Rasa senasib sepenanggungan dulu memampukan leluhur bersatu untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah. Kini rasa yang sama kita butuhkan untuk menghadapi pandemi Covid-19.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
Pandemi Covid-19 dengan segenap imbasnya menjadi pembangkit solidaritas. Sebut misalnya kerelaan warga menyediakan kantong berisi kebutuhan pokok dan mempersilakan siapa pun yang butuh untuk mengambilnya. Ada empati untuk ”tidak lupa menengok panci tetangga” demi menjaga sesama di kanan kiri rumah jangan sampai kelaparan.
Demikian pula aksi sosial membagi masker dan alat pelindung diri untuk mengurangi potensi terpapar virus. Demikian halnya penggalangan dan penyaluran sumbangan dalam berbagai bentuk kepada mereka yang terdampak pandemi Covid-19.
Tak terkecuali aneka pelatihan secara daring yang selama pandemi digelar untuk meningkatkan kapasitas pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Tujuannya jelas, yakni membantu UMKM agar mampu bertahan menghadapi deraan pandemi.
Pemerintah menargetkan jumlah pelaku UMKM yang masuk ke ekosistem digital dapat meningkat, yakni dari sekitar 8 juta saat ini menjadi minimal 10 juta pelaku UMKM di akhir tahun 2020.
Melalui kemampuan tersebut, pelaku UMKM diharapkan dapat memasarkan produk atau jasanya, baik kepada pemerintah melalui e-katalog di Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah maupun ke masyarakat lewat marketplace yang ada.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mencatat ada potensi Rp 315 triliun dari belanja pemerintah yang dapat dialokasikan untuk membelanjakan produk UMKM. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, merujuk data Google, Temasek, Bain & Company (2019) menyebutkan, di tahun 2025 potensi ekonomi digital Indonesia mencapai 133 miliar dollar AS dan ASEAN 153 miliar dollar AS.
UMKM berhak menikmati kue pasar ekonomi digital yang besar, baik di lingkup domestik maupun skala lebih luas. Oleh karena itu, transformasi digital dinilai jadi keniscayaan bagi UMKM, terutama di masa pandemi dan bahkan pascapandemi.
Hingga kini inisiatif untuk bahu-membahu menghadapi pandemi terus muncul. Tak terkecuali upaya menghubungkan pelaku UMKM di Indonesia dengan WNI atau diaspora di luar negeri. Hal ini, antara lain, terlihat pada webinar Potensi Bisnis Indonesia-Amerika Serikat yang diikuti 400 lebih peserta pada 10 Juli 2020. Pertemuan virtual itu digelar Direktorat Jenderal Amerika Eropa Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan Learn Business Anywhere Arrbey dan Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia.
Di acara itu, Konsul Jenderal RI di San Francisco, Houston, dan Los Angeles, berbagi informasi mengenai peluang ekspor dan bisnis di wilayah kerja masing-masing kepada para pelaku usaha, termasuk UMKM, di Indonesia. Tak terkecuali diaspora yang memiliki usaha di AS. Mereka saling menanyakan kontak, menjajaki peluang kerja sama, dan interaksi lain.
Kegotongroyongan harus terus ditumbuhkan untuk bersama menghadapi pandemi. Solidaritas bagi sesama pun dapat ditunjukkan melalui kedisiplinan memutus rantai penyebaran virus korona. Apalagi data masih menunjukkan peningkatan jumlah kasus positif dan meninggal akibat Covid-19 di Indonesia.
Senasib sepenanggungan. Rasa ini dulu memampukan leluhur bersatu untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah. Kini rasa yang sama kita butuhkan. Solidaritas menjadi modal sosial menghadapi pandemi berikut segenap dampaknya.