Investor Ritel Jalan Terus
Investor muda giat berinvestasi di masa pandemi.

Sebaran investor SBN ritel jenis SBR.
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan perbankan dan manajemen investasi menjemput bola untuk mengakomodasi minat masyarakat yang meningkat dalam berinvestasi. Platform digital dimanfaatkan untuk menarik minat masyarakat dan menggaet investor.
Cara yang digunakan di antaranya menggelar webinar atau seminar secara dalam jaringan di tengah kondisi pandemi Covid-19.
PT Bank Commonwealth Indonesia, misalnya, beberapa waktu lalu mengadakan perbincangan tentang keuangan yang menghadirkan perencana keuangan. Secara rutin, Bank Commonwealth Indonesia juga mengedukasi masyarakat secara rutin mengenai investasi dan sektor keuangan.
Investment & Liabilities Department Head Commonwealth Bank Ivan Kusuma menjelaskan, untuk menggaet investor ritel pada masa pandemi, perlu perubahan model bisnis yang diakselerasi dengan teknologi. ”Kami perlu membangun kapabilitas untuk dapat bertransaksi digital, mulai dari registrasi sampai transaksi,” ujarnya, Minggu (19/7/2020).
Tidak sekadar mengembangkan infrastruktur digital serta memperkuat ikatan dengan nasabah melalui edukasi keuangan dan investasi secara virtual, tambah Ivan, Bank Commonwealth juga mendampingi investor, bahkan memberi saran investasi.
”Instrumen yang menarik saat ini, salah satunya adalah obligasi. Pasar obligasi Indonesia menawarkan tingkat imbal hasil menarik dibandingkan dengan obligasi dari sesama negara berkembang lain, yakni sekitar 5,16 persen,” ujarnya.

Sebaran jumlah investor obligasi ritel negara seri ORI017.
Menurut Ivan, minat investasi masyarakat akan mulai kembali normal seperti sebelum pandemi dalam jangka waktu menengah ketika pengembangan vaksin Covid-19 sudah lebih jelas.
Hal terpenting bagi investor di masa apa pun adalah diversifikasi aset dan tetap menyesuaikan pilihan investasinya dengan tujuan investasi, profil risiko, dan jangka waktu investasi.
Head of Retail PT Mandiri Sekuritas Andreas Gunawidjaja menilai minat masyarakat, khususnya generasi muda, untuk berinvestasi semakin tinggi dalam beberapa waktu terakhir. Kondisi pandemi Covid-19 justru menyadarkan masyarakat mengenai nilai penting dana darurat dan investasi.
Pada semester I-2020, Mandiri Sekuritas mencatat penambahan lebih dari 26.000 nasabah baru untuk segmen ritel, menjadi 145.000 nasabah. Sekitar 60 persen nasabah Mandiri Sekuritas adalah generasi milenial.
”Gambaran terkini, 55 persen nasabah yang berinvestasi ORI017 melalui Mandiri Sekuritas Online Securities Trading adalah generasi milenial dengan nilai pembelian Rp 16 miliar,” ujarnya.
Minat masyarakat, khususnya generasi muda, untuk berinvestasi semakin tinggi.

Andreas menambahkan, sejak 2018, Mandiri Sekuritas menyediakan sarana edukasi daring yang dapat diakses dengan mudah oleh nasabah dan masyarakat. Pada semester I-2020, perusahaan menyelenggarakan 110 kelas daring yang diikuti hampir 11.000 peserta.
Dalam kegiatan edukasi daring, kata Andreas, nasabah mengikuti berbagai kelas untuk meningkatkan pemahaman dalam berinvestasi, misalnya mengenal pasar modal.
Minat masyarakat berinvestasi antara lain tecermin dari penjualan obligasi ritel ORI017. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, ORI017 dibeli 42.733 investor. Dari jumlah itu, 23.949 orang di antaranya adalah investor baru.
Adapun hasil penjualan ORI017 yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 18,336 triliun. Rata-rata pembelian ORI017 senilai Rp 427,1 juta per investor.
Melanjutkan kebiasaan
Bagi investor muda yang sudah terbiasa berinvestasi, pandemi Covid-19 tak menghalangi langkah berinvestasi. Para investor muda justru menjadikan pandemi Covid-19 sebagai alasan untuk menambah dana mereka untuk menghadapi ketidakpastian.

Penawaran investasi Surat Berharga Negara (Savings Bond Ritel/ SBR) 008 di laman perusahaan rintisan bidang teknologi, Investree, di Jakarta, Rabu (18/9/2019). SBN ritel yang ditawarkan secara online melalui perusahaan teknologi finansial (fintech), perusahaan efek, dan perbankan mampu menggenjot perolehan dana investasi dari investor milenial. Jumlah investor milenial cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia per Mei 2020, jumlah investor saham pada kelompok usia 18-30 tahun sebanyak 489.610 orang. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir 2019 yang sebanyak 409.532 orang,
Tiara Annisaa (24), karyawan di Jakarta, berinvestasi saham telah sejak lulus kuliah beberapa waktu lalu. Rata-rata, dia mengalokasikan sekitar 60 persen dari penghasilan bulanannya untuk berinvestasi.
”Sejak pandemi, ada sejumlah tambahan (dana) untuk dialokasikan ke saham. Misalnya, hasil dari pengeluaran untuk makan sehari-hari yang lebih hemat selama pandemi,” tuturnya saat dihubungi, Minggu.
Tiara memperkuat strategi pengelolaan risiko dengan memilih saham. Ia juga mengandalkan analisis teknikal yang menyoroti data pergerakan nilai saham.
Adapun Tommy Wijaya (26), karyawan di Jakarta, mendiversifikasi dan mengubah alokasi investasinya di pasar saham dan pasar keuangan selama pandemi Covid-19. Diversifikasi dan perubahan alokasi itu dinilainya sebagai aspek penting di masa yang diliputi ketidakpastian ekonomi, mengacu pada buku perihal investasi.
Tommy yang semula mengalokasikan sebagian besar investasinya pada instrumen reksana dana pendapatan tetap, kemudian reksa dana pasar uang, dan saham. Namun, di masa pandemi, investasinya dialokasikan ke reksa dana pasar uang danreksa dana obligasi.
Baca juga: Bidik Investor Milenial, Target Penerbitan SBN Ritel Rp 40 Triliun
Sementara, Vika Anggraeni (25), pekerja di Jakarta, adalah satu seorang investor ORI017.
”Setelah saya mengumpulkan informasi, ORI017 juga ditujukan untuk pendanaan penanganan Covid-19. Hal ini menjadi cara yang bisa saya lakukan untuk ikut berkontribusi bagi negara dalam menghadapi pandemi,” katanya. (DIM/JUD)