Hingga Juni 2020, LinkAja telah mendigitalisasi pembayaran di 466 pasar tradisional seluruh Indonesia dan memiliki lebih dari 250 pembayaran tagihan.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemanfaatan dan penguatan ekosistem digital menjadi strategi utama dari upaya penetrasi bisnis penyedia layanan pembayaran digital LinkAja. Perusahaan optimistis strategi ini dapat membuat penggunaan LinkAja menjadi berkelanjutan.
Chief Marketing Officer PT Fintek Karya Nusantara, yang memiliki izin penerbitan uang elektronik LinkAja, Edward Kilian Suwignyo, menyebutkan, selama tahun pertama beroperasi, LinkAja fokus pada penyiapan ekosistem dan peningkatan penggunaan transaksi digital masyarakat.
”Tujuan utama kami adalah memberikan akses layanan keuangan yang efisien kepada seluruh lapisan masyarakat di Indonesia,” ujarnya dalam seminar daring bertema ”Sinergi BUMN: Akselerasi Pembayaran Digital dalam Ekonomi New Normal” di Jakarta, Rabu (15/7/2020).
Sebagai salah satu wujud komitmen tersebut, kata Edward, LinkAja yang mulai beroperasi sejak 15 Juli 2019 tidak menerapkan potongan atau biaya yang dibebankan pada pihak penjual sesuai dengan arahan Bank Indonesia agar dapat mempercepat adopsi digital yang lebih cepat.
Hingga Juni 2020, LinkAja telah mendigitalisasi pembayaran di 466 pasar tradisional seluruh Indonesia, serta memiliki lebih dari 250 pembayaran tagihan mencakup tagihan air perusahaan daerah air minum (PDAM), listrik, TV kabel, pulsa, hingga voucer gim. LinkAja tercatat telah bekerja sama dengan 11.376 penjual luring nasional dan 1.569 penjual daring dengan platform seperti Bukalapak, Tokopedia, dan Blanja.com.
LinkAja telah mendigitalisasi pembayaran di 466 pasar tradisional seluruh Indonesia, serta memiliki lebih dari 250 pembayaran tagihan mencakup tagihan air PDAM, listrik, TV kabel, pulsa, hingga voucer gim.
Sementara di lini transportasi, LinkAja telah bekerja sama menjadi mitra pembayaran bagi 104 moda transportasi, seperti layanan pembayaran di PT Kereta Api Indonesia, PT Kereta Commuter Indonesia, Garuda Indonesia, Citilink, hingga opsi pembayaran untuk transportasi online, transportasi lokal daerah seperti Trans Semarang, hingga pembayaran taksi dan bus.
Menurut Edward, strategi untuk membangun ekosistem digital dalam jangka panjang dapat menjaga keberlanjutan penetrasi LinkAja di tengah masyarakat. Perusahaannya menghindari aksi ”bakar uang” yang jamak dilakukan oleh perusahaan pembiayaan digital lain sebagai strategi promosi.
”Jika hanya mengandalkan potongan harga, Linkaja hanya akan hadir sebagai opsi alternatif alih-alih menjadi opsi utama. Kalau promonya berakhir, bisa saja masyarakat tak akan menggunakan LinkAja sebagai alat pembayaran,” kata Edward.
Direktur Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Handayani menuturkan, transaksi pengisian ulang dana (top up) untuk aplikasi LinkAja terus tumbuh signifikan. Hal ini seiring dengan program kerja sama antara BRI dan LinkAja.
Bila dibandingkan periode akhir tahun lalu, pertumbuhan transaksi pengisian dana LinkAja naik hampir dua kali lipat. Adapun jumlah transaksi akun nasabah BRI yang terhubung dengan LinkAja mencapai 181 persen.
”Kalau dilihat dari sisi volume dananya, pada periode yang sama dana yang ditransaksikan melalui LinkAja meningkat delapan kali lipat,” katanya.
Senior Vice President Digital Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sunarto Xie menambahkan, transaksi untuk top up LinkAja sudah mencapai 2 juta transaksi dengan nominal Rp 600 miliar. Selain itu, Bank Mandiri juga mencatat pengisian dana untuk uang digital dari aplikasi LinkAja juga tumbuh mencapai lebih dari 100.000 transaksi per bulan.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Teknologi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk YB Harianto mengatakan, pertumbuhan transaksi dari akun BNI yang terhubung dengan LinkAja bisa terlihat meningkat dengan tercatatnya jumlah jaringan laku pandai BNI yakni sebanyak 160.000 Agen46.
”Agen46 tersebut dapat menerima transaksi Linkaja seperti pembayaran dan setor tunai,” ujarnya.
Jaringan transportasi
VP Komersial PT Kereta Commuter Indonesia Karina Amanda mengemukakan, sebanyak 70 persen pengguna Commuter Line menggunakan uang elektronik, termasuk LinkAja, sejak 2019. Pada 17 Juni lalu, KCI telah menambah tiga stasiun yang melayani khusus uang elektronik, yakni Stasiun Bogor, Cilebut, dan Cikarang.
Sebelumnya, sudah lima stasiun yang melayani penuh transaksi pembayaran digital. KCI berencana untuk terus memperluas layanan ini hingga ke 80 stasiun yang dilewati KCI.
”Jumlah penumpang kami pada kondisi normal mencapai 1 juta penumpang. Saat ini belum penuh pulih, tetapi sudah mencapai rata-rata 400.000 penumpang per hari,” kata Karina.
Sementara itu, Direktur Pemasaran Ritel PT Pertamina (Persero) Masud Khamid mengatakan, penjualan lewat digitalisasi mencapai Rp 100 miliar per hari. Belum besar, tetapi trennya bagus. Pada era pandemi begini, transaksi MyPertamina dan LinkAja terus konsisten naik seiring selesainya infrastruktur digital di SPBU.
Masud menyatakan, saat ini nilai transaksi pembayaran Pertamina sekitar Rp 1,5 triliun untuk segmen ritel. Ia merinci sebanyak Rp 1 triliun lewat penjualan bahan bakar minyak lewat SPBU, sedangkan lebih dari Rp 400 miliar lewat penjualan elpiji.
”Pertamina telah mendigitalisasi 7.000 SPBU dan sedang memproses 160.000 outlet elpiji untuk pembayaran digital. Kita dorong semua pembayaran digital masuk dalam platform LinkAja,” ujar Masud.