54 Pegawai Radio Republik Indonesia Surabaya Menjalani Tes Usap Ulang
Sebanyak 54 pegawai Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia Surabaya menjalani tes usap ketiga karena hasil tes usap kedua yang dinyatakan negatif berbeda dengan tes usap pertama yang menunjukkan positif.
Oleh
IQBAL BASYARI/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebanyak 54 pegawai Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia Surabaya yang hasil tes usap pertama dinyatakan positif Covid-19 menjalani tes usap ulang. Tes ulang diperlukan untuk memastikan kondisi terakhir mereka karena pada tes usap kedua dinyatakan negatif.
Menurut Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Irvan Widyanto mengatakan, tes usap ulang diikuti seluruh karyawan RRI yang hasil tes usap pertama dinyatakan positif. ”Tes usap perlu untuk memastikan kondisi terakhir karyawan karena pada tes usap kedua yang dilakukan 10 hari usai tes usap pertama, semua karyawan dinyatakan negatif,” katanya di Surabaya, Senin (13/7/2020).
Kepala LPP RRI Surabaya Sumarlina menyebutkan, pada 26 Juni 2020, seluruh karyawan RRI sekitar 160 orang menjalani tes usap karena ada karyawan yang positif Covid-19. Manajemen juga melakukan lockdown selama dua minggu.
Kemudian pada 6 Juli 2020 atau 10 hari setelah tes usap pertama, seluruh karyawan kembali mengikuti tes usap massal karena hasil tes usap pertama tidak kunjung keluar. Tes usap massal kedua ini dilakukan melalui laboratorium bergerak milik Badan Penanggulangan Bencana Nasional. Hasil tes yang keluar pada 7 Juli 2020 menunjukkan semua pegawai negatif Covid-19.
”Tetapi pada 11 Juli 2020 kami menerima kabar bahwa hasil tes usap pertama terkonfirmasi 54 pegawai negatif. Kebijakan lockdown yang awalnya sampai 12 Juli kembali diperpanjang hingga tiga minggu ke depan,” kata Sumarlina.
Tes usap ketiga
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, tes usap massal ketiga untuk pegawai RRI hanya dilakukan kepada 54 pegawai yang hasil tes usap pertama dinyatakan positif. Pihaknya akan menggunakan hasil tes usap ketiga sebagai penentuan karena merupakan hasil tes usap terbaru.
”Hasil tes usap massal yang pertama baru keluar 15 hari seusai pengambilan sampel karena reagen habis sehingga antrean pengujian sampel menumpuk,” kata Febria.
Selain di RRI Surabaya, kasus Covid-19 di kluster media massal juga terjadi di kantor Metro TV Biro Surabaya. Seluruh karyawan sudah menjalani tes usap massal dan tiga karyawan yang sempat dinyatakan positif Covid-19 kini sudah sembuh.
Kepala TVRI Jatim Akbar Sahidi mengatakan, dua pegawai yang bertugas di bidang administrasi dan editing meninggal akibat Covid-19. Pihaknya kemudian melakukan tes cepat kepada 180 karyawan dan hasilnya enam orang reaktif. ”Mereka kini menjalani isolasi mandiri sambil menunggu tes usap,” katanya.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengatakan, industri menjadi salah satu kluster penularan yang perlu diwaspadai. Sebab, sudah banyak penularan yang terjadi di kantor dan perusahaan, seperti di pabrik rokok Sampoerna. Maka, sebaiknya tidak semua industri diiiznkan untuk beroperasi, hanya industri yang memenuhi kebutuhan pokok didahulukan tetap beroperasi.
”Penularan pada kluster industri bisa sangat cepat karena mereka berada dalam satu lokasi yang sama selama berjam-jam dalam sehari. Oleh sebab itu, penapisan harus dilakukan secepat mungkin agar penularan tidak meluas,” ujar Windhu.
Berita duka menimpa pejabat teras Pemerintah Kota Surabaya. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya Chandra Oratmangun (59) meninggal pada Senin petang. Chandra merupakan satu dari beberapa kepala dinas di lingkungan Pemkot Surabaya yang terpapar Covid-19.
Berpulang
Menurut Irvan Widyanto di Surabaya, Senin (13/7/2020), Chandra pada akhir Juni mengikuti tes cepat. Hasil tes cepat menunjukkan reaktif kemudian dilanjutkan dengan tes usap. Chandra sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Husada Utama selama dua pekan sebelum meninggal pada Senin petang.
”Saat kami menemukan ada pegawai di kantor dinas di gedung Siola positif Covid-19, kantor lantas di-lockdown dan pelayanan dialihkan dalam sistem daring,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Kompas, beberapa kantor dinas di Surabaya yang pernah di-lockdown antara lain Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, serta Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Ketiga kantor dinas itu berada satu gedung di Mal Pelayanan Publik Siola. Ada tujuh instansi berkantor di Siola yang berlokasi di Jalan Tunjungan, Surabaya.