Tarik Minat Investor, Sewa Lahan Kawasan Industri Batang Diusulkan Gratis
Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah, mengusulkan penggratisan biaya sewa tanah bagi investor yang berniat merelokasi usahanya ke Kawasan Industri Terpadu Batang. Hal ini bertujuan menarik minat para investor.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BATANG, KOMPAS — Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah, menyiapkan sejumlah strategi guna menarik minat sejumlah investor yang hendak merelokasi usahanya. Salah satu upaya yang diusulkan Pemerintah Kabupaten Batang adalah menggratiskan tarif sewa lahan selama beberapa tahun.
Menurut Bupati Batang Wihaji, penggratisan biaya sewa tanah akan menjadi daya tarik bagi para investor. Dalam kunjungannya ke KIT Batang, akhir Juni, Presiden Joko Widodo berpesan supaya KIT Batang meningkatkan daya saing untuk menarik minat investor. Keunggulan komparatif dapat diwujudkan dengan menawarkan harga sewa lahan yang lebih murah dari negara lain dan mempermudah perizinan.
”Dalam rapat bersama dengan para menteri beberapa waktu lalu, saya mengusulkan supaya biaya sewa tanah KIT Batang digratiskan selama beberapa tahun pertama. Dengan cara ini, negara kita bisa bersaing dengan negara lain,” kata Wihaji di Batang, Jumat (10/7/2020).
Selain mengusulkan pembebasan biaya sewa tanah, Wihaji juga berkomitmen mempermudah pengurusan perizinan usaha dan perizinan lingkungan. Pengurusan izin analisis dampak lingkungan, misalnya, ditargetkan selesai dalam waktu kurang dari enam bulan.
Wihaji mengatakan, KIT Batang akan didukung suplai listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang serta suplai air dari bendungan yang akan dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam waktu dekat.
Pengurusan izin analisis dampak lingkungan, misalnya, ditargetkan selesai dalam waktu kurang dari enam bulan.
”Menteri Perhubungan juga menyatakan siap membangun stasiun kereta barang dan dry port (pelabuhan kering) sebagai infrastruktur pendukung KIT Batang,” ucap Wihaji.
KIT Batang disebut sebagai salah satu calon potensial relokasi sejumlah industri dari China. Keseriusan KIT Batang menjadi calon lahan relokasi salah satunya dengan kunjungan Presiden Jokowi Juni lalu bersama sejumlah menteri ke kawasan ini meski di tengah pandemi Covid-19.
Menurut Wihaji, pihaknya juga sedang mengusulkan pengembangan kawasan berorientasi transit (TOD) untuk dipadukan dengan KIT Batang. TOD tersebut akan dibangun di tempat istirahat Kilometer 369 Tol Transjawa, Kecamatan Banyuputih, Batang. Nantinya, di kawasan ini akan dibangun perumahan buruh yang bekerja di KIT Batang, apartemen, hotel, dan pusat perbelanjaan.
Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (Persero) III Mohammad Abdul Gani mengatakan, pihaknya menyediakan lahan seluas 4.300 hektar untuk KIT Batang. Dari jumlah tersebut, 450 hektarnya sudah masuk rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan siap dimulai pembangunannya awal 2021.
KIT Batang terbilang strategis karena letaknya sekitar 10 kilometer (km) dari jalan nasional pantura dan jalan tol Transjawa, sekitar 30 km dari Kawasan Industri Kendal, sekitar 40 km dari Pelabuhan Kendal, sekitar 60 km dari Bandara Ahmad Yani Kota Semarang, dan sekitar 65 km dari Pelabuhan Tanjung Mas Semarang. Selain itu, upah tenaga kerja di Batang juga tergolong murah, yakni Rp 2.061.700.
Dalan kunjungannya, Presiden Jokowi berharap, pengembangan KIT Batang bisa menarik minat sejumlah perusahaan yang berencana merelokasi usahanya. Sejauh ini, ada tujuh perusahan yang sudah memastikan akan merelokasi perusahaannya ke Indonesia. Relokasi tujuh perusahaan ini diperkirakan mendatangkan investasi 850 juta dollar AS (Rp 12,1 triliun) dan mampu menyerap lebih kurang 30.000 tenaga kerja lokal.
”Sekali lagi, tujuan besarnya adalah membuka lapangan pekerjaan yang sebesar-besarnya bagi warga kita. Jangan sampai kita tidak mendapatkan perusahaan itu untuk masuk ke Indonesia,” kata Jokowi.
Selain tujuh perusahaan tersebut, ada 119 perusahaan yang potensial melakukan relokasi ke Indonesia. Total nilai investasinya diperkirakan 41,4 miliar dollar AS (Rp 590 triliun) dengan potensi penyerapan tenaga kerja hingga 162.000 orang (Kompas, 1/7/2020).