mengacu pada protokol kesehatan.
”Pelaku industri wisata harus merujuk ke upaya memberikan jaminan ke wisatawan bahwa hal yang terkait kesehatan, kebersihan, keselamatan, dan keamanan adalah nomor satu,” kata Kosmas.
Hal senada dikemukakan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Rusmiati. Tren wisata bergeser ke wisatawan domestik. Obyek wisata alam dan desa wisata menjadi lebih populer bagi wisatawan.
Tren wisata bergeser ke wisatawan domestik. Obyek wisata alam dan desa wisata menjadi lebih populer bagi wisatawan.
Dampak pandemi Covid-19 menyebabkan hampir 90 persen dari 6.994 agen wisata dan perjalanan anggota Asita di 34 provinsi tidak memiliki kegiatan. Secara bertahap, seluruh pengelola wisata berbenah untuk menerima wisatawan lokal serta menerapkan protokol kesehatan. Pemulihan pariwisata antara lain dengan mendorong wisata domestik dan tur pribadi.
”Tren wisata pasca-Covid-19 ini adalah wisata domestik menjadi referensi, obyek wisata alam lebih populer, wisatawan dari kalangan muda lebih bersemangat untuk bepergian, dan konsumen memerlukan pengalaman wisata baru,” kata Rusmiati.
Co-Founder Traveloka Albert Zhang mengemukakan, selama ini pihaknya memasarkan 20 produk perjalanan dan gaya hidup serta diunduh lebih dari 40 juta pengguna di Asia Tenggara dan Australia. Pandemi Covid-19 menurunkan okupansi dari mitra transportasi, restoran, dan penginapan.
Traveloka menerapkan tiga tahap strategi untuk mempercepat pemulihan pariwisata. Pertama, membuka akses perjalanan di dalam kota. Kedua, secara bertahap membuka akses antarkota jika perjalanan wisata dinilai aman. Tahap ketiga, membuka akses antarnegara, yang dimulai dari negara tetangga dan negara lain yang dinilai aman untuk dikunjungi.