Wabah Covid-19 akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) turut memiskinkan kalangan warga Jawa Timur. Kemiskinan di Jawa Timur akan kian parah jika wabah Covid-19 tidak segera teratasi.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) turut memiskinkan kalangan warga Jawa Timur. Kemiskinan di Jawa Timur akan kian parah jika wabah Covid-19 tidak segera teratasi.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menunjukkan jumlah warga miskin pada Maret 2020 hampir 4,41 juta jiwa. Jumlah ini bertambah 363.000 jiwa dari 4,05 juta jiwa warga miskin pada September 2019.
Keberadaan 4,41 juta jiwa warga miskin ini setara dengan 11 persen dari 39,75 juta jiwa populasi provinsi bermoto Jer Basuki Mawa Beya tersebut. Pada September 2019, persentase jumlah rakyat berekonomi lemah itu 10,2 persen dari populasi.
Persentase 11 persen memperlihatkan kenyataan bahwa satu dari sembilan warga di Jatim berada dalam kemiskinan. Situasi ini jelas tidak menggembirakan karena persentase rakyat tak mampu di Jatim sulit turun di bawah 10 persen. Secara jumlah, warga miskin tak pernah berada di bawah 4 juta jiwa.
”Salah satu faktor yang meningkatkan kemiskinan ialah wabah Covid-19,” ujar Kepala BPS Jatim Dadang Hardiman di Surabaya, Jumat (17/7/2020).
Wabah Covid-19 menyerang Indonesia dengan kasus pertama diumumkan pada awal Maret lalu. Saat itu, Presiden Joko Widodo mengumumkan ada dua warga Depok, Jawa Barat, yang positif Covid-19. Dua pekan berselang, Jatim mengumumkan kasus Covid-19 pertama yang menjangkiti enam warga Surabaya dan dua warga Malang.
Salah satu faktor yang meningkatkan kemiskinan ialah wabah Covid-19. (Dadang Hardiman)
Menurut Dadang, serangan wabah Covid-19 dari China sejak akhir 2019 turut berkontribusi terhadap permiskinan warga Jatim. Sejak akhir tahun lalu, aktivitas perekonomian Jatim dan China turun dan berdampak ikutan terhadap kegiatan penunjang di daerah.
”Jika wabah tidak segera teratasi, bisa diyakini bahwa warga miskin akan bertambah lagi,” kata Dadang.
Mengapa bisa demikian? Dalam penanganan wabah, aparatur negara memberlakukan berbagai pengetatan, pelarangan, dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Perekonomian lesu sehingga masyarakat terutama yang bergantung pada penghasilan harian tak lagi berpendapatan.
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan, ada lebih dari 230 perusahaan yang terpaksa menempuh pemutusan hubungan kerja terhadap 7.000 buruh. Selain itu, lebih dari 600 perusahaan juga merumahkan hampir 35.000 pekerja.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim Dwi Cahyono mengatakan, sektor pariwisata setidaknya menjadi gantungan hidup bagi lebih dari 1 juta pekerja formal dan informal.
”Pariwisata loyo karena banyak obyek terpaksa ditutup selama penanganan wabah dan selama itu pula pekerjanya tidak berpenghasilan,” kata Dwi.
Menyimbangkan
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim Adik Dwi Putranto mengingatkan pentingnya memahami dan melaksanakan anjuran Presiden bahwa pemangku kepentingan di daerah harus mampu menyeimbangkan peran penanganan wabah sekaligus menjaga perekonomian.
”Menyeimbangkan jelas tidak mudah, tetapi itu satu-satunya jalan keluar,” kata Adik.
Jika unsur penanganan diutamakan dengan mematikan sektor perekonomian, konsekuensinya menjadi jelas bahwa akan timbul masalah sosial dan bertambahnya kemiskinan. Namun, jika wabah diabaikan, ancaman kematian warga akibat Covid-19 akan meningkat dan ini tidak baik bagi keberlangsungan aktivitas hidup, termasuk perekonomian.
Adik menyarankan pemerintah berusaha keras menjaga kestabilan harga kebutuhan utama warga, yakni pangan dan sandang. Kemudian, mempertahankan tarif dalam pendidikan dan kesehatan serta transportasi agar selalu terjangkau oleh daya masyarakat.
Menurut BPS Jatim, situasi harga bahan pangan memang lebih berperan mendorong seseorang mendekati kemiskinan. Situasi kemiskinan pada Maret, misalnya, terjadi karena sumbangan harga pangan mencapai 75 persen. Artinya, jika harga pangan tak terjangkau, masyarakat kian terancam menjadi miskin.