Sempat Merosot, Harga Ikan di Pantura Barat Jateng Merangkak Naik
Setelah sempat merosot hingga Rp 4.000 per kilogram, harga ikan di pesisir pantai utara barat Jateng kembali merangkak. Kenaikan harga dipicu oleh keterbatasan suplai ikan akibat para nelayan belum kembali dari laut.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Harga ikan di pesisir pantai utara barat Jawa Tengah yang sempat merosot karena pandemi Coronavirus disease 2019 atau Covid-19 mulai membaik dalam seminggu terakhir. Kenaikan harga terjadi karena kebutuhan ikan mulai meningkat sementara suplai ikan masih terbatas.
Pada awal pandemi Covid-19, rata-rata harga ikan di Kota Tegal dan Kabupaten Batang, Jateng, merosot hingga Rp 4.000 per kilogram dari harga normal. Ikan tongkol, misalnya, turun harga dari Rp 20.000 per kilogram menjadi Rp 16.000 per kilogram.
Sementara itu, harga ikan tunul turun dari Rp 21.000 per kilogram menjadi Rp 17.000 per kilogram. Adapun harga udang berukuran sedang turun dari Rp 35.000 per kilogram menjadi Rp 31.000 per kilogram.
Wanda (38), nelayan Kecamatan Tegal Barat, Kota tegal mengatakan, sepekan terakhir, harga ikan dengan berbagai jenis naik. Kenaikan harga ikan berkisar Rp 1.000-Rp 5.000 per kilogram.
Sebagian besar nelayan baru kembali melaut pertengahan sampai akhir Juni. Selain karena pandemi Covid-19, nelayan tidak melaut karena libur.
”Saat ini, harga ikan tongkol Rp 25.000 per kilogram atau naik sebesar Rp 5.000 per kilogram dari harga normal. Lalu, harga ikan tunul naik Rp 3.000 menjadi Rp 20.000 per kilogram dari harga normal. Kemudian, harga udang berukuran sedang naik Rp 5.000 menjadi Rp 40.000 per kilogram dari harga normal,” kata Wanda di Kota Tegal, Jumat (17/7/2020).
Suplai ikan turun
Secara terpisah, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal Riswanto mengatakan, kenaikan harga ikan disebabkan oleh menurunnya suplai ikan. Penurunan jumlah suplai ikan terjadi karena 80 persen nelayan belum kembali dari laut.
”Sebagian besar nelayan baru kembali melaut pertengahan sampai akhir Juni. Selain karena pandemi Covid-19, nelayan tidak melaut karena libur Lebaran,” ujar Riswanto.
Minimnya suplai ikan juga dikeluhkan sejumlah pengusaha pengolahan ikan di pantura barat Jateng. Salah satunya Nurtantio Sony Putro (47). Sony mengeluhkan, sejak sebulan lalu, dua pabrik pengolahan ikan miliknya yang berada di Kota Tegal dan Kota Pekalongan kekurangan bahan baku.
”Kapasitas produksi kami 70 ton per hari. Tetapi kami hanya mendapat suplai ikan paling banyak 40 ton per hari,” ucap Sony.
Menurut Sony, dirinya harus mencari ikan dari luar daerah, seperti Surabaya dan Bandung, untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produksi di pabriknya. Biasanya, kedua pabrik pengolahan ikan milik Sony hanya menyerap ikan dari daerah pantura barat Jateng saja.
Di Kabupaten Batang, rata-rata harga ikan juga mulai naik. Kendati demikian, nilai transaksi penjualan ikan masih belum pulih.
Ketua HNSI Batang Teguh Tarmujo mengatakan, pada kondisi normal, nilai transaksi penjualan ikan di Batang sebesar Rp 10 miliar per bulan. Selama pandemi Covid-19, nilai transaksinya turun sebesar 30 persen menjadi Rp 7 miliar per bulan.