Bagi generasi milenial, investasi bukan lagi tentang duit atau imbal hasil semata. Mereka ingin membuat perubahan dengan uang yang mereka tanam. Mereka ingin memiliki kisah dengan keterlibatannya.
Oleh
Andreas Maryoto
·4 menit baca
Ini kisah perempuan bernama Susan Jensch (32) di laman Marketwatch. Ia menanamkan uang di beberapa saham yang diakui memperhatikan jender dan masa depan Bumi. Ia tidak mau berinvestasi di perusahaan yang menghasilkan duit dengan menggunakan bahan bakar fosil. Susan berbicara mengenai keinginan untuk membuat perubahan dari uang yang tak begitu banyak ditanam, tetapi ia yakin pengaruh dari uang itu. Katanya, uang akan berdampak.
Pada masa lalu, investasi adalah sekadar menaruh duit dan orang bisa mendapatkan imbal hasil. Kini di mata kaum milenial, investasi tidak melulu soal menaruh duit dan mendapat imbal hasil saja. Pandemi makin mendorong mereka berinvestasi. Mereka juga ingin mendapat cerita selain mendapat imbal hasil. Cerita tentang uang yang ditanam dan dampak dari investasi bagi masa depan mereka.
Investasi di kalangan milenial kembali menjadi perhatian pada saat pandemi sekarang karena mereka tersadar kebiasaan konsumtif selama ini tidak bisa dilanjutkan. Mereka ingin menabung dan berinvestasi agar dampak pandemi tidak makin parah.
Pandemi yang dianggap sebagai dampak dari kerusakan lingkungan juga membuat mereka terpanggil untuk bertindak. Di sisi lain, harga saham yang anjlok dan kemudahan mendaftar dan bertransaksi membuat mereka makin tertarik dengan beberapa produk investasi.
Dari sebuah survei diketahui bahwa 60 persen milenial menaruh uang di saham-saham yang baik bagi lingkungan dan mempunyai tata kelola berkelanjutan. Persentase itu lebih besar dibandingkan generasi pendahulunya yang berkisar 45 persen hingga 49 persen. Bahkan, survei di kalangan milenial menunjukkan mereka lebih peduli pada dampak sosial investasi dibandingkan imbal hasil yang bakal diterima.
Tulisan-tulisan yang dibuat oleh ahli-ahli dari Credit Suisse beberapa waktu lalu juga menunjukkan bahwa nilai-nilai milenial yang terkait dengan kelestarian lingkungan merupakan salah satu dari supertrends yang tengah berkembang. Perusahaan-perusahaan harus menempatkan isu kelestarian sebagai prioritas karena generasi milenial dan selanjutnya menganggap isu itu penting. Mereka menunjukkan tren beberapa pilihan produk, seperti makanan, barang konsumer, dan kebutuhan harian, yang tidak merusak lingkungan.
Sebelum perbincangan tentang investasi kalangan milenial yang kini makin banyak diperbincangkan di tengah pandemi, EY telah membuat riset yang memperlihatkan kenaikan investasi-investasi lestari pada tahun 2014. Mereka melihat kecenderungan pilihan investasi terkait dengan nilai-nilai personal kalangan milenial. Oleh karena itu, saat itu mereka langsung menyarankan agar para manajer investasi mampu membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan menangkap calon-calon investor yang mempunyai kebutuhan seperti itu.
Ciri-ciri investasi yang diinginkan, antara lain, investasi di lembaga atau perusahaan dengan pengaruh sosial yang kuat, investasi yang memperbaiki lingkungan, dan investasi di perusahaan dengan tata kelola yang baik. Mereka ingin agar uang yang ditanam memiliki dampak sosial dan lingkungan yang bisa diukur sejalan dengan imbal hasil investasi. Dampak bisa berupa penghematan energi, perbaikan kesehatan, pengurangan perubahan iklim, dan lain-lain.
Perusahaan jasa keuangan perlu makin mendalami keinginan milenial. Produk-produk investasi tidak hanya dipandang dari nilai-nilai imbal hasil semata, tetapi juga nilai-nilai intrinsik produk-produk itu yang tidak mudah diduplikasi oleh perusahaan lain. Nilai-nilai inilah yang akan memberi daya tarik sehingga makin menghubungkan investor muda dan kebiasaan investasinya dengan produk-produk investasi.
Fenomena ini menjadikan produk-produk investasi bukan lagi menjadi benda mati, melainkan ”hidup” karena investor memiliki kepedulian lebih. Mereka ingin terlibat aktif dalam investasi karena langkah mereka akan menentukan masa depan Bumi dan manusia. Mereka yakin dengan langkah kecil, mereka ikut memperbaiki ketimpangan di dunia yang menyebabkan perubahan iklim, kelaparan, kemiskinan, dan akses kesehatan.
Sebelum terlambat, perusahaan harus melakukan adaptasi, baik dari kultur, teknologi, maupun proses yang melayani kebutuhan investasi kaum muda. Isu-isu kelestarian lingkungan dan ketimpangan harus diadopsi. Perusahaan-perusahaan perlu mendefinisi ulang tentang standar pilihan investasi yang memungkinkan keterlibatan milenial.
Mereka ingin terlibat dan memiliki kisah-kisah yang memperlihatkan keterlibatan mereka memperbaiki nasib Bumi.
Produk-produk investasi, baik yang dikeluarkan oleh korporasi maupun negara, diharapkan juga makin berwarna dan memiliki cerita. Surat berharga ORI 017 yang bertujuan untuk membantu pendanaan penanganan Covid-19 seharusnya bisa memiliki banyak cerita. Cerita tentang dokter dan perawat yang berjuang, cerita tentang mereka yang sembuh, cerita keluarga yang terbantu, dan lain-lain karena keberadaan dana masyarakat.
Semua itu memang soal cerita. Milenial membutuhkan cerita di dalam hidup mereka dibandingkan generasi sebelumnya. Investasi bukan lagi cerita tentang duit dan imbal hasil semata. Mereka ingin terlibat dan memiliki kisah-kisah yang memperlihatkan keterlibatan mereka memperbaiki nasib Bumi melalui uang-uang yang ditanam. Investasi sebaiknya memiliki kisah.