Dari Tiket FLEXI, ”Staycation”, hingga ”Travelling Kit”
Kami melihat adanya keinginan masyarakat untuk berekreasi secara lokal. Hal ini turut mendorong mereka mencari dan menemukan destinasi-destinasi lokal yang belum diketahui banyak orang.
Oleh
M Paschalia Judith J
·4 menit baca
Ketidakpastian di sektor pariwisata akibat pandemi Covid-19 membuat sejumlah agen perjalanan dalam jaringan atau OTA berinovasi dalam menyajikan produknya bagi masyarakat. Salah satu wujud inovasi produk itu sistem pemesanan yang fleksibel.
Tiket.com menghadirkan fitur tiket FLEXI yang memungkinkan pengguna memesan tanpa menentukan tanggal rekreasi. ”Hingga saat ini terdapat 400 hotel yang bekerja sama memanfaatkan fitur ini,” kata VP Accommodation Tiket.com Cisyelya Bunyamin dalam telekonferensi pers di Jakarta, Rabu (15/7/2020).
Sebanyak 80-90 persen jaringan hotel tersebut berada di Indonesia. Selain di Indonesia, hotel-hotel di Malaysia, Thailand, dan Singapura turut bekerja sama dalam fitur tiket FLEXI. Tak hanya hotel, fitur itu tersedia juga untuk tiket destinasi yang bersifat atraktif. Menurut rencana, Tiket.com juga akan mengadakan fitur FLEXI untuk tiket penerbangan.
Secara umum, fitur tiket FLEXI berupa pembelian voucer. Voucer ini dapat digunakan dalam jangka waktu paling lama satu tahun setelah pembelian. Melalui voucer yang digunakan ini, pengguna dapat memasukkan tanggal pemakaian.
Menurut Chief Marketing Officer Tiket.com Gaery Undarsa, pandemi Covid-19 menimbulkan situasi yang tidak menentu bagi wisatawan. Dengan fitur tiket FLEXI, pengguna bisa membeli jasa penginapan di hotel atau wahana rekreasi tanpa memikirkan tanggal liburan.
Selain fitur tiket FLEXI, Tiket.com tengah menggencarkan promosi untuk liburan dekat rumah, salah satunya dengan staycation. ”Kami melihat adanya keinginan masyarakat untuk berekreasi secara lokal. Hal ini turut mendorong mereka mencari dan menemukan destinasi-destinasi lokal yang belum diketahui banyak orang,” tuturnya.
Kami melihat adanya keinginan masyarakat untuk berekreasi secara lokal. Hal ini turut mendorong mereka mencari dan menemukan destinasi-destinasi lokal yang belum diketahui banyak orang.
Sebagai salah satu hotel yang bermitra, CEO dan Presiden Archipelago International John Flood mengapresiasi fitur tiket FLEXI yang memberikan fleksibilitas pada wisatawan sekaligus membangun kepercayaan antara konsumen dan pelaku jasa akomodasi. Saat ini, dia tengah menerapkan protokol kesehatan dengan kontak fisik minimal (contactless) dan secara rutin mengadakan tes uji infeksi Covid-19.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Bidang Media dan Komunikasi Badan Pengurus Pusat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) AB Sadewa mengatakan, penerapan protokol kesehatan perlu digarisbawahi dalam tiap ajakan untuk berwisata bagi masyarakat. PHRI memperkirakan industri pariwisata dapat pulih pada triwulan-III atau triwulan-IV 2021.
Sementara, Konferensi Perdagangan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCTAD) dalam laporan terbarunya pada 1 Juli 2020, ”Covid-19 and Tourism: Assessing the Economic Consequences” memproyeksikan, pendapatan pariwisata global akan turun hingga 3,3 triliun dollar AS.
Ada tiga skenario yang dianalisa. Dalam skenario moderat, jika restriksi perjalanan dan kemacetan arus wisata terjadi selama empat bulan, pendapatan akan turun 1,2 triliun dollar AS. Dalam skenario menengah, dengan restriksi berlangsung delapan bulan, pendapatan akan turun senilai 2,22 triliun dollar AS. Sementara, pada skenario terburuk, ketika restriksi perjalanan dan pariwisata berlangsung satu tahun penuh, pendapatan akan turun 3,3 triliun dollar AS.
Indonesia termasuk dalam salah satu negara yang akan mengalami pukulan hebat karena menggantungkan perekonomiannya pada sektor pariwisata.
UNCTAD memprediksi, dalam skenario paling ringan atau moderat, Indonesia akan mengalami penurunan produk domestik bruto hingga 20,7 miliar dollar AS. Dalam skenario menengah, penurunan PDB Indonesia mencapai 40 miliar dollar AS, dan pada skenario terburuk, penurunan PDB Indonesia mencapai 59,9 miliar dollar AS (Kompas, 14 Juli 2020).
Berdasarkan riset yang dilakukan Pegipegi awal Juni lalu, sebanyak 73 persen responden berencana untuk melakukan perjalanan pada 1-2 bulan setelah pemerintah menerapkan kenormalan baru. Sebanyak 29 persen di antara responden itu menyatakan, kebersihan tempat wisata merupakan salah satu faktor penting yang menjadi perhatian setelah harga serta kemudahan pengembalian uang dan penjadwalan ulang.
Oleh sebab itu, Pegipegi menghadirkan paket perlengkapan rekreasi atau travelling kit yang berisi penyanitasi tangan (hand sanitizer), sampo, sabun, kondisioner, pelembab, sabun, pembersih wajah, dan pelindung wajah dari cahaya matahari. Pengadaan paket ini bekerja sama dengan Nature Republic.
Menurut Chief Marketing Officer Pegipegi Serlina Wijaya, pandemi Covid-19 mengubah kebiasaan masyarakat saat berpergian. ”Berekreasi di saat normal baru mengharuskan kita untuk lebih berhati-hati dan lebih menjaga kebersihan diri agar terbebas dari risiko terinfeksi Covid-19,” ujarnya dalam siaran pers.