Kebutuhan dan perubahan perilaku konsumen di tengah pandemi Covid-19 telah berubah. Untuk itu, para pelaku usaha harus mencermati setiap perubahan yang terjadi sebagai landasan melanjutkan proses bisnis.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kategori produk yang dibeli masyarakat di era pandemi Covid-19 kini lebih mengarah pada kebutuhan primer dan dibeli secara dalam jaringan. Keadaan ini dapat menjadi landasan untuk menyusun strategi kelanjutan usaha.
Pomona, platform reseller, mencatat, sebelum adanya pandemi Covid-19, kategori yang paling diminati konsumen untuk dibeli secara dalam jaringan yaitu kosmetik, perawatan wajah, perawatan tubuh, dan popok bayi.
Kini, konsumen lebih banyak membelanjakan uangnya untuk membeli produk farmasi (naik dari 16 persen ke 48 persen), bumbu masakan (naik dari 18 persen ke 44 persen), dan perawatan rumah (naik dari 17 persen ke 33 persen). Kondisi ini sejalan dengan pertumbuhan kegiatan belanja daring hingga 30 persen selama pandemi.
Pendiri Pomona dan Zeeus, Benz Budiman, menyampaikan, peningkatan tren belanja daring dapat dijadikan momentum bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk beradaptasi. Sebab, informasi pun kini diperoleh secara digital, antara lain media sosial (80 persen), berita di televisi (77 persen), dan mesin pencarian daring (56 persen).
”Ada peluang besar untuk mendapatkan konsumen melalui online karena memang penetrasi media sosial meningkat di era normal baru. Maka, kita harus berfokus pada digital yang menjadi wadah utama untuk alat promosi produk UMKM,” kata Benz, Rabu (8/7/2020).
Paparan ini disampaikan dalam acara webinar Pemulihan Ekonomi di Masa New Normal: Langkah Kecil untuk Perubahan Besar dengan Program Perluasan Jaringan Pomona dan Zeeus. Hadir pula sebagai narasumber, antara lain pendiri Vynn Capital, Victor Chua; Direktur Utama Smesco, Leonard Theosabrata; dan Pendiri Pik Kripik, Feris Ardianto.
Leonard Theosabrata menyampaikan, peralihan tipe konsumen di era kenormalan baru bahkan setelahnya akan lebih signifikan terkait dengan kebutuhan rumah tangga, mulai dari perubahan konsumsi, hobi, dan perilaku akan menimbulkan banyak tipe konsumsi baru.
”Misalnya dari sisi kuliner, sekarang banyak yang awalnya enggak bisa masak kemudian bisa dan bahkan hasilnya dijual. Keadaan inilah yang nantinya akan memunculkan permintaan baru dan membuat adanya perputaran ekonomi,” katanya.
Untuk itu, penting bagi para pelaku usaha agar jeli dalam melihat peluang yang ada. ”Jangan lagi jual masker karena perusahaan besar sudah memproduksinya. Jual produk yang menjawab kebutuhan masyarakat, misalnya makanan beku yang sekarang banyak dicari,” ujar Leonard.
Victor Chua pun menyoroti pentingnya pelaku usaha dalam melihat target pasar ketika menjalankan dan mengembangkan usaha. Sebab, investor akan melihat inovasi yang dilakukan pelaku usaha.
”Demografi Indonesia ini sangat menarik sekali. Maka, untuk para UMKM yang sedang berusaha mendapatkan pendanaan dari investor atau pun pihak lain, yang terpenting adalah mengenal konsumennya,” ujar Victor.
Infrastruktur digital
Leonard menyatakan, konektivitas memang dinilai penting dalam menjamin kelangsungan usaha di kenormalan baru dan setelahnya. Untuk itu, dukungan jaringan ke arah digitalisasi harus lebih kuat dilakukan.
Namun, tidak berarti semua hal harus menjadi digital. Luar jaringan dan daring harus berjalan bersamaan untuk menjalankan suatu proses bisnis.
”Misalnya di sektor pertanian, tidak semua petani itu harus terkoneksi dengan dunia digital tetapi perlu ada satu pihak yang terkoneksi dengan digital. Dalam hal ini, misalnya koperasi yang bisa bertanggung jawab membantu para petani,” tutur Leonard.
Benz juga mengatakan, hal ini sejalan dengan apa yang dilakukan Pomona dalam membantu UMKM untuk naik kelas. Menurut dia, para reseller yang menjadi target dari Pomona belum banyak yang melek secara teknologi, tetapi setidaknya mereka dapat saling berkomunikasi secara daring.
”Seperti para reseller yang tergabung di kami itu merupakan kumpulan ibu-ibu yang tidak semuanya paham teknologi. Tetapi minimal pasti ada satu ibu yang sudah paham sehingga dapat membantu dan menjadi hub atau pusat bagi ibu-ibu lain untuk saling berinteraksi,” kata Benz.
Feris Ardianto, pelaku usaha Pik Kripik, menyatakan usahanya sangat terbantu dengan memanfaatkan Pomona. Bisnis yang awalnya bersifat konvensional kini sudah terhubung dengan digital sehingga pasar semakin luas.
”Omzet Pik Kripik ini naik dari jutaan rupiah hingga puluhan juta rupiah karena memanfaatkan platform digital. Banyak juga reseller yang mem-posting produk saya sehingga semakin dikenal,” kata Feris.